Minim Bicara Banyak Aksi
Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang non penggemar Bjork yang datang Selasa [12/2] malam kemarin ke Tennis Indoor Senayan.
Biarpun bukan penggemar Bjork, tapi, jika ada kesempatan untuk bisa menontonnya gratis, tentu saja tak akan saya lewatkan begitu saja. Hehe. Maka, jam tiga sore, saya sudah ada di sana. Panitia membagikan ID liputan untuk wartawan. Karena, saya belum terdaftar di sana, saya dan beberapa jurnalis harus menunggu hingga mereka yang ada di dalam daftar, mendapat ID. Tiga jam kemudian, ID baru bisa saya dapatkan.
Jam enam sore, beberapa orang penonton sudah mengantri di pintu masuk. Mungkin mereka ingin mendapatkan tempat paling strategis. Saya lupa, kapan terakhir kali melakukan itu. Datang ke konser beberapa jam sebelumnya. Mungkin dulu, pertengahan ’90-an, ketika menyaksikan konser Slank atau Iwan Fals masih memberikan dampak psikologis yang luar biasa buat saya.
Ketika menunggu mendapatkan ID, saya sempat berbincang dengan kolektor musik/pengamat/penyiar radio, Denny Sakrie. “Gue sering ngintip bloglu Leh. Awalnya nggak sengaja sih, waktu search di Google, eh masuk ke bloglu. Ternyata, ada yang lagi ngomongin gue,” dia terkekeh.
Nah, mungkin dengan begini, dia bakal datang lagi ke blog ini. :p
Denny bicara soal kemungkinan betapa banyak penonton yang datang ke konser malam itu, yang tak benar-benar mengenal konser Bjork. “Datang ke konser ini, yah kayak membeli imej lah,” kata dia, kurang lebih.
“Walaupun tak ada salahnya juga sih, orang nonton konser biarpun cuma pengen beli gengsi atau nggak terlalu kenal sama yang maen. Adri Subono mah, nggak akan peduli, yang dateng ngerti Bjork atau nggak,” kata saya.
Oya, saya mengutip pembicaraan kami tanpa seijin Denny Sakrie sebelumnya. Hehe. Jadi, kalau saya melakukan ini untuk media massa, maka saya bersalah.
***
Hujan turun dengan deras, sekira jam empat sore. Panitia Java Musikindo bicara sesuatu soal hujan akan turun sore itu, supaya nanti malam reda. Sepertinya, mereka bicara soal pengajian juga. Soal sering mengadakan pengajian, jadi tak butuh pawang hujan lagi.
Adri Subono, yang tiba-tiba ada di ruangan pers, berbincang-bincang dengan Denny Sakrie dan beberapa orang wartawan. “Gila, tadi di dalem pas lagi soundcheck, si Bjork nge-balance sendiri. Dia nyanyi, terus ke mixer, nge-balance, terus nyanyi lagi,” kata Adri.
Dan sekira jam itu pula, saya melihat seorang perempuan memakai gaun angsa. Mondar-mandir di depan ruang pers. Di lengan kanannya, ada nama “Isobel” ditulis tangan. Perempuan itu menarik perhatian beberapa fotografer yang ada di sana.
Tapi, sepertinya hanya perempuan itu saja, yang dandanannya terlihat sangat berbeda. Mencoba menyesuaikan diri dengan musisi yang ditonton. Memang, untuk die hard fans musisi lain, mereka bisa dengan mudah meniru dandanan idola, tanpa harus malu pergi dari rumah berdandan seperti itu.
Bayangkan jika si perempuan tadi, berangkat dari rumah dengan angkutan umum. Saya tak bisa membayangkan angsa naik metro mini. Membayangkan modern darlings di angkutan umum sih, masih tak terlalu mencolok perhatian.
Hanya sayang, saya tak melihat Melly Goeslaw atau Astrid malam itu.
Saya heran, kenapa juga pengaruh yang kurang bagus dari Bjork malah yang ditiru Melly? Menggunakan kostum bodoh. Bukannya mengambil musikalitas dia sebagai inspirasinya.
Tak peduli apa kata penggemar sejati Bjork, menurut saya, dia seringkali memakai kostum bodoh. Eksentrik yang nyaris menggelikan sebenarnya. Dan malam itu, Bjork memakai kostum merah dengan lipatan-lipatan yang dari kejauhan mengingatkan saya pada kerupuk warna-warni yang biasa ditemukan saat lebaran.
***
Panitia memberi jatah 40 fotografer saja. Jadi, untuk beberapa media yang tergabung di satu grup, panitia memberi jatah satu fotografer saja. Media yang tak mendapat jatah memotret, tinggal meminta kepada panitia. Dan tak ada kamera video diperkenankan di konser malam itu.
Keputusan ini, langsung dari manajemen Bjork. Konon [jangan dibalik], di Jepang atau di negara mana ya saya lupa, Bjork tak mengijinkan fotografer mengambil gambar di konsernya.
Tapi, ketika jam delapan malam, saya masuk ke ruangan pers, saya melihat Tria Changcuters. Dengan ID fotografer, yang tak akan dipakainya. Oh lucky me, saya pikir. Akhirnya, saya bisa juga memotret. Setelah sebelumnya, berusaha meminta pada Dedidude yang jadi official photographer untuk Universal musik.
Satria Ramadhan ikut beruntung. Dia, yang ada di ruangan itu, tak tahu sedang apa, tiba-tiba ikut mengintil masuk ke dalam, ke area fotografer. Dan kami berdua terkejut. Karena fotografer memotret dari sebelah mixer.
Saya hanya membawa lensa 17 – 40. Karena di formulir perjanjian media, tak disebutkan fotografer harus membawa lensa tele, saya pikir kali ini pasti boleh memotret di depan panggung.
Wakwaw. Saya salah.
Dan hanya bisa memandang sedih. Menyaksikan fotografer-fotografer itu dengan asiknya memotret menggunakan lensa tele. Hiks. Padahal, dengan lensa 70 – 200, saya bisa mendapatkan gambar yang cukup jelas. Karena jarak dari mixer ke panggung di Tennis Indoor tak sejauh di Plennary Hall waktu konser MCR beberapa waktu lalu.
Makanya, saya hanya bisa memberi foto sedikit. Itu pun kecil sekali. Jadi, silakan imajinasikan sendiri seperti apa konsernya. Untuk memenuhi kekurangan foto, saya akhirnya memilih untuk memotret mereka yang datang.
***
Sekira jam setengah sembilan malam, atau kurang beberapa menit lah, Bjork muncul. Tanpa basa-basi. Langsung menghajar dengan lagu yang saya tak kenal. Kalau mau setlist-nya, silakan buka link milik Dedidude:
http://dedidude.multiply.com/journal/item/67/Bjork_Volta_Tour_-_Jakarta
Panggung Bjork, berhiaskan beberapa baliho berwarna-warni. Nuansanya mengingatkan pada nuansa film-film bertema kerajaan dan ksatria. Kostum yang senada, dipakai musisi di Brass Section. Lengkap dengan bendera kecil yang dipakai setiap musisinya. Saya tak tahu, apakah tema ini diambil dari konsep albumnya. Yang lebih mengerti Bjork mungkin bisa memberi penjelasan.
Di panggung, selain layar besar di kanan kiri panggung, ada tiga LCD. Yang paling menarik sih, setiap si musisi memainkan alat yang saya tak tahu namanya itu, tapi kesannya futuristik sekali.
Walaupun, ekspektasi saya sebenarnya lebih dari itu. Saya mengharapkan ada layar besar di belakang panggung, atau suguhan visual lain ketimbang sekadar sinar laser dan baliho sebagai penghias latar belakang. Tapi, apa hak saya juga berharap lebih. Masuk gratis saja sudah syukur. Kalau mereka yang membeli tiket seharga 600 ribu dan 500 ribu, mungkin boleh meminta lebih.
Bjork hanya mengucapkan sedikit sekali kalimat, ketika dia tak bernyanyi.
“Thank you,”
“Thank you very much,”
“You are beautiful people,”
“Sorry, I don’t know your language…”
Selebihnya, dia bernyanyi. Berlari. Menari. Menggerak-gerakkan tangannya, seperti sedang menonjok-nonjok lembut.
Ketika pertunjukkan sudah berjalan sejam lebih beberapa belas menit, mungkin lima belas lah, Bjork pamit.
“This is our last song,” katanya sebelum memainkan entah lagu apa itu, dan pamit.
Tapi, lampu Tennis Indoor masih belum dinyalakan. Berarti, Bjork juga seperti banyak musisi lain. Melakukan adegan pura-pura pamit, padahal ingin diteriaki ‘We want more!’
Kalau ini skenario film, maka adegan pura-pura pamit tadi, seperti adegan klise namun sepertinya wajib ada dalam film. Seperti halnya, adegan berlari-lari mengejar pasangan yang diidamkan, dalam film drama romantis.
Okelah, tak apa-apa. Sepertinya, walaupun terkesan klise, toh penonton sepertinya sudah tahu sama tahu. Maka, tak berapa lama setelah Bjork dkk pamit, penonton—mungkin dengan perasaan malas tapi terpaksa karena yah mau bagaimana lagi—berteriak,
“We want more!”
“Wadimor!”
“Curanmor!”
Hehe.
Harusnya, mereka berteriak,
“Expensive!”
“Expensive!”
“Expensive!”
Biar Bjork tahu, masa’ mereka harus bayar setengah juta, tapi hanya disuguhkan pertunjukkan yang tanggung?
Setelah adegan meminta encore, adegan standar berikutnya, adalah musisi muncul kembali di panggung. Dengan wajah sumringah. Seakan-akan tak mengira, penonton akan meminta encore.
Saya kira, Bjork akan mengganti kostum kerupuk itu dengan kostum lain yang lebih absurd, karena cukup lama baru dia muncul kembali. Ternyata tidak. Padahal, kalau dia mengganti kostum, kalau ada Melly Goeslaw di sana, dia akan punya referensi lagi selain kostum kerupuk.
Adegan encore ditutup dengan adegan penembakan kertas-kertas kecil di udara. Seperti penutupan sebuah festival. Lengkap dengan sinar laser hijau yang memberi kesan semakin meriah, padahal kalau dipikir-pikir, ya cuma sinar laser.
Kalau ini acara teve, maka adegan penembakan kertas tadi, akan ditutup dengan rentetan nama-nama menghiasi layar kaca, disertai adegan host mengatakan kata penutup yang juga klise,
“Terima kasih pemirsa telah menyaksikan acara kami. Saya beserta kerabat kerja yang bertugas, mengucapkan sampai jumpa!”
58 Comments:
ahhh... eka dan ibu entis!
saya dan dita adalah salah duanya yang meneriakkan wadimor dan curanmor hihihi...
iyyaa mahalll... udah gitu di festival ndak bisa nari-nari karena para posseur berdiri rapat tak bergerak dengan baju-bajuan aneh termasuk ada yang pake rol rambut di jidat. saya ngangkat tangan dikit aja mau tepuk-tepuk ceria, dicolek-colek dari belakang suruh nurunin tangan. NAJIS... kalau mau jelas, liat dari atas sanaaa. Salah siapa situ pendeeekkk!!!
tapi... mama bjork itu... kerrreeeennn
hahahaha.. untung aja nga suka! ahahahaha...
Untung Nga suka! Nga rugi nga nonton juga! ahahahahah...
OMG..bruntungnya kaliaaan..pati gratis lg kan..huhuhu...
gue menghitung begitu banyak Melly disepet Leh. hahhaha..
*senang.
asli ga dateng? ato di bekstej diem2 berusaha lebih dekat dengan dan sebagai penggemar (dandanan saja) bjork? :P
kayaknya kamu agak bermasalah dengan musisi perempuan berbaju aneh ya leh... hehehehe
leh, teu mawa lensa tele mah sigana kudu dialami ku kabeh fotografer di masa2 awal hahahahaha...
gak jadi dapet leh, IDnya buat orang laen, sebel gua..padahal udah gua niatin macet2 ambil kamera, begitu sudah sampai depan mau masuk, eh dibilang gak jadi, harus kebelakang lagi naruh kamera di mobil, dan ngantri dari awal lagi...kuprett..oleh karena itu gua cuma dapet tempat 5 meter dari panggung, kalau usaha pertama berhasil pasti gua udah paling depan...damn!!
tadinya gue pikir dia bakal muncul sebagai surprise package. dikerek turun dari atas dengan kostum kupu kupu sambil bernyanyi "butterflyyy...fly away sooo highhhhhh"
untungnya tidak.
niko-gaktau-bitha-dindie-mas djoko. hehehe.
mala-kak tia-batman-nasta-sulung. hehehe lagi.
trimakasih soleh atas tuntunannya menuju photo pit! i owe yu full lah pokoknya...
WKAKWKAWKKAWKAWKAWKAWKWAK
jadi leh, swan gown yang mirip dengan -meminjam istilah lo- 'kostum angsa' ini pernah dipake bjork ke oscar tahun 2001 dan menjadi fashion crime gitu menjadi mockery di dunia fashion blahblahlah. dan karena 'booming'nya itu dilelang gitu di fashion week gak tahu tahun berapa. hehehe. bener-bener yah si mba ini, sepertinya penggemar sejati sekali. salut salut.
swan apa burung dodo?
masa sih kostumnya bodoh? gue malah suka baju2nya bjork..haha cuma emang melly sih ngaco gitu, niru tapi jadinya malah norak..wakakakka
wahhhhhhh..., kita tidak bertemu ya di sana...huhuhuhuhuhuhuhu
burung dodo tuh apa ya nadd?
kalo melly meniru tapi tidak melihat bentuk badan dan wajah ...melayu teh kagak bisa diapa2in..cetakannya hanya bisa dikasih model tertentu saja..:P
ini jadi uler kobra berwarna putih
edan.. saya di india aja donk dan ga nonton. padahal itu ibu saya! memang saya anak durhaka.. ibunya datang jenguk ehhh saya malah pergi... biarin deh.. drpd nyesel pas liat bjork ternyata doi manusia biasa.. males ah.. mending liyat astrid! HALAH!.. huek.
Untung tidak. Reporter aja dihajar, nggak kebayang apa yang akan dilakukan kalo konsernya dirusak...
anto: gua sih nggak liat melly to. mungkin juga dia dateng.
tika: nggak bermasalah kok tik. cuma seneng ngomentarin aja. hehe. tapi, kalo elu sih, belakangan udah nggak terlalu aneh lagi kok dandanannya. :p
dedi: gua juga damn kok ded. gara2 gak bawa tele.
dita: yah selera mah susah diperbincangkan dit. hehe. menurut gua mah, cewek pake kostum angsa terlihat bodoh. dan kalo tadi malem mah, ya itu tadi, kayak krupuk. untung, musiknya bagus. jadi, termaafkan lah. hahahaha.
satria: sama2 sat. yah anggap aja berbagi keberuntungan.
tapi kayanya sich... melly baca blog lu soleh... pasti dia sekarang lagi jait baju kerupuk tapi warnanya ijo... ato mungkin berwarna seperti kerupuk melarat.. ada putih, ijo, merah dll....
Maksud lu kayak kerupuk Tersanjung yah yang warna-warni gitu? Kalau diliat2 sih modelnya bagus kok, cuma warnanya aja yang agak neon (tanpa jagoan). Tapi, lain kali bisa beli tiket murah lagi...hidup calo!
gue padahal udah harap-harap cemas waktu melihat ada Ussy Susilawati dengan dandanan aduhai-bok-situ-yang-mau-konser-ye? ada di venue...jangan2 dia menjadi pembuka, trus sukses dihajar pakai tiang bendera
tapi masih mending ini kaya sebatang rokok... lah bayonci... kayak pentul korek api ajah... wakakakakakakaka......
njis, kumaha caritana ieu?
kalo gw dengernya dia bicara,
" Sengkyu..."
" Sengkyu verymuch.."
tenkyu ateng bawa kayu, sengkyu giliran si aseng yang bawa kayu..
kan melly pernah bilang, doi nyadar doi ga secantik artes artes pada umumnya.. daripada susah payah berdandan cantik (yang mana mungkin dia nyadar ga mungkin juga) mending dandan aneh sekaliyan.. huhuhu.. kita hargai lah kerendahan hatinya.. fufufufu
gila bung soleh senantiasa bahagia sepertinya....terimakasih tulisannya, terimakasih......
tele wajib atuh, leh...gini aja..kalo motret di tennis indoor dan sejenisnya...bawa 70-200, kalo motret di jcc dan sejenisnya, bawa juga 300
setuju!! dan saya pun heran saat salah seorang editor majalah fashion terkemuka berpendapat bahwa she's a fashion icon..???
leh, ini review konser bjork yang paling menghibur, secara gw ga nonton.. hehe.. eh gw ada teori knapa bjork pake baju yang kaya krupuk lebaran, soalnya di islandia sana ga ada lebaran leh.. hahaha..
"Saya tak bisa membayangkan angsa naik metro mini"
ini lucu leh! hahhaha
oh selain ada yg berteriak
We want more!”
“Wadimor!”
“Curanmor!”
ternyata teman disebelah saya anggun priambodo berteriak "be yon ce!....be yon ce !" dengan lantang sambil berjingkrak jingkrak hahhahhaha
leh... morrissey kapan yah?
loh eh,,, bassis gua!! katanya nggak nonton!!!!
gue pernah bergaya kayak modern darlings diatas metro mini 50 kampung melayu - klender.
diliatin aja loh gue. ahahahaha.. kenapa ada sapi gonjreng gini?
ngeri gini cewek...anak buahnya melly nih!
melly dateng kok.. duduk adem ayem di tribun.. ga pake kostum juga..
Harusnya, mereka berteriak,
“Expensive!”
“Expensive!”
“Expensive!”
Biar Bjork tahu, masa’ mereka harus bayar setengah juta, tapi hanya disuguhkan pertunjukkan yang tanggung?
Setelah adegan meminta encore, adegan standar berikutnya, adalah musisi muncul kembali di panggung. Dengan wajah sumringah. Seakan-akan tak mengira, penonton akan meminta encore.
hahaha
dasar
kerupuk kembang buatan 'rice fryer gone mad' ya leh? hehehehe. xD
BWHAHAHAHAHAHAHAHAHAH...
gue kira baju gue uda plg norak (celana alibaba ijo gonjreng), eh kalah telah ama cewe berbaju soang.
buat yg ada lumayan rada front row.. tembakan kertas2 kecil itu seperti salju... seperti lagi mimpi dengan bjork seperti peri pink yg rada chubby. pas udah selesai, saatnya pulang kembali pada dunia nyata dengan pala pusing, kaki pegal, dan suara serak. damn...
leh, lo jadi kayak reporter "juice" ato "arena" deh, isinya anak gaul semua :p
terimakasih soleehh... =D
huahahahhaha...
jangan2 si rice frier enggak muncul2 gara2 persediaan kerupuknya abis diborong si mbak angsa.. heuuu..
ps: maaf buat kawan2 yang ahistoris ketika membaca soal 'rice fryer gone mad.' itu cerita setelah konser bjork. hanya beberapa orang yang mungkin mengerti. maafkan...maafkan...
tapi, cerita tentang si rice fryer kan enggak kalah seru tau sama cerita konser bjork..
difloor-kan atuh.. hihihihi..
Apapun komentar ttg Bjork, bebas!
Krn Bjork yang aneh itulah dia menarik!
I love her!
hahaha..istilah "kostum krupuk" mu ini lucu sekaliiiii.... hahahha...
kayanya lu bener2 biasaaaa aja ya ama bjork??.. xp
tapi "rice fryer gone mad" itu juga lucu sekaliii....hahahahahah...
hahaha...kostum kerupuk...hakhak..
but still,,she's amazing..
walopun ga ngebawain it's oh so quiet, venus as a boy, one daya, dll..
yah,,seenggaknya dia ga ngamuk ato ngejambak wartawan leh,,hehehe
teu aneh ieumah..di pintu festival aya nu make baju soang leh...ngan boneka soangna leuleus jadi jiga oray kadut
lain anu ieu leh..aya nu leuwih parah deui
sarua modelnamah..bu'uk di catok..rock n roll salon
anjiiisst..lek bong!! kamana atuh briigg..hehehe, nyaho baheulana barudak ieu teh nya leh di kampus fikom..hehehe
revisi leh > Uya Kuya - Helvi Teenage Death Star - Massto
Post a Comment
<< Home