Wednesday, January 05, 2005

Semua Ingin Makan

"Bos, makan bos!" kata seorang pengemis kepada saya.

Tangannya membentuk suapan kecil ketika dia mengucapkan itu. Badannya tegap, tambun. Tidak terlihat memprihatinkan. Laki-laki itu selalu telanjang dada. Bersimpuh di jembatan penyeberangan depan Plaza BII, Thamrin, sambil membawa sapu lidi. Hampir setiap hari saya bertemu dengannya. Setiap bertemu, dia selalu mengucapkan kalimat yang sama.

Dan, setiap kali dia melakukan itu, saya jadi berpikir. [Haha. Lagi-lagi berpikir. Maaf ya.] Apakah saya harus memberinya recehan setiap kali bertemu dengannya? Saya tau, seribu rupiah sehari rasanya tidak akan memberatkan saya. Tapi, mungkin akan membuat dia senang.

Saya tidak melakukan itu. Setiap kali dia minta uang, saya hanya tersenyum. Terkadang, pura-pura melihat ke arah lain. Tapi, saya juga pernah memberinya uang. Hanya saja, saya berpikir, kalau saya melakukan itu, bukankah itu hanya akan membuat dia semakin malas? Masalahnya, badannya cukup besar, dan kuat untuk bekerja. Minimal jadi kuli, lah. Kalau dia tidak punya kemampuan apa pun.

Saya juga sering berpikir, mungkin dia sudah berusaha. Tapi belum juga berhasil, bukan karena malas. Makanya, dia mengemis di sana. Setiap hari. Mengharap belas kasihan. Entahlah.

Dia tidak sendirian. Masih ada tiga pengemis di sana. Dua perempuan setengah baya [yang satu masih sehat, satu lagi kondisi fisiknya memprihatinkan], serta seorang laki-laki belasan tahun. Dan mereka melakukan itu setiap hari. Hanya hari-hari tertentu saja mereka tidak terlihat di sana.

Itu yang merisaukan saya. Kadang saya merasa iba. Kadang juga merasa tidak peduli. Lagipula, bukan hanya mereka yang butuh makan. Kalau saya memberi mereka sedekah setiap hari, saya khawatir mereka jadi tergantung. Dan akan meminta terus setiap hari.

Dan, pikiran bahwa saya telah menyisihkan sebagian rejeki saya untuk yang membutuhkan itu, menghentikan langkah saya. Saya telah menunaikan kewajiban. Makanya, saya tidak perlu memperhatikan mereka lagi. Lagipula, orang-orang yang lebih dekat saya juga membutuhkan sedekah. Si mbok pencuci pakaian di kost-an, atau para pengurus kost-an.

Ah. Itu selalu mengganggu saya. Atau, mungkin kehadiran mereka setiap hari sudah diatur Tuhan? Supaya saya selalu ingat. Bahwa tidak semuanya selalu bahagia di sini. Agar saya tidak lantas terbuai dalam indahnya hura-hura Ibu Kota! Hahaha.

Anjir! Semakin serius. Saya harus segera sudahi perenungan ini [Kalaupun ini termasuk ke dalam perenungan]. Sudahlah. Toh, rejeki setiap orang sudah diatur Tuhan.

Salam,

3 Comments:

Blogger AryaNst said...

Gak pa2 Leh...
Berilah pada saat kau mampu. Yang penting yang wajib jangan sampe lupa, yaitu Zakat. Mungkin kita belum kena wajib zakat, entah, gua gak begitu megang ilmunya, dan sepertinya lu yang lebih paham. Tapi biarpun begitu, latihan berzakat mudah2an akan membuat semua lebih mudah pada saat kita memang telah wajib menunaikannya...Dan orang yang lu pilih sebagai penerima zakat kan bebas, selama memenuhi syarat sebagai penerima zakat. dan sesekali merenung seperti ini gak pa2 Leh, seperti kata lu, biar gak lupa dan terlena dengan hura-hura Ibukota. Demikianlah Leh dari gua, jika ada benarnya maka datangnya dari Allah, jika ada salahnya memang milik gua sebagai manusia...

January 04, 2005 10:06 PM  
Blogger aris said...

Tiap orang mesti kerja. Definisi kerja itu yang lebar. 9 to 5 kah? Atau apa? Tapi yang gue pegang kerja itu membuat manusia jadi manusia. Hakikat kemanusiannya kembali [maap yang punya blog ini filsuf, i'm just trying to keep up with it]. Jadi, apakah mengemis mengembalikan manusia menjadi lebih manusia?

Segitu dulu aja saya juga bingung.

January 05, 2005 11:30 AM  
Anonymous Anonymous said...

ada yang bilang kalau ada yang minta kita harus kasih karena itu mengajarkan kita berbagi dan enggak pelit.. tapi kata nabi nihhh, kita juga perlu mengikatkan onta sebelum kita shalat..berarti kita juga musti hati-hati.. hehehe.. gak nyambung ya.. tapi bagi gw, melihat apakah orang itu layak atau tidak untuk diberi bukan suatu kesalahan.. karena kadang niat baik aja enggak cukup..

February 04, 2005 6:10 PM  

Post a Comment

<< Home