Friday, September 30, 2005

Hey Bung!

Sialan!

Lagi asik-asiknya duduk di Metro Mini 604 jurusan Pasar Minggu - Tanah Abang, tiba-tiba saja beberapa petugas dari Departemen Perhubungan--dengan perut besar, peluit, helm dan tampang garang--menghadang bis tadi. Tepat sebelum Halte Tosari. Halte terdekat dari Bundaran HI, kalau kamu dari arah Sudirman. Dan dibelokkanlah bis tadi. Tidak boleh lewat ke Bunderan HI, melalui Jalan Thamrin. Harus memutar balik, untuk kemudian kembali ke Pasar Minggu. Padahal, Tanah Abang tidak jauh dari tempat bis tadi dibelokkan. Dan sedikit lagi, bis itu harusnya sampai di tujuan akhirnya. Sedikit lagi juga, saya sampai di tujuan. Kurang dari lima menit lagi.

"Ini rute baru. Berlaku mulai hari ini," jawab salah seorang petugas, dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, ketika saya tanya kenapa bis tadi tidak boleh lewat Thamrin.

Dan rasanya detik itu, saya ingin memaki-maki petugas tadi. Tapi, toh dia pun hanya bawahan. Apa boleh buat. "Pak, nggak mikir apa? Kan udah mau nyampe Tanah Abang, kasian yang mau turun di depan dong. Tanggung banget," kata saya bersungut-sungut, sambil meninggalkan si petugas tadi.

Dan sekarang, saya tau benar perasaan Bayu, teman saya. Yang juga rute Bis BSD City-nya harus berubah rute. Ada hubungannya dengan rute busway, katanya. Tapi, apakah semua orang disuruh naik busway? Ah, sialan!

Tapi apa daya. Saya hanya rakyat kecil. Tau apa saya soal langkah para pembuat kebijakan itu? Cuma, para pembuat kebijakan itu juga, saya yakin, tidak tau rasanya harus direpotkan oleh kendaraan umum yang diubah rutenya. Mereka kan, tidak setiap hari, naik Metro Mini. Berdesak-desakkan. Panas. Ke mana-mana, tidak harus macet. Karena tinggal duduk di kursi empuk, ber-AC, yang dikawal para petugas. Kalau mau lewat, orang lain disuruh menunggu. Tanpa peduli, kalau orang lain juga sama-sama punya kesibukkan.

Sialan. Belum beres rasa kesal saya karena harga BBM akan dinaikkan lagi. Kejadian tadi, menambah lagi daftar kekesalan saya terhadap pemerintah. Mau jadi apa Republik ini? Kalo begini, jadi ingat penggalan lirik lagu Slank "Hey Bung" dari album Generasi Biru [1994].

Hey Bung yang di atas sana
Coba turun ke jalan
Lihat-lihat situasi apa yang terjadi

Hey Bung yang di balik meja
Coba turun ke jalan
Tunjukkan rasa perhatian

Jangan tunggu kami
Turun di jalan
Jangan sampai kami
Yang tunjukkan rasa

Hey Bung di dalam gedung megah
Coba turun ke jalan
Lihat-lihat kondisi biar pasti

Hey Bung yang berkuasa
Coba turun ke jalan
Berikan rasa kelembutan

Wednesday, September 28, 2005

Last Minute Guy

Deadline lagi. Deadline lagi.

Tidak terasa, sudah deadline lagi. Padahal rasanya baru kemarin saya bernafas lega, karena semua tulisan sudah diselesaikan. Dan seperti biasa, saya menunda pekerjaan. Semua disimpan untuk menit-menit terakhir.

Bukan sesuatu yang baru juga sebetulnya. Ini, sudah sering saya lakukan sejak masih SMA. Mengerjakan PR di kelas. Pagi hari, sebelum sekolah dimulai. Belajar di malam sebelum ulangan. Begitu juga ketika kuliah. Mengerjakan tugas satu hari sebelum tugas itu harusnya dikumpulkan. Mengerjakan skripsi dengan kalang kabut. Di semester 14. Semester terakhir dari yang dijatahkan.

Padahal, waktu saya selama itu cukup banyak. Untuk mengerjakan PR atau tugas. Untuk belajar. Untuk membuat skripsi. Tapi tidak. Saya lebih senang menikmati masa-masa santai. Dan memilih tergesa-gesa di menit-menit terakhir. Entah kenapa. Di bawah tekanan, semua seperti bekerja lebih cepat. Otot-otot bekerja lebih maksimal.

Ada yang bilang, kita lebih kreatif ketika bekerja di bawah tekanan. Tapi saya bilang, itu hanya alasan orang malas saja. Seperti saya. Dan ini susah sekali. Saya sudah melawan ini bertahun-tahun. Tapi, belum juga berhasil. Mungkin kamu punya masalah yang serupa.

Ah sudahlah. Saya harus mengerjakan lagi tulisan yang dari tadi masih juga terbengkalai.

Salam,

Tuesday, September 13, 2005

Sekarang Ruangan Itu Tidak Sepi

Lagu ini baru saja saya putar di komputer.

Love is real. Real is love. Love is feeling. Feeling love. Love is wanting to be loved. Love is touch. Touch is love. Love is reaching. Reaching Love. Love is asking to be loved. Love is you. You and me. Love is knowing. We can be. Love is free. Free is love. Love is living. Living love. Love is needing to be loved. [Love; John Lennon, 1970]

Kamu boleh menertawakan saya. Tapi, sebulan terakhir ini saya baru tau rasanya cinta. Hehe. Tidak. Saya yakin, tidak sedang seperti anak remaja yang mengatakan cinta, ketika melihat perempuan yang disukainya. Yang ini berbeda. Saya tau itu berbeda. Karena ternyata, ini sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Jujur. Saya tidak sedang bergombal.

Apalagi malam tadi. Ketika dia menunjukkan salah satu tulisan di buku hariannya. Sesuatu yang pernah ditulisnya tentang saya. Sesuatu yang pernah saya tanyakan kepadanya. Tentang kenapa dia memilih saya. Tidak. Saya tidak akan membaginya di sini.

Yang jelas, itu membuat saya tersipu malu. Membuat saya seperti kepiting rebus. Hehe. Dan saat membaca tulisannya itulah, saya semakin yakin bagaimana perasaan dia kepada saya. Ah, saya semakin dibuat terbang tinggi. Tulisan dia juga membuat saya terharu bahagia. Haha. Ternyata, ada juga perempuan--selain ibu kandung tentunya--yang bisa memberikan rasa sayangnya kepada saya.

Dan ini yang lebih membuat saya senang. Karena ternyata, apa yang dia tulis tentang saya. Apa yang dia lihat di diri saya. Adalah kurang lebih sama dengan apa yang saya lihat di diri dia. Alasan dia menerima saya. Adalah kurang lebih sama dengan alasan saya memilih dia. Tidak. Saya tidak sedang ke-GR-an. Ini jujur. Mungkin ini yang namanya reaksi kimia yang baik.

Dan puzzle hati yang dulu sempat tercerai-berai itu pun, kini benar-benar sudah terbentuk. Ruangan di hati saya pun, kini tidak sepi lagi. Karena seseorang telah mengisinya. Seseorang bernama Tetta Riyani Valentia.

Wah gawat. Semakin menye-menye. Harus dihentikan. Sebelum kamu berpikir untuk meledek saya. Haha. Saya sebetulnya cuma mau bilang, kalau perjalanan ini ternyata benar-benar menyenangkan. Sangat menyenangkan. Semoga saja tetap begitu.