Tuesday, November 13, 2007

Tak Hanya Diam di Kapal Perang




“Saya mengambil ide ini dari KISS. Waktu mereka mengumumkan reuni, mereka mengadakan konferensi pers di kapal perang,” kata Piyu ketika ditanya salah seorang wartawan.

Ah, dari manapun dia mengambil idenya, yang jelas, baru Padi yang bisa menggelar konferensi pers di atas kapal perang. Beberapa tahun lalu, memang Cokelat pernah mengadakan launching album [kalau saya tak salah], di dalam pesawat terbang dalam sebuah acara yang diadakan MTV Trax.

Saya tak ingat, kapan terakhir kali menonton Padi secara langsung. Mungkin setahun atau dua tahun lalu. Yang saya ingat, beberapa pertunjukkan mereka waktu itu, tidak menarik. Mereka seperti bermain sendiri-sendiri. Masing-masing personel sepertinya tidak ada di tempat yang sama. Fadly, bahkan jarang sekali mengucapkan basa-basi di panggung.

Seorang musisi, pernah mengatakan hal yang sama kepada saya. Dia menyayangkan Padi yang waktu itu, tak menarik di panggung. Musisi itu, bahkan berkata kalau para personel Padi, waktu itu tak saling bicara ketika turun panggung.

Saya tak tahu apa masalahnya. Mungkin, mengutip ucapan Piyu di pers rilis album itu, saluran komunikasi mereka terhambat. Ketika saya tanya soal ini, Yoyok menjawab, “Ya, mood kami kan tak selamanya bagus,”

“Tapi yang jelas, Padi ingin menunjukkan apapun permasalahannya, kami tak hanya diam. Semua bisa dibicarakan. Itu yang juga ingin kami sampaikan di album ini, “Tak Hanya Diam.” Kalau Anda lihat cover album kami, itu ada lingkaran-lingkaran kecil yang menuju satu pusat. Ada energi yang lebih besar dari semua ini,” begitu kurang lebih kata Piyu.

Saya jadi teringat lagu Slank, “Pulau Biru,” salah satu liriknya berkata, “…semua soal selesai dengan bicara…”

Tapi, Slank tak bisa menyelesaikannya dengan bicara. Persoalan di antara mereka, berakhir dengan hengkangnya tiga personel. Padi berbeda. Walaupun mereka tak secara tegas mengatakan pernah ada masalah di antara mereka, sepertinya apapun itu, sudah terselesaikan.

Dan Senin [12/11] sore lalu, saya melihat buktinya.

Padi sekarang berbeda dengan Padi yang terakhir saya lihat. Mereka sudah menemukan kembali kehangatannya. Piyu terlihat lebih ceria di panggung. Rindra seperti yang menikmati permainannya. Yoyok, well saya tak bisa melihat Yoyok dengan jelas. Tapi, mereka sudah saling berbicara lagi di panggung. Fadly, walaupun masih agak tambun, tapi dia jauh berbeda.

Fadly banyak bicara. Lebih komunikatif. Dan yang jelas, lebih humoris. Saya tak tahu bagaimana dia dulu. Yang jelas, sejauh ingatan saya, di setiap panggung yang saya lihat, Fadly tak banyak bicara, apalagi humoris.

Sore itu, Fadly menceritakan beberapa lelucon di antara jeda panggung. Lelucon tentang obrolan seorang opa dan cucunya.

“Waktu opa muda, opa sering naik turun gunung.”
“Apa hasilnya opa?”
“Ya ini, opa cacat,”

Fadly tersenyum. Penonton tertawa. Lelucon yang ini, walaupun masih agak garing, tapi lebih lucu dari yang sebelumnya. Lelucon soal opa menyelamatkan seorang anak yang jatuh dari kapal laut dan berhasil ditolong opa. Ketika opa diberi penghargaan, opa berkata, ‘Saya mau saja diberi penghargaan, tapi sebelumnya, siapa tadi yang mendorong opa?’

Sebuah perubahan besar bagi Padi. Ironis sebetulnya. Mereka berada di atas kapal perang. Tapi, justru di atas kapal yang identik dengan permusuhan, Padi menunjukkan pada saya, kalau mereka telah berdamai.

Saya baru mendengar satu lagu saja, “Sang Penghibur,” yang kebetulan malam itu, diputar perdana video klipnya. Lagu yang bagus. Vokal Fadly terdengar lebih jernih dan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Dia tak lagi terdengar seperti orang menggerutu. Sepertinya album ini bisa sukses secara komersil, tanpa harus kehilangan kualitasnya.

Video klipnya, cukup bagus. Walaupun seperti juga banyak video klip lain dengan tema luar negeri; banyak gambar personel band sedang berjalan-jalan di luar negeri. Digabungkan dengan gambar mereka manggung di sebuah klub. Dan seorang perempuan berpakaian seperti tokoh wayang, yang mengingatkan saya pada video klip “Kirana” milik Dewa 19; band yang saking tak disukai Piyu hingga ia bertekad untuk tak sepanggung dengan mereka.

Piyu sedikit tersinggung sepertinya sore itu, pada salah satu pertanyaan dari seorang jurnalis. Soal kenapa lama sekali Padi rilis album dan apakah mereka tak pede karena banyak band baru.

“Ini pertanyaan yang sangat subyektif sekali. Sekarang gini mas, kalau saya suruh mas bikin lagu, memang bisa lima menit jadi?” kata Piyu. Dia lantas mengatakan soal agak risih ditanya banyak orang, kapan album Padi rilis. Dan saya lupa, apalagi yang dia katakan ketika menjawab itu. Hehe.

***

KRI Teluk Mandar bertolak dari dermaga sekitar jam tiga sore, atau kurang ya, saya lupa. Kapal itu berangkat sepuluh mil dari dermaga. Entah ke arah mana. Yang jelas, kata salah seorang Anak Buah Kapal, kapal itu melaju sepuluh mil ke laut. Kanan kirinya, dikawal kapal yang lebih kecil. Mungkin itu standar prosedurnya.

Setiap kapal itu berpapasan dengan kapal lain, mereka memberi penghormatan. Kapal itu mengeluarkan semacam suara klakson, dan ABK memberi hormat ke arah kapal yang lewat. Ternyata, bukan cuma pemilik mobil-mobil tua, yang saling memberi salam ketika saling berpapasan di jalan.

Saya sedikit agak ragu sebenarnya, dengan kekuatan kapal perang itu. Senapan yang ada di alat semacam kubah peneropongan bintang di Boscha, hanya ada dua. Dan saya tak melihat lagi senjata lainnya. Atau memang, disembunyikan ya. Tapi, kondisinya sangat tak nyaman. Kalau saya disuruh tinggal di sana seminggu, mungkin bisa stress.

Tempat tidurnya, seperti barak. Hanya beberapa yang ada kasur pegasnya. Itu pun kondisinya sudah buruk. Ada di lorong-lorong sempit, yang terasa panas di waktu siang. Seperti suasana kapal di film-film Hollywood memang. Tapi, saya tak tahu apakah kapal perang di film, hawanya panas atau tidak. Kamar mandinya, jangan ditanya. Mungkin kalau darurat, lebih baik memilih buang air besar di belakang kapal dan dibuang ke laut, daripada harus jongkok di WC di barak. Saya, sebagai orang yang cukup toleran dan kompromis terhadap WC pun, tak akan mau buang air di sana. Memang, ada WC yang lebih baik, tapi sepertinya itu untuk perwira. Karena waktu kami di sana, WC itu sepertinya lebih diutamakan untuk personel Padi.

Saya tak tahu, kapal itu digunakan untuk apa sehari-harinya. Mungkin sesekali dijadikan tempat tur untuk anak-anak SMA. Karena waktu kami ke sana, ada rombongan SMA juga. Entah kebetulan. Entah selalu ada tur seperti itu.

***

Pertunjukkan Padi sore itu, dibagi ke dalam dua sesi. Yang pertama, sekira lima lagu sebelum konferensi pers. Demi mendapatkan pemandangan ketika sunset, katanya. Sesi kedua, setelah konferensi pers. Dengan tata cahaya yang bagus. Tak terlihat kalau mereka sedang tampil di atas kapal perang. Walaupun tentu saja, di wilayah tertentu, kapal bergoyang. Mungkin karena sedang diam.

Langit cerah sore hingga malam itu. Katanya, mereka sampai membawa dua pawang hujan. Jakarta, yang biasanya diguyur hujan, cukup bersahabat. Tak terbayang kalau waktu itu turun hujan deras. Akan penuh sesak tenda oleh orang-orang. Dan mau bagaimana pertunjukkannya?

Sinyal Indosat masih kuat sepanjang perjalanan. Awalnya, saya kira, memang sekuat itu, sinyal kuat Indosat. Sampai ke tengah laut pun masih bisa menerima sinyal. Ternyata, karena mereka sponsor acaranya, mereka memasang penguat sinyal. Yah bagus lah.

Walaupun ada bagian sedikit memaksakan dari Indosat. Ketika pertunjukkan siap dimulai, mereka meminta crowd untuk memakai kaos Indosat yang sudah dibagi-bagikan. Padahal, kalau kapal tenggelam, kaos Indosat tak akan bisa menyelamatkan kami. Harusnya sih, mereka memberi pelampung saja. Setidaknya, itu bakal kami pakai. Bagaimana tidak? Para ABK yang terlatih di kapal saja, memakai pelampung.

Ah sudahlah. Mulai melantur nih.

27 Comments:

Anonymous fanani 333 said...

yaaaaaa... iri deh... :(

November 14, 2007 2:27 PM  
Anonymous Mikail Maulana said...

warnanya menghitam akibat daki-daki

November 14, 2007 2:28 PM  
Anonymous Cowboy danCow said...

itu botol akua bwt cebokan ?...mana cukup...eeewww !!

November 14, 2007 2:34 PM  
Anonymous Fifi ... said...

anjrit....eeewwww (jg)

November 14, 2007 2:42 PM  
Anonymous alezsandra yohana said...

makasih akang...
daku rampok yahh...

November 14, 2007 2:53 PM  
Anonymous nona cito said...

"gimana om soleh udah oke belum?"

*wink

November 14, 2007 3:09 PM  
Anonymous sazkia r. gaziscania said...

aarrhhgg saya sebal sama tempat saya kerja... kalo yang begini gini gak diliput... huhuhuhuuuuu... saya pengen naik kapal ini... nabiilll knapa tak mengundang saya pribadii?? huhuuu =(

soleh..mau ya fotonya.. thanks!

wcnya eeeewwww.... kalo saya ikut pasti saya gak pipis sampe di daratan.. hehehee

November 14, 2007 3:13 PM  
Anonymous Agam Fatchurrochman said...

Mas, Musiknya lebih prog dari album ketiga?
perjalanan musik mereka menarik juga, dari pop rock ke yang lebih berat.
btw, Piyu nggak suka dengan Dewa? Bukannya dia pernah bilang berhutang budi ke Dewa karena diperkenalkan dengan jaringan musik Dewa waktu jadi krunya? Mungkin dulu dia masih sopan terhadap Dhani, sekarang sudah ogah, Maya saja jengkel dengan Dhani, apalagi Piyu yang pernah jadi krunya

November 14, 2007 3:27 PM  
Anonymous lala lili said...

booooooooooo soleh solehun, masa gue di samain ama baja.... hiksss

November 14, 2007 3:40 PM  
Anonymous Hotman Christian said...

maksudnya semangat baja untuk mengundang md.... hahaha... teu nyambungnya bil

November 14, 2007 4:10 PM  
Anonymous wenz rawk said...

Wah, kapalnya karatan ya, keliatan dari wcnya, mudah2an gak perang deh, alamat karam ini :)

November 14, 2007 5:09 PM  
Anonymous hagi hagoromo said...

gw cuma tertarik buat ngedit tulisannya.
sial, nggak punya tempat..

November 14, 2007 5:18 PM  
Anonymous Ricky Andrey said...

bil, lo sekarang di sony bmg? sori nih leh, malah jadi ketemu temen lama di MP lo. memang dah MP ajang silaturahmi.

November 14, 2007 6:22 PM  
Anonymous Ricky Andrey said...

bukan. itu karena jamur.

kayaknya sih gak pernah dijemur yaa. pasti rasanya dingin-dingin sembriwing gitu kalo tidur disitu.

November 14, 2007 6:40 PM  
Anonymous iwan kurniawan said...

ini nyinggung ahmad dhani juga kan...???
hehe...

jadi pengen beli album yg baru....

November 15, 2007 5:50 AM  
Anonymous ric ky said...

mungkin dia dulu sering disodorin pertanyaan serupa, leh: kapan lulus, kapan kawin, kapan punya anak...jadi sendi

November 15, 2007 10:27 AM  
Anonymous soleh solihun said...

hehehe. sori bil, salah ketik. waktu itu, malem2 gua ngetiknya. terus, kan pas diedit fotonya kecil. gua ralat ya. maaf. :D

November 15, 2007 11:23 AM  
Anonymous soleh solihun said...

setidaknya, itu yang dia katakan pada adib hidayat di majalah rolling stone mas. dia nggak mau sepanggung dengan dewa. kalo soal musiknya sih, mereka sepertinya menemukan pencerahan kembali. dan yang paling terasa buat saya sih, vokal fadly yang lebih jelas dan tak menggerutu.

November 15, 2007 11:31 AM  
Anonymous arya nasoetion said...

Kocak judulnya!

November 15, 2007 12:07 PM  
Anonymous arya nasoetion said...

Keren nih Leh! Cuma emang sayang gak keliatan kapal perang ya? Tapi keren!

November 15, 2007 12:09 PM  
Anonymous Fanie Maulida said...

cieh, gaya euy..

November 15, 2007 12:12 PM  
Anonymous lala lili said...

dimaafkan kok, tak kenal maka tak sayang kan leh... huheuehuhuehuehu
ricky : lah kemana ajah sih jewng, hehehehe

November 15, 2007 1:44 PM  
Anonymous dewi deme said...

naha kitu kalo fadly tambun? iya deh..mas soleh yang six pack..eh apa backpack yaaa..? ;p

November 16, 2007 9:25 PM  
Anonymous green raddith said...

lirik lagu PADI terbaru dan lirik lagu Indonesia terbaru lainnya ada di blog aq. http://infomusik-board.blogspot.com salam kenal :P

November 20, 2007 8:27 PM  
Anonymous Fia Mirtasari said...

leh, kok gue yang dipotret cuma punggungnya? :D

November 23, 2007 10:45 AM  
Anonymous soleh solihun said...

yah, sekarang punggungnya, lain kali mukanya deh. :D

November 23, 2007 2:37 PM  
Anonymous agan harahap said...

anak magang baru tuh leh di trax..namanya fitri

November 26, 2007 10:45 PM  

Post a Comment

<< Home