Friday, June 23, 2006

Jrx: Fisik Tua, Hati Membara!

Superman Is Dead; gitaris/vokalis Bobby Kool, bassist/vokalis Eka Rock dan drummer Jrx baru saja rilis album terbaru Black Market Love. Lewat telepon, saya mewawancari Jrx, Rabu [21/6] lalu. Untuk dimuat di rubrik musik di majalah kami. Ini versi yang belum diedit. Di majalah, pasti tulisannya jauh lebih pendek. Selamat menikmati.

Sebelas tahun, enam album. Sesuatu yang sudah diduga, atau kalian sendiri kaget?
Kaget juga. Dulu, pas masuk major label, sempat nggak percaya. Wow! Tapi, itu membuat kami makin percaya diri ke depannya. Ingin nambah diskografi. Waktu bikin band, niatnya having fun. Sekarang masih fun, cuma nggak nyangka bisa professional.

Bagaimana caranya supaya tetap fun?
Punk rock, nggak boleh kehilangan fun. Kalau kehilangan fun, bubar aja! Harus berjiwa muda terus! Melankolis, tetap fun. Marah pun, tetap fun. Supaya tetap fun, jadi seorang alkoholik! [tertawa] Alkohol bikin rileks. Harusnya, saya udah masuk Alcoholic Anonymous nih. Waktu album Kuta Rock City mabuknya kelewatan. Itu pertama kali dapat duit dari band. Orang kaya baru. Jadi akhirnya, duitnya buat senang-senang. Liver saya hancur. Sekarang, saya jauhin whisky. Cuma bir aja. Makanya, ada lagu Goodbye Whiskey di album terbaru.

Kalian termasuk generasi menolak tua?
Ya. Kami termasuk Pestol. Pemuda Stok Lama. Dethu [propagandis SID] yang mengenalkan istilah itu. Tapi, biarpun tua, masih laku. Yang penting di dada. Fisik tua, hati membara. [tertawa].

Apa yang membuat kalian bertahan sejauh ini?
Kecintaan kami akan musik. Kalau bosen, pasti sudah bubar. Juga rasa bangga jadi seorang counter culture. Terus, ada orang-orang yang dukung sejak day one. Mereka yang masih setia, jadi alasan kami bertahan.

Apakah kalian memandang SID band yang berkualitas?
Banget sih nggak. Cukup iya. Apalagi sekarang kalau manggung, kami concern sama sound. Semirip mungkin dengan sound yang di album. Additional player kami ajak manggung.

Di deathrockstar.info, Dethu menulis soal menjaga kerukunan, Bhinneka Tunggal Ika. Kalian masih percaya dengan itu?
Dulu sih, nggak terlalu peduli. Tapi, sekarang Bhinneka Tunggal Ika terancam. Sekarang jadi peduli. Harus dijaga.

Bagaimana pandangannya terhadap daerah yang ingin membubarkan diri? Aceh, atau Papua misalnya.
Lebih baik nggak usah memisahkan diri. Itu bisa memancing yang lain. Ini kan pelajaran buat pemerintah. Supaya lebih baik lagi menangani negara ini.

Di lagu Tomorrow, kalian menulis soal dunia tanpa perang. Kalian percaya itu bisa terwujud?
Nggak yakin sih. Lagu itu kan sekadar harapan. Tapi, walaupun impossible, you have to have it! Kalau nggak, lo nggak punya motivasi dalam hidup! Punk rock adalah musik revolusi. Yang mengharapkan perubahan. Walaupun kecil, tapi daripada nggak berbuat apa-apa.

Apakah kalian percaya, musik benar-benar bisa mengubah dunia jadi lebih baik?
Skala kecil sih iya. Misalnya, fan base SID yang lebih mendengarkan lirik kami. Remaja-remaja yang mungkin nggak mau dengar apa kata guru dan orangtuanya. Kami berusaha mendidik mereka dengan cara fun. Supaya mereka lebih aware. Jangan sampai ada lagi diskriminasi, atau terorisme. Kami nggak mau jadi pahlawan sejarah. At least, we try something!

Itu membuat kalian jadi lebih bertanggungjawab?
Sangat! Makanya, sekarang banyak lirik bahasa Indonesia. Saya kira, sudah saatnya SID nge-push orang-orang supaya jangan salah nge-judge. Cuma bisa mabok, tanpa punya visi misi. Padahal agenda kami banyak.

Apa?
Kami ingin membuka pemikiran masyarakat. Jangan sampai jadi polisi moral. Jangan sampai jadi manusia sok Tuhan. Kembali ke filosofi Superman Is Dead. Tidak ada manusia yang sempurna.

Bisa cerita soal lirik bukan pahlawan berparas tampan.
Itu ungkapan untuk manusia-manusia sempurna. Sedikit berpuisi. [tertawa] Kami bukan band yang jual tampang. Kami jual attitude. Di Indonesia itu, orang sok pahlawan banyak. Kamu juga tahu orang-orangnya. Di bali juga banyak. Sedikit-sedikit mengatasnamakan agama.

Kalau lagu Psycho Fake. Rockstar palsu yang sok gothic. Apa di Bali ada yang seperti itu?
Di Bali ada. Di Jakarta lebih banyak lagi. [tertawa] Kami nyerang band yang sok rebel. Dandanannya rebel, tapi yang dilakukan nggak ada. Dan yang mereka nyanyikan cuma lagu pop komersil. Kalau orang rebel, do something! Jangan didik jadi negara yang cengeng.

Bisa sebut nama, siapa yang dimaksud?
Kalau saya nyebutin, takut dibesar-besarkan infotainment. Kami nggak mau terkenal dengan cara-cara seperti itu.

Di lagu Menginjak Neraka sepertinya cukup relijius juga ya.
Relijius juga. Itu dibikin selama tiga minggu selama saya di Kuta. Saya kan suka Social Distortion. Nah, vokalisnya ternyata suka Johnny Cash. Lirik Johnny Cash banyak yang relijius juga. Saya bukan yang seratus persen percaya Tuhan dan agama. Lirik relijius, bukan berarti orangnya relijius kan. Ini semacam introspeksi diri aja. Penyebabnya, karena rasa kesepian. Orang di Kuta, kan rame. Tapi, saya suka merasa sepi, nggak ada teman. Kenapa kita kesepian ya? Saya ngerasa ada yang salah.

Kalau lagu Lady Rose, kenapa harus dinyanyikan oleh Anda?
Lagu itu sangat personal. Ada kan, beberapa lagu yang saat dibuat, oh ini memang harus kau yang nyanyi!

Di album berikutnya, akan lebih banyak mendengar Jrx bernyanyi?
Saya cukup tahu diri kok. Porsi Eka memang akan lebih ditingkatkan, karena vokalnya cocok. Saya memang ingin tampil, makanya bikin band. Tapi, saya nggak ingin jadi kayak Ahmad Dhani. [tertawa].

0 Comments:

Post a Comment

<< Home