Wednesday, June 20, 2007

Lagu-lagu di Resepsi Pernikahan Saya

Hari Minggu kemarin, saya ke resepsi pernikahan seorang kawan.

Pemandangannya standar lah. Seperti banyak resepsi pernikahan, Makan-makan. Salam-salaman. Foto-foto. Beberapa hari lalu, di film Rome, ada adegan resepsi pernikahan. Rupanya, format pengantin duduk di pelaminan dan bersalaman dengan tamu, sudah ada sejak dulu. Saya tidak tahu apakah ini benar atau tidak, yang jelas di film itu begitu.

Sambil menyantap makanan, si wedding singer dan home band menyanyikan beberapa lagu. Dan rupanya, tidak sedikit wedding singer yang memerhatikan dengan baik lagu apa yang sebaiknya mereka nyanyikan di resepsi pernikahan. Kemarin, yang paling saya ingat, adalah ketika si wedding singer menyanyikan “Gantung” dari Melly. Apakah dia tidak tahu, lagu itu bercerita tentang apa? Dasar. Lagu Glenn Fredly [atau Ello ya? Saya lupa, soalnya dua penyanyi itu kadang lagunya mirip. Hehe] yang “Pergi Untuk Kembali” juga dia nyanyikan. Liriknya saja, tentang si cowok meninggalkan kekasihnya untuk sementara.

Bukan persoalan Feng Shui atau apa. Menurut saya sih, temanya tidak cocok dengan semangat resepsi pernikahan. Maklum, sepasang manusia berbahagia. Resmi mengikatkan diri mereka. Menatap masa depan bersama. Haha. 

Tidak jarang, saya memikirkan lagu apa yang sebaiknya diputar di resepsi pernikahan. Walau saya tahu, itu agak mustahil. Paling juga, ketika saatnya tiba, calon mertua akan menolak ide ini. Kawan saya yang skin head saja, di resepsi pernikahannya, wedding singer-nya yang sepertinya kelompok Nasyid, menyanyikan lagu-lagu rohani. Paling pop, lagu Opick. 

Ini untuk berandai-andai. Jika ternyata calon mertua mengijinkan, atau saya punya uang berlimpah, dan mengadakan resepsi khusus kawan-kawan dekat, beberapa lagu ini, saya ingin putar di resepsi pernikahan. Jika tidak pun, yah setidaknya saya sudah membayangkannya. Hehe. Lagu-lagu cinta ini, semacam gombalan saya buat istri saya nanti.

Senang Bersamamu, Naif.

Ini mah yang paling mendasar tentunya. Perasaan senang bersama pasangan. Yang penting itu kan, kita harus senang ada di dekat pasangan. Apalagi untuk seumur hidup. 

The Long and Winding Road, The Beatles.

Filosofisnya, karena kami akan menempuh perjalanan yang panjang dan berliku. 

That’s How Strong My Love Is, The Rolling Stones.

Aslinya dibawakan Otis Redding. Dan bicara soal gombal, ini gombal sekali, tapi saya suka. Dan lagu ini tidak terlalu bising buat pernikahan. “If I was the sun, way up there. I'd go with my love everywhere. I'll be the moon when the sun go down. To let you know I'm still around. That's how strong my love is, baby. That's how strong my love is.” 

CIK, Iwan Fals.

CIK itu kependekkan dari calon istriku. Saya suka liriknya. Semangatnya positif. Mungkin Iwan Fals menulis ini ketika masih pacaran dengan Yos, saya tidak tahu. Ini bagian yang saya suka, “Riak gelombang satu rintangan. Ingat itu pasti kan datang. karang tajam sepintas seram. Usah gentar bersatu terjang. Ulurkan tanganmu pasti kugenggam jarimu. Kecup mesra hatiku. Rintangan kuyakin pasti berlalu.”

Love, John Lennon.

Cara John Lennon menyanyikan lagu ini, benar-benar menyentuh. Dia bicara cinta, memang seperti orang yang jatuh cinta, dan percaya sekali akan cinta. Bukan seperti band baru yang menyanyikan lagu cinta, karena berharap lagunya laku. “Love is you. You and me. Love is knowing. We can be.

Perfect Day, Lou Reed.

Resepsi pernikahan mungkin salah satu perfect day [saya tidak tau, karena belum pernah mengalaminya]. Makanya lagu ini cocok. “Oh, it’s such a perfect day. I’m glad I spend it with you.

It Takes Two, Marvin Gaye.

One can have a dream baby. Two can make that dream so real.” Lagi-lagi, ini soal harapan dan semangat. Di hari saya memulai hidup baru bersama pasangan, saya ingin semuanya positif. 

Say You Will, Mick Jagger.

Di antara semua lagu solo Mick Jagger, ini yang paling pas. “Cast all your fears aside. Say you will, say you will be mine. And stay with me, until the end of time.”

I Love You, The Ramones.

Mendengar Joey Ramone, menyanyikan “Baby I love you. I tell you, I love you…I really do…” dengan logat khasnya, mungkin akan menghilangkan rasa pegal saya setelah berdiri dua jam, bersalaman dengan banyak orang asing. [walaupun kemungkinan besar, ini akan membuat banyak orang tua kaget. Hehe]

Mawar Merah, Slank.

Slank harus masuk. Walaupun ada bagian dari lirik yang berkata soal tidak bisa memberi apa-apa, tapi tetap saja, bagian bahwa si lelaki percaya sekali pada cinta si perempuan, itu cocok dengan semangat positif yang saya harapkan. 

Love You, Syd Barrett.

Lirik pembuka lagu ini sungguh unik. “Honey love you, honey little, honey funny sunny morning.” Suara akustik gitar yang lebih menonjol, diharapkan bisa menurunkan sedikit tempo. 

Have I Told You Lately?, Van Morrison.

Saya lebih suka versi Van Morrison. Karena saya suka karakter vokal seperti ini. Mungkin ini bisa memfasilitasi mereka yang kupingnya lebih senang lagu yang lebih manis. “Take away my sadness. Fill my life with gladness. Ease my troubles. That’s what you do.

I’ll be Your Mirror, The Velvet Underground.

Rasanya lagu The Velvet Underground akan cocok diputar untuk segala suasana. Yang ini saya pilih tentu saja karena liriknya. “I’ll be the wind, the rain and the sunset. The light on your door to show that you’re home.”

For Your Love, The Yardbirds.

Ini satu lagu lagi yang bercerita tentang betapa si lelaki akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat pasangannya bahagia. “For your love, for your love, I would give the stars above. For your love. For your love. I would give you all I could.”   

Ah, segitu saja dulu. Intinya sih, saya ingin musik-musik dari musisi favorit saya diputar. Nanti saya pikirkan lagu yang lainnya, kalau sudah pasti kapan nikahnya. Dan tentu saja, ini belum termasuk lagu-lagu pilihan calon istri saya nanti. Hahaha. Seperti saya bilang di atas, mimpi tinggal mimpi, paling juga nanti di resepsi pernikahan saya, yang diputar lagu tradisional.  

Monday, June 18, 2007

Seringai Tak Membakar Gudang Garam




Grup tanggung bertemu crowd tanggung, hasilnya: show tanggung.

Dewa Rock Indonesia, Log Zhelebour, jauh-jauh hari sudah mengatakan, kalau para pengisi acara di final Gudang Garam Rock Competition adalah band papan lapis 3, grup tanggung, yang penjualan albumnya tidak meledak. Saya bilang kepada Log, kalau dia kurang ajar. Sudah mengundang, masih saja merendahkan. Padahal, dia bisa memilih kata “underrated,” untuk lebih menghargai.

Waktu saya bilang kurang ajar, Log hanya cengengesan. Dan menjawab itu hanya istilah.

Minggu [17/6] sore kemarin, saya ikut rombongan Seringai ke lapangan D, Senayan, tempat digelarnya pertunjukkan final itu. Di belakang panggung, saya tidak melihat jurnalis lain. Entah mereka belum datang, atau enggan datang. Biasanya sih, sore-sore begitu, mereka sudah datang kalau memang ingin meliput. Atau mungkin karena acara itu tayang di Indosiar, mereka memutuskan untuk tidak meliput. Padahal, di konferensi pers, cukup banyak jurnalis yang datang.

Beberapa nama familiar ada di belakang panggung; Evo, dengan vokalis perempuan yang dandanannya aneh, tapi tidak menarik. Kotak, yang masih senang dengan sepatu new rock. Bens Leo, yang masih senang memasukkan kemejanya. J-Rocks, dengan tatanan rambutnya yang kamu tahu sendiri lah, dan wangi hair spray-nya lebih menyengat dari wangi parfum murahan. Achmad Albar, Azis MS, Piyu Padi, yang asumsi saya diundang Log. Atau, mungkin mereka jadi juri. Saya kurang tau.

Di jadwal, Seringai harusnya bermain jam setengah enam sore. Tapi, jadwal mundur setengah jam. Jam enam, panitia memutuskan untuk break magrib. Konsep yang tidak jelas menurut saya. Rasanya hampir semua panitia selalu menjadwalkan break magrib. Mengganggu flow acara.

Padahal, di lapangan itu tidak ada mesjid. Dan menurut saya, meskipun diberi break magrib, yang tidak pernah solat, tidak akan lantas solat. Dan yang sudah niat solat, diberi break atau tidak pun, mereka akan pergi dengan sendirinya kok. Kalau mau sih, putar saja azan magrib lewat pengeras suara. Begitu beres azan, MC bisa masuk sebentar, dan bisa dilanjutkan ke penampil berikutnya.

Ketika Seringai tampil, tata cahaya yang dibangga-banggakan Log, hanya digunakan sebagian kecil saja. Band tanggung, beri saja tata cahaya tanggung! Penonton pun bergoyang dengan tanggung. Hanya sebagian kecil yang melompat-lompat. Jatah lagu yang tadinya lima, terus dipotong jadi empat karena mundurnya waktu, belakangan dipotong lagi di tengah-tengah penampilan.

Tuesday, June 12, 2007

MENGINTEROGASI DETEKTIF FLAMBOYAN

Bin Harlan Boer adalah salah seorang penulis lirik yang saya kagumi. Saya sadar ini ketika mendengarkan album “Ketika La La La “ dari C’mon Lennon. Dia pintar memilih tema yang tidak biasa untuk lagu. Yang paling membekas pertama kali, adalah “Gadis Bertangan Satu”. Bisa-bisanya dia bikin lirik seperti itu. Bikin iri saja. Hahaha.

Secara penampilan panggung, dia tidak terlalu menarik. Nyaris membosankan sebenarnya melihat dia bernyanyi di panggung. Bahkan rasanya Chrisye, lebih banyak bergerak dibandingkan dia ketika di panggung. Tapi, begitu saya dengarkan lagu dan lirik karangan dia, itu jauuuuh lebih menarik. Mungkin dia memang lebih cocok jadi recording artist saja. Tidak usah banyak manggung.

Senin [12/6] malam kemarin, saya nyalakan YM. Statusnya; available. Sesuatu yang jarang saya lakukan. :p kadang-kadang suka males menanggapi pertanyaan orang-orang yang tidak terlalu akrab. Apalagi jaman majalah baru terbit.

Bin menyapa saya malam itu. Maka kami pun berbincang. Di tengah perbincangan, saya terpikir untuk memuatnya di multiply. Hehe. Entah naluri jurnalis, atau karena saya rindu membuat tulisan yang berhubungan dengan musik. Dia mengijinkan. Ini hasilnya, setelah formatnya saya edit sedikit.

harlan boer: soleh, saya sering mengintip blog anda, isinya mantap sekali.

soleh solihun: halo bin. hehe. terima kasih.


harlan boer
: asli. dahsyat. masih di kantor? deadline?

soleh solihun: masih. nggak bin. biasa aja. internetan. hehe. wah, dipuji elu merupakan kehormatan.


harlan boer
: alaaah. beneran leh. blog favorit.

soleh solihun: terima kasih bin. kenapa merasa sebuah kehormatan, karena gua suka lirik-lirik elu di lagu. gua rasa, elu salah seorang penulis lirik yang bagus.


harlan boer
: alaaaaaah. anjir, salting.

soleh solihun: hahaha. beneran bin. apalagi pas denger lagu “gadis bertangan satu.” bener-bener edan lah menurut gua mah. bisa kepikiran jadi tema lagu. itu kan nyaris sama menariknya seperti lirik iwan fals yang bunyinya “anjing hitam kepala dan kakinya kuning.” absurd, tapi tema yang menarik buat lirik lagu.


harlan boer
: iwan fals memang salah satu "guru" saya. hehehe.

soleh solihun: kalo begitu, elu berguru pada orang yang tepat.


harlan boer
: gue pernah sakit cacar. diungsiin ke rumah nenek. cuma bawa satu kaset: kantata taqwa. tapi itu sudah lebih dari cukup.

soleh solihun: wah, selalu senang mengetahui ada lagi penggemar iwan. haha.


harlan boer
: makanya, banyak banget sebetulnya orang yang gila-gilaan dengerin iwan. berarti seharusnya di indonesia banyak yang menyerap kata-kata dan pemikiran bagus.

soleh solihun: iya, tapi sayangnya, sepertinya lebih banyak yang mengagumi figurnya aja.


harlan boer
: itulah... kalau tentang iwan, gue banyak banget punya pengalaman emosionil bersama lagu-lagunya. hahaha.

soleh solihun: ketauan umurlu berapa kalo begitu. hahaha.


harlan boer
: muda kan? "50:50" baru dirilis kemaren. hehehehe.

soleh solihun: hahaha. tapi, gua menyayangkan tuh iwan nyanyiin lagu cinta begitu liriknya nggak cocok banget sama karakter dia, gimana kalo menurutlu?


harlan boer
: leh. pindah komputer bentar ya.

soleh solihun: oke.


harlan boer
has signed back in. (6/11/2007 9:01 PM)


harlan boer
: yak. sampai di mana tadi?

soleh solihun: sampai di lirik lagu cinta iwan yang sekarang. menurut gua, penyanyi-penyanyi yang bikin lirik buat dia, kurang mengerti karekter iwan.


harlan boer
: gue belum dengerin album itu leh, tapi album dia yang dibikinin sama penulis-penulis lagu yang tempo hari (lupa gue judul albumnya) juga kurang oke.

soleh solihun: iya, gua juga kecewa tuh.


harlan boer
: lo gemar berat morrissey juga nggak leh?

soleh solihun: nggak berat. suka, tapi tidak mendalami.


harlan boer
: ohh. gue gemar berat juga tuh moz. menurut gue tipe lagu-lagu cinta mereka sedikit mirip.

soleh solihun: gua dengerin album “ringleader…,” kok kaya merasa dia lagi sedih banget ya?


harlan boer
: wah, album itu gue belum denger. hehe. harganya mahal.

soleh solihun: kan ada multiply bin. hahaha. itulah intinya berbagi. gua juga dapetnya download.


harlan boer
: itulah... terpaksa mengaku. gue gaptek.

soleh solihun: wah?


harlan boer
: hehehehe.

soleh solihun: hahahah. tapi kan mudah bin.


harlan boer
: ya ya.

soleh solihun: kalo bisa chatting, pasti bisa download. gua juga nanya ke orang sebelumnya. hehe.


harlan boer
: akan saya coba.

soleh solihun: itu salah satu jawaban untuk penggemar musik dengan budget terbatas loh. harga cd emang sialan. apalagi tuh yang di aksara.


harlan boer
: sepakat! harga cd siaul! makanya, album morrissey itu nggak ada kasetnya. jadi gue sedih.

soleh solihun: iya, suka sebel sama record label lokal.


harlan boer
: padahal dulu saya mengenal morrissey lewat kaset...sama seperti iwan.

soleh solihun: selain iwan dan morissey, elu berguru lirik pada siapa lagi?


harlan boer
: at mahmud.

soleh solihun: itu menjelaskan kenapa lu bikin lagu “detektif flamboyan” ya? gaya at mahmud seperti itu juga nggak sih?


harlan boer
: hahaha. gue nggak tau. tema detektif flamboyan menurut gue cocok sama musiknya. itu aja sih alasannya. pas denger musiknya, gue teringat film-film detektif. dan teringat band cordurroy.

soleh solihun: ooh begitu. kalo lagu gadis bertangan satu, itu gimana?


harlan boer
: itu aslinya dari puisi gue. katanya udah ada jauh sebelum lagunya gue bikin. itu gimana ya...ah..

soleh solihun: kenapa?


harlan boer
: ya, mungkin secara bawah sadar ada pengaruh iwan dan morrrissey juga. tapi waktu itu gue lagi ngerasa gimana ya...mungkin sedikit berandai-andai. nguji kepolosan hati gue.

soleh solihun: hahaha.


harlan boer
: kalau gue jatuh cinta sama cewek yang tangannya buntung, gue bakal tetep deketin dia atau nggak. yang kayak gitu-gitulah.

soleh solihun: kontemplasi mendalam ya?


harlan boer
: bentuk yang lebih ekstrem dari "kalau lo jatuh cinta sama kebaikan cewek, tapi cewek itu gembrot, lo tetep mau jadiin dia calon istri lo atau nggak". atau cewek itu item banget. dan pemikiran bahwa kita di dunia kan belum tentu selamanya selamat secara fisik. berubah secara fisik.

soleh solihun: iya, gua juga suka mikir gitu. kalo tiba-tiba, secara fisik kondisi pasangan kita berubah, apakah perasaan kita sama.


harlan boer
: iya. tapi itu menurut gue lebih gampang ketimbang di awal, kita nggak bisa bo'ong kalau kita suka gadis itu, dia baik tapi akal kita ngomong,"aduh...sayang gembrot.”

soleh solihun: hahaha. bener banget tuh. akhirnya, kita cuma jadiin dia best friend.


harlan boer
: jangan-jangan itu lebih berat dari pada, "yah, agamanya beda lagi..." yoi. akhirnya jadi best friend. hahahaha.

soleh solihun: kadang-kadang, kita emang suka picik kali ya.


harlan boer
: gadis bertangan satu itu, gue merinding nulisnya. beneran.

soleh solihun: merinding kenapa?


harlan boer
: iya. kalau khayalan itu terjadi sama gue, gue bakal gimana? apakah bisa lebih tulus atau nggak. ngeri juga ya kalo sampe dihadepin situasi begitu.

soleh solihun: tapi, gua suka salut, sama mereka yang bisa menerima pasangan dengan kekurangan fisik.


harlan boer
: iya. soalnya kan gini. lo tau dan yakin kalau lo tuh sayang banget sama dia. cuma ada bisikan-bisikan di kepala, "tapi kan fisiknya begitu..." secara penampilan dan "seks" kurang menarik.

soleh solihun: jangankan yang buntung, yang cebol aja, belum tentu kita mau.


harlan boer
: itu dia.

soleh solihun: eh, tapi ngomong-ngomong, nggak bermusik lagi bin?


harlan boer
: belum leh. mungkin akan. tapi lebih hanya rekaman. manggungnya sesekali aja. kalau pas ada waktu kosong dan studio teman-temen ada yang kosong, mungkin gue akan mulai rekaman.

soleh solihun: proyek solo?


harlan boer
: sepertinya. agak susah cari partner yang mau rekaman doang tanpa manggung. dan musiknya bisa lentur. nggak ada imej musik harus gimana. gue bikin lagunya gitu sih leh. belang-belang.

soleh solihun: elu capek dengan segala macam ekspektasi orang ya?


harlan boer
: maksudnya?

soleh solihun: kalo di c’mon lennon, elu diharapkan untuk menjadi musisi yang selalu tampil. bertanggungjawab sama album, tidak sebatas rekaman. sementara susahnya, kalo elu bikin karya, dan orang lain suka sama karyalu, otomatis orang-orang akan menaruh harapan sama elu.


harlan boer
: ya ya. gue nggak mau seperti itu. gue susah untuk bisa tetep enjoy manggung di luar kota sementara anak gue lagi sakit, misalnya.

soleh solihun: dan elu nggak mau bikin album yang warna musiknya sama?


harlan boer
: iya. bukannya nggak mau juga ya. tapi emang gue kalau bikin lagu warna musiknya suka belang-belang. beberapa stok lagu gue ada yg kayak lagu melayu. contohnya kayak gitu.

soleh solihun: tapi, kalo di satu album terlalu belang, nggak takut orang malah jadi bingung dengan karakter musiklu? atau, itu elu sudah sadari?


harlan boer
: iya. sebenernya menurut gue album lennon “ketika la la la” juga belang, kalau mau melihatnya sebagai belang. dengan istilah-istilah, “ambulance” sama “kelinci jantan” bisa dibilang belang kan? “ketika la la la” sama “detektif flamboyan.”

soleh solihun: iya sih, kalo dari tema,


harlan boer
: gue sih menyadari itu leh. dan mungkin kalau gue bikin album, gue juga bakal mikir apakah lagu dengan gaya melayu itu akan gue satu albumkan dengan lagu gue yg bergaya dylan, misalnya. atau justru lebih tematik. kayak koes plus atau benyamin. kalau lagu keroncong ya, satu album keroncong.

soleh solihun: kalo menurut gua sih, lebih menarik dibuat tematik, lebih mudah mencerna dan mengidentifikasikan karakter si musisi.


harlan boer
: yang jelas sih gue udah lama banget nggak bikin lagu punk/hardcore.

soleh solihun: udah banyak stok lagu punk/hc nya?


harlan boer
: dulu lumayan lah.

soleh solihun: berapa banyak yang berhasil direkam?


harlan boer
: nggak ada. hahahaha. tapi gampanglah, nanti bisa bikin lagi

soleh solihun: harusnya lu kasihin ke band-band punk/hc yang baru dibentuk. itung-itung mereka punya lagu yang bukan lagu dari band orang.


harlan boer
: gue mau tuh kasih-kasih lagu. untuk white shoes gue bikin satu lagu. di ruang rupa ada komputer yang bisa buat ngerekam. gue rekam di sana.

soleh solihun: tentang apa lagunya?


harlan boer
: tentang proses informasi. hahahaha.

soleh solihun: hahaha. serius banget.


harlan boer
: judulnya "mata dan telinga." hahahaha.

soleh solihun: ada-ada aja. itu gara-gara ngelamunin apaan?


harlan boer
: lirik refrain-nya gini: “mata dan telinga kirimkan berita, kepada hati manusia, lalu kita pikirkan, dan mulai melangkah.” ngelamunin apa ya waktu itu...?

soleh solihun: elu bisa aja, nyari tema yang tidak biasa buat lagu. harusnya, ahmad dhani minta stok lagu juga tuh sama elu.


harlan boer
: anjrot. hahahaha.

soleh solihun: cintaaaa melulu. gua saking optimisnya, jadi malah menganggap, mungkin dhani bikin lirik lagu cinta, karena emang udah sebel sama lagu cinta, jadi sekalian aja dia bikin pol, bikin lagu cinta, untuk sekalian mengolok-olok selera publik.


harlan boer
: hahahahaha. tapi gue suka lagu dewa yg "kirana."

soleh solihun: oh, kalo era itu sih, mereka masih menarik. kita bicara era album dengan kata cinta di belakangnya; “republik cinta,” “kerajaan cinta,” “pangeran cinta.”


harlan boer
: wah, itu busuk! hahahaha.

soleh solihun: hahaha. dia kekurangan cinta maia, atau malah kelebihan ya?


harlan boer
: hahahaha.

soleh solihun: dan elu, sebagai penulis lirik, malah belum bikin lagi album nih. jadi aja, kita masih harus puas dengan pilihan lirik-lirik lokal yang begitu; cinta melulu.


harlan boer
: hahahahaha. sialan.

soleh solihun: hehehe. tapi, untung ada jimi, dan elu, dan arian.


harlan boer
: jadi gue harus bikin album untuk menerjang ahmad dhani?

soleh solihun: BETUL BIN!


harlan boer
: hahahaha.

soleh solihun: kalo udah jadi, kirim ke rumah dia, biar dia tau, masih banyak hal lain yang bisa dibikin tema lagu.


harlan boer
: judul albumnya itu aja ya: MENERJANG AHMAD.

soleh solihun: atau, MENGHANCURKAN REPUBLIK CINTA!


harlan boer
: hahaha. kover albumnya gambar dagu ahmad dhani. jenggotnya lagi dicabut pake pinset.

soleh solihun: dan ada kutipan, "MAKAN TUH CINTA!"


harlan boer
: atau nggak" CINTA LO BRENGSEK!"

soleh solihun: hahahaha. itu juga bisa. slank juga makin mengecewakan tuh. secara musik dan lirik.


harlan boer
: saya slanker. sebelum mereka pecah.

soleh solihun: sama dong. gua malah sempat bikin kartu slanker segala. hahaha.


harlan boer
: hahahaha. pol berat!

soleh solihun: walaupun baru menginjakkan kaki di potlot ketika sudah berstatus jurnalis. hahaha. biar minimal ada di level yang sejajar. bukan antara fans dan idola. tapi antara jurnalis dan musisi. hahaha.


harlan boer
: wah, pas banget tuh ya leh. jadi slank-nya kan yang jadi, "wah, kita kedatangan wartawan," siap-siap gitu. disambut hangat.

soleh solihun: hahaha.


harlan boer
: kalau penggemar mah paling didiemin ngerokok di pager.

soleh solihun: minimal, kalo wartawan yang ngajak ngomong, mereka lebih memperhatikan.


harlan boer
: yoi. kartu anggota slanker lo masih ada nggak leh?

soleh solihun: masih ada, di bandung. gua taro bersama berkas-berkas lainnya. untuk dijadikan kenangan. hahaha.


harlan boer
: seaaap! waktu smp gue pernah sakit. nah, pas hari itu slank rilis "kampungan." gue langsung minta tolong kakak gue ke toko kaset beliin album itu. hahaha. tak sabar menunggu.

soleh solihun: jadi sembuh?


harlan boer
: udah nggak masalah masih sakit atau
 jadi sembuh. yang penting udah punya "kampungan."

soleh solihun: hahaha. bener juga.


harlan boer
: gue pertama kali denger slank di radio sk. mereka diwawancara. acaranya malem. besoknya gue langsung ke toko kaset. dahsyat tuh band!

soleh solihun: ya ya ya. mereka pernah dahsyat. suka menyayangkan, kenapa juga mereka harus bubar. eh, pisah deng maksudnya.


harlan boer
: yoi. gue masih inget, waktu itu gue denger radionya nggak di awal acara. jadi, lagu yang pertama gue denger “memang,” bukan “suit suit he he” yang diputer sebagai lagu pertama. wuidih...dengerin “memang” langsung tertarik. daya tarik utamanya indra q.

soleh solihun: emang gokil sih yang bertiga itu, bongki indra pay. pengimbang dari segi musik. bimbim kaka penguat dalam lirik. seperti yin dan yang.


harlan boer
: iya. bimbim kaka bikin lagu dan lirik. bongki, indra, pay yg ngeberesin.

soleh solihun: makanya, sekarang, bip nggak bunyi. selain tentu saja karena personelnya lebih banyak sibuk ngurusin musik orang lain.


harlan boer
: yoi. leh, selera musik kita banyak sama. hahaha.

soleh solihun: iya ya ternyata. gua kira, elu hipster. hahaha. ternyata, akarnya masih sama.


harlan boer
: anjir.

soleh solihun: hehe. becanda. hipster mah nggak mungkin bisa bikin lirik “gadis bertangan satu,” atau “panggilkan ambulan.”


harlan boer
: hahahaha. maklum leh, masih ada sedikit pengaruh generasi tvri. dan bahasa inggris juga nggak jago. jadinya banyak demen lokal. hehehehe.

soleh solihun: hehehe. sama kayak jimi ya, nggak jago bikin lirik bahasa inggris, tapi jadinya lirik indonesianya bagus.


harlan boer
: jimi mah gawat leh. apakah aku ada di mars...keren berat.

soleh solihun: iya, itu lagu upstairs yang pertamakali gua denger. waktu itu, sering denger tentang band itu, pas gua magang di jakarta, taun 2002 an, eh pas denger lagu itu, edan.


harlan boer
: yoi. gue pertama kali ke studio pas upstairs latian, langsung kagum.

soleh solihun: elu berapa lama ya waktu itu gabung sama mereka?


harlan boer
: setahun. kalo nggak salah februari 2002 sampai maret 2003.

soleh solihun: sering terjadi benturan ide ya?


harlan boer
: nggak. sedikit lah. tapi secara keseluruhan nggak.

soleh solihun: atau, emang pada dasarnya, elu emang nggak cocok bermain musik dalam band?


harlan boer
: the upstairs kasus yang agak berbeda sih. gue main keyboard. sama sekali bukan instrumen yang gue kuasai dgn lumayan baik. gue masuk upstairs karena kepepet. tadinya gue calo. tukang nyariin keyboardist buat upstairs. sampai akhirnya upstairs harus manggung, belum ada keyboardist. ya gue yg main.

soleh solihun: oh, gua kira benturan ego. hehe.


harlan boer
: lo emang wartawan.

soleh solihun: baru aja gua berpikir, untuk mengedit obrolan kita dan memasukkannya di blog. Hehe. jadi wawancara dengan bin harlan boer.


harlan boer
: anjrot.

soleh solihun: hahaha. soalnya, topiknya menarik.


harlan boer
: wah, setelah lo ngomong begitu, topik lanjutan bisa kurang menarik nih. gue lebih waspada.

soleh solihun: hahahaha. tenang aja bin. kalo elu tidak mengijinkan mah, gua nggak bakal sembarangan masukin obrolan ke blog kok. gua pengen masukin obrolan kita, karena gua pikir, sebagai musisi, elu masih kurang mendapat perhatian yang layak.


harlan boer
: lah, maksudnya?

soleh solihun: harusnya, lebih banyak orang yang tau, kualitas bin harlan boer. salah seorang penulis lirik handal yang bisa menyelamatkan lirik lagu lokal. hahaha.


harlan boer
: hahaha. tapi, kembali ke kantata taqwa di awal obrolan, momen-momen itu sangat mempengaruhi gue. gue takjub banget sama album itu. gue langsung pingin bikin-bikin puisi. dan berjanji pada diri sendiri untuk lebih memperlancar permainan gitar. hahahaha. soalnya, hampir seminggu gue denger album itu terus.

soleh solihun: liriknya dahsyat, musiknya megah ya?  gua sih merasakan 'wibawa' orang-orang tua itu.


harlan boer
: hahahaha.

soleh solihun: musik-musik yang bikin jantunglu berdebar.


harlan boer
: lagu “kantata taqwa” itu, mungkin lagu religius pertama yg bikin gue sangat-sangat berpikir.

soleh solihun: berpikir soal apa?


harlan boer
: gue, alam semesta, tuhan. “gerhana matahari kuasamu, oh ampunilah dosa.”

soleh solihun: terus, orang ngaji di latarnya, memperkuat suasananya ya.


harlan boer
: yoi. terus repetisi laa ilaaha illallah. terus keyboard-nya yocky bagian interlude-nya. itu melodi keren berat.

soleh solihun: dan yang paling penting, porsi tiap orang-orang di sana, pas! semua memainkan peranannya dengan baik.


harlan boer
: yoi. kelas berat di bidangnya masing-masing.

soleh solihun: walaupun tetep aja, figur iwan yang jadi magnet besar.


harlan boer
: pasti.

soleh solihun: tapi nggak kerasa, bahwa yang satu lebih dari yang lain. kerasa banget kekeluargaannya ya. berbeda dengan kantata takwa samsara, yang di sampulnya, ada foto setiawan jodi GEDE BANGET!


harlan boer
: hahahaha. setuju!

soleh solihun: makanya, gua mendukung banget begitu iwan nggak gabung lagi di kantata revolvere! jodi bukan lagi pengusaha yang hobinya musik, tapi pengusaha pengen jadi figur pembela rakyat dan memanfaatkan musik sebagai alat!


harlan boer
: wuidih. hahaha. berat berat.

soleh solihun: kekecewaan yang berat bin. haha.


harlan boer
: leh. bentar ya. ngecek kerjaan.


Tidak berapa lama, saya pulang. Sudah setengah sebelas malam. Dari sore, mata saya kunang-kunang. Kurang tidur mungkin. Atau kurang darah.