Thursday, September 18, 2008

Kemarin Saya Nonton Kantata Takwa

Dan betapa berbahagianya saya.

Beberapa waktu lalu, sempat membaca review soal film ini dari tulisan Eric Sasono. Waktu saya membaca review itu, saya kira film ini adalah film dokumenter soal pembuatan konser Kantata Takwa. Seperti Shine A Light-nya Martin Scorsese lah. Ada dokumenter soal band, lalu lebih banyak cerita soal konser. Dan saya kira, film ini adalah film yang sama seperti yang sering diputar TPI beberapa tahun lalu. Film konser Kantata Takwa. Ternyata, ini film tentang gerakan budaya yang dilakukan beberapa seniman dengan menggelar pertunjukkan yang merupakan kombinasi antara musik dan teater. Film musikal yang inspirasinya diambil dari lagu-lagu Kantata Takwa dan Swami, begitulah deskripsi singkatnya.

Film ini dibuka dengan adegan WS Rendra alias Willy yang tertidur. Lantas narasi dibuka oleh Willy yang membacakan puisi yang kemudian dikenal publik lebih luas lewat lagu "Kesaksian." Sebuah pembuka yang langsung mencuri perhatian. Apalagi buat penggemar Iwan Fals seperti saya. Lagu ini sudah saya dengar bertahun-tahun, dan mendengarnya kembali di dalam bioskop, mendengarnya ada di dalam film adalah kebahagiaan tersendiri.

Aku mendengar suara, jerit makhluk terluka.
Luka,luka, hidupnya luka.
Orang memanah rembulan, burung sirna sarangnya.
Sirna,sirna hidup redup, alam semesta luka.

Banyak orang hilang nafkahnya.
Aku bernyanyi menjadi saksi.
Banyak orang dirampas haknya.
Aku bernyanyi menjadi saksi.
Mereka dihinakan tanpa daya.

Ya, tanpa daya.
Terbiasa hidup sangsi.

Orang-orang harus dibangunkan. Aku bernyanyi menjadi saksi.
Kenyataan harus dikabarkan. Aku bernyanyi menjadi saksi.

Lagu ini jeritan jiwa. Hidup bersama harus dijaga.
Lagu ini harapan sukma. Hidup yang layak harus dibela.


Kalimat "Orang-orang harus dibangunkan" sepertinya yang jadi alasan kenapa adegan pembukanya Willy yang tertidur lelap. Saya masih menebak-nebak maksud dari simbolisasi orang tertidur ini. Mungkin simbol bahwa masyarakat kita yang tak peduli, tertidur saja sementara banyak ketakadilan terjadi di negara ini, jika kita lihat liriknya. Sosok perempuan berkerudung hadir sejak awal film. Perempuan ini tak berbicara sepanjang film. Di setiap adegan, dia hanya memandang iba.



Kantata Takwa adalah teater yang difilmkan. Semua pesannya, disampaikan sebagian besar lewat teater. Tapi, tenang saja. Bukan tipikal teater yang akan membuat kening orang awam berkerut. Setidaknya, saya sebagai orang awam teater tak berkerut melihat semua adegan film ini. Simbolisasinya digambarkan dengan cukup lugas. Lagipula, di awal film ditulis bahwa ketika film ini dibuat rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto sedang berkuasa. Makanya, saya rasa siapapun akan dengan mudah menangkap maksud yang ingin disampaikan film ini.

Militer digambarkan dengan sosok orang-orang memakai jas hujan, memakai masker, serta membawa senjata. Mereka menyiksa. Membunuh. Dan pada akhirnya, mereka dikejar massa yang kemarahannya memuncak.

Selain adegan teatrikal yang dipentaskan oleh Bengkel Teater Rendra, film ini menggabungkan dokumentasi pementasan konser Kantata Takwa, dan semacam wawancara singkat dengan para personel Kantata Takwa: Iwan Fals, Sawung Jabo, WS Rendra, Yockie Suryoprayogo, dan Setiawan Djody. Masing-masing menjelaskan definisi Takwa menurut mereka. Di sini ada adegan Yockie bermain piano di atas mobil, mengelilingi kota yang mengingatkan pada adegan Vanessa Carlton di video klipnya. Hanya saja, ini dibuat beberapa belas tahun lebih awal.

Ada tiga adegan yang paling saya suka. Yang pertama, adalah adegan ketika para personel Kantata berdiskusi soal konsep pertunjukkan mereka. Willy menyarankan mereka membuat lebih banyak lagu. "Asal jangan berdakwah aja," kata Iwan Fals, sambil tertelungkup di lantai dan bertelanjang dada.

Yang kedua, adalah adegan di lagu "Hio." Sawung Jabo dan Iwan Fals berhadapan dalam ruang gelap. Sorot lampu menyinari keduanya, sehingga gambar itu akan sangat indah sekali secara fotografi. "Hidup ini hanya ada dua pilihan. Serius atau tidak serius," kata Jabo kepada Iwan. "Jadi, kamu serius tidak?" kurang lebih begitu kata Jabo. Iwan, tak langsung menjawab. Ada keraguan di benaknya. "Tapi saya hanya manusia biasa," kata Iwan. Jabo yang meledak-ledak penuh semangat, dibalas Iwan yang seakan ogah-ogahan menjawab tantangan Jabo. Mungkin penulis skenario [Erros Djarot dan Gotot Prakosa] sengaja memberi dialog ini pada Iwan karena memang mereka tahu Iwan orangnya seperti itu. Jika kita mengutip kalimat "Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata" dari puisi Willy, maka Iwan cenderung malas untuk melaksanakan kata-kata.

[Sedikit intermezzo, dua hari lalu saya mewawancarai Bimbim Slank. Kurang lebih dia berkata hal yang sama soal Iwan. Jika Slank ingin tak sekadar bicara, tapi ada aksi, Iwan lebih memilih posisi sebagai seniman yang hanya mencetuskan ide.]

Yang ketiga, adalah adegan Iwan Fals yang bertelanjang dada, menenteng gitar di sebuah tepi sungai. Di sana, dia disambut belasan anak kecil yang bertelanjang bulat dan belum disunat. "Bento! Bento! Bento!" mereka meneriakki Iwan dengan nama itu. "Jangan panggil saya Bento!" kata Iwan. Lantas, anak-anak kampung nan kumal itu mengenalkan namanya masing-masing yang ternyata namanya terdengar lebih kota daripada penampilannya. Ada yang namanya Teddy, hingga Jansen. Yang lainnya saya lupa. Dan mereka pun menyanyikan lagu "Bento," diiringi gitar kopong Iwan Fals. Adegan lalu pindah ke hutan di mana seorang lelaki botak berpakaian jas melihat-lihat tanah. Dia lantas dikejar-kejar massa dan gerombolan anak kecil. Dan lagu "Bento" pun dinyanyikan. Gambar berpindah-pindah dari adegan si bos dengan perempuan-perempuan seksi ala '90s dengan blazer yang pundaknya diberi bantalan, dan model rambut mengembang, hingga adegan di pertunjukkan Kantata Takwa.  

Menjelang akhir, adegannya adalah pembunuhan semua personel Kantata. Dan di setiap adegan itu, perempuan berkerudung hanya memandang tanpa bicara nyaris tanpa emosi. Di akhir adegan, si perempuan berkerudung terlihat mengajak ratusan perempuan muda lainnya yang juga berkerudung menuju satu arah. Si perempuan berkerudung yang diperankan Clara Sinta itu, kembali memandang dari kejauhan ke arah para personel Kantata yang sedang berdiri di atas batu.  

Pada saat konferensi pers, saya tanyakan soal simbol perempuan berkerudung ini kepada Erros Djarot dan Willy. Saya merasa para pembuat film tak tegas menggambarkan pandangan mereka terhadap agama. Apa yang ingin disampaikan mereka soal agama, tak segamblang atau selugas penggambaran mereka terhadap sosok penguasa yang menindas. Makanya, simbolisasinya hanya perempuan berkerudung yang bisanya cuma memandang tanpa berinteraksi. Apakah ini karena faktor banyak pita yang terendam hingga adegannya sedikit? Atau memang, itu yang dirasakan pembuat film, agama tak banyak membantu ketika penindasan itu terjadi?

Erros Djarot mengatakan bahwa di era itu banyak kyai yang terkooptasi penguasa. Dan kurang lebih seperti itulah yang ingin disampaikan. Walau begitu, dia bilang, faktor agama digambarkan dengan banyak lewat puisi-puisi yang dibacakan Kyai Willy--meminjam istilah yang digunakan Erros--di film. "Doa itu tak harus melulu literer!" kata Willy. "Kita tak perlu setiap saat mengangkat tangan dan membaca doa-doa."

Kembali ke delapan belas tahun lalu ketika pementasan Kantata Takwa digelar, Willy tak mengira gerakan budaya yang mereka susun malah berkembang menjadi besar. Djody malah mendatangkan paduan suara. Lantas malah merekam lagu-lagu yang mereka buat. "Kalau pementasannya dilarang, minimal lagunya sudah direkam," kata Djody. Djody juga membeli sinar laser untuk pertunjukkan itu. Dan bisa mendapat ijin untuk menggelarnya di stadion. "Bu Tien suka sama Djody soalnya, makanya kami dapet ijin. Djody itu wajahnya mirip Pak Harto waktu muda," kata Erros sambil terbahak.

Film Kantata Takwa ini, mengendap selama belasan tahun di rumah sutradara Gotot Prakosa. Baunya sudah sering dikeluhkan istri Gotot. "Makanya, saya telpon Erros, saya bilang, kalau film ini tak segera dibuat, saya bisa diusir dari rumah," kata Gotot sambil tertawa.

Delapan belas tahun menunggu rasanya tak apa. Seperti halnya film Rock N' Roll Circus dari The Rolling Stones yang baru dirilis pada tahun 1995 padahal dibuat pada tahun 1968, penantian akan film Kantata Takwa tak sia-sia. Melihat sosok para personel Kantata delapan belas tahun lalu, jelas menjadi nostalgia yang menyenangkan. Iwan Fals masih dalam kondisi liarnya. Bertelanjang dada, rambut panjang, berkumis dan berjenggot. Djody belum terlalu memaksakan egonya di Kantata. Dia masih sadar akan posisinya yang sama dengan yang lain, meskipun dia yang membiayai gerakan itu. Berbeda dengan ketika Kantata masuk di album Kantata Samsara, di mana Djody mulai ingin terlihat lebih menonjol dengan cara memasang fotonya dalam ukuran paling besar dan menulis kata pengantar sok bijak dan sok budayawan.                
 

Dan yang paling membahagiakan tentunya kehadiran film musikal seperti ini. Yang digarap dengan baik. Yang punya pesan mendalam sekaligus akan menghibur. Yang tak senorak film [maunya] musikal Bukan Bintang Biasa. Tahun depan, Garin Nugroho akan merilis film [yang sepertinya sih judulnya] Generasi Biru. Film musikal yang digabung dengan dokumenter dan animasi, tentang Indonesia yang dilihat berdasarkan lagu-lagu Slank. Dengan begitu, dua musisi pujaan saya punya film musikal yang berkualitas.[Mudah-mudahan film karya Garin juga akan semenarik Kantata Takwa].

Tapi, melihat film ini saya jadi sedikit sedih. Karena faktanya, sekarang tak ada lagi gerakan budaya sebesar dan sepopuler ketika Kantata Takwa digelar. Gerakan budaya yang tak hanya akan masuk pada kalangan seniman, budayawan dan sejenisnya. Tapi juga akan diterima dengan baik oleh orang awam.

Kantata adalah kombinasi yang pas; Musisi paling digilai di Indonesia, bertemu sastrawan kelas atas, musisi/komposer handal, musisi/seniman gila, dan musisi/penyokong dengan kondisi finansial yang super berlebih.

Buat kamu yang penasaran ingin menontonnya. Berbahagialah, karena atas adanya teknologi digital yang kemudian membuat film ini bisa diputar di bioskop, Kantata Takwa akan diputar di Blitz Megaplex dari tanggal 26 September hingga 4 Oktober. Ini masih bisa diperpanjang jika masih banyak orang yang ternyata ingin menontonnya.

Dan oya, tolong dimaafkan poster filmnya yang jelek. Untuk kali ini, tolong jangan menilai sesuatu dari sampulnya.    
      

 

46 Comments:

Anonymous indratujuh tujuh said...

Gua juga penasaran sih semenjak artikel ttg film ini dimuat di koran Kompas. Di Blitz ya? Berangkatt

September 18, 2008 1:17 PM  
Anonymous ajie gergaji said...

yeah!

September 18, 2008 1:22 PM  
Anonymous veronica kusuma said...

aku dah nonton. saya suka dengan footage-footage konsernya. Luar biasa. Saya jadi percaya bahwa Indonesia pernah punya legenda musik yang hebat. Untuk teatrikalnya, beberapa berhasil, tapi soal perempuan berjilbab itu menurut saya nggak delivered. Malah kesannya jadi norak dan 'tua'. Tapi untuk seluruh kerja keras tim film ini (terutama mas Gotot), selamat. Akhirnya ada juga yang membuat sejarah seperti ini!

September 18, 2008 1:22 PM  
Anonymous arian tigabelas said...

*merindukan saat-saat soleh selalu mengajak menonton film kepada tetangga sebelahnya*

September 18, 2008 1:24 PM  
Anonymous Richard Mutter said...

wooww...!
kudu lalajo pastina mah yeuh..!

thanx 4 d review, membahagiakan siah macana!

September 18, 2008 1:26 PM  
Anonymous moodspiral - said...

om iwannn...;p

September 18, 2008 1:28 PM  
Anonymous Antruefunk Yeah said...

Nonton pasti.

btw ada Laskar Pelangi yang hanya (betul?) di putar di Blitz dan sekarang Kantata Takwa yang juga hanya diputar di Blitz ya Leh. serangan balik buat kompetitornya kali ya? hehe

September 18, 2008 1:32 PM  
Anonymous hagi hagoromo said...

bukan cuma elo Yan, yang rindu..

September 18, 2008 1:33 PM  
Anonymous An . said...

bakal keluar versi DVD-nya gak yah? ini mesti dikoleksi soalnya.

September 18, 2008 1:33 PM  
Anonymous soleh solihun said...

arian: hahaha. ke lah yan, iraha2 urang ajak deui. kan maneh sibuk melukis. :p

richard: siap!

anto: kantata jelas cuma tayang di blitz. soalnya formatnya digital. jadi nggak akan bisa diputer di bioskop lain.

hagi: kan maneh ayeuna lingkungana islami gi. sieun ngajak nonton, eh filmna tak islami. :p

anz: iya, kemaren lupa nanya sama erros. harusnya sih dibuat ya.

September 18, 2008 1:35 PM  
Anonymous arian tigabelas said...

Soleh sudah berubah. apa kita berdoa agar dia kembali jobless Gi?

September 18, 2008 1:36 PM  
Anonymous upie upie said...

urang aya versi VCD & Video Beta na Leh di imah..adeeuuukkkk??? orihinal Leh...

September 18, 2008 1:41 PM  
Anonymous soleh solihun said...

ieu ge aya di kantor vcd konserna mah. si adib mawa ti imahna. kecuali vcd maneh rek diberekeun ka urang. hehe.

September 18, 2008 1:42 PM  
Anonymous adib adib said...

Jangan yan, nanti dirimu nggak gua kasih job ilustrasi lagi...
Dan deadline kantor molor lagi nggak ada Soleh :-)

September 18, 2008 1:46 PM  
Anonymous hagi hagoromo said...

uhm.
entah Yan..

dinamika persahabatan aja, tampaknya..
sedang asik dengan dunianya aja kali..

kayak temen-temen yang lain..
ada yang lebih mereka kejar..

September 18, 2008 1:46 PM  
Anonymous chika haryani said...

Hmmmm..penting nih..dari dulu gue pengen nonton kantata takwa manggung, tapi ga pernah kesampaian. Jadi, gantinya nonton film ini aja.

September 18, 2008 1:48 PM  
Anonymous adib adib said...

A.D.I.B.... cep, sanes adin...

September 18, 2008 1:48 PM  
Anonymous hagi hagoromo said...

hahaha.
kayak yang baru kenal aja..

September 18, 2008 1:48 PM  
Anonymous tito simon said...

salah satu penyesalan saya adalah tidak menonton konser kantata takwa di surabaya yg diadakan selama 2 hari.. padahal saya sudah dapat ijin dari orang tua.. :(

September 18, 2008 1:53 PM  
Anonymous Agam Fatchurrochman said...

Hadiah lebaran paling berkesan.....

September 18, 2008 2:11 PM  
Anonymous uri putra said...

berangkat!!!

September 18, 2008 2:15 PM  
Anonymous arian tigabelas said...

hahahahahaha

September 18, 2008 2:31 PM  
Anonymous nanni p.h said...

Jd panastarang ah pgn ntn..soleh review nya keren lah.. x_x

September 18, 2008 3:22 PM  
Anonymous maria ardiana said...

26 september sampe 4 oktober... Sip! Makasih ya infonya :)

September 18, 2008 3:44 PM  
Anonymous Iman Fattah said...

iya dong, gue lagi berjuang keras buat cekokin ke blitz film-film musik yang laen nih...hehehe.

September 18, 2008 4:04 PM  
Anonymous Cowboy danCow said...

hatur nuhun leh, bingah ka giri2 lah !
sugan we aya versi dvd na

September 18, 2008 4:18 PM  
Anonymous soleh solihun said...

bagus, man! didukung perjuangannya!

September 18, 2008 4:19 PM  
Anonymous Hasief Ardiasyah said...

Setuju! Biasanya film-film musik diputar di bioskop pas Jiffest doang dan gue nggak pernah bisa nonton gara-gara tiket habis dan/atau jadwal bentrok ama kerjaan atau acara lain.

September 18, 2008 4:22 PM  
Anonymous adib adib said...

setubuh...

September 18, 2008 4:32 PM  
Anonymous adib adib said...

Eh di film Kantata Takwa itu bokap lu keren man, mirip Geddy Lee habis...
badan ramping dan rambut kucir ke belakang panjang gitu...

September 18, 2008 4:33 PM  
Anonymous soleh solihun said...

iman fattah mah kalah liar lah. :p

September 18, 2008 4:36 PM  
Anonymous Iman Fattah said...

hahahaha...iya tuh, masa-masa masih kurus...sampe sekarang juga masih kurus sih...hahahaha.

dia emang sangat ter-influence sama geddy lee banget, diajarin langsung sama orangnya waktu di US sih, hehehe.

oh iya, maap ya guys, revisi tulisan god bless gue usahain minggu ini, lagi agak ribet soalnya.

September 18, 2008 4:36 PM  
Anonymous Iman Fattah said...

wah, kalo soal bandel mah jangan tanya deh donny fattah jaman dulu...hahahaha.

gue masih ada tuh foto dia diambil dari majalah aktuil bokap sampe tidur-tidur di panggung tahun 70an...ck ck ck.

eh, ini kok jadi ngomongin bokap sih, ayo balik ke kantata takwa...hehehe.

September 18, 2008 4:40 PM  
Anonymous soleh solihun said...

sekarang yang tidur-tidur di panggung, malah acong. hahaha.

gpp man, ngomongin donny fattah, biar menambah inspirasi untuk tulisanlu. hehe.

September 18, 2008 4:42 PM  
Anonymous motulz motul said...

wah?? ada film nya??? weeeeeehhh.. keren nih

September 18, 2008 5:57 PM  
Anonymous eric sasono said...

keren leh tulisan maneh. lo baca nggak tulisan gue pertama yg isinya memang resensi film itu. gue tetep ngerasa gerakan budayanya bentuknya udah rasa basi dan 90s sekali. termasuk ungkapan jilbab yang kontekstual banget.
tulisan gue kedua yang ngeliat ini punya potensi besar sebagai gerakan budaya melawan dominasi dan monopoli ungkapan islam dari kalangan skripturalis.
tapi ini termasuk satu-satunya film yang buat gue bikin 2 tulisan tentang content-nya. memang ada film lain yg buat gue bikin banyak tulisan, tapi bukan content-nya..

September 18, 2008 7:34 PM  
Anonymous fals stones said...

sungguh beruntung, mas sholeh dpt kesempatan paling duluan nonton film ini....
----------------------

mohon ijin tuk dicopas ulang...
terima kasih mas...

September 18, 2008 7:54 PM  
Anonymous Karlina Octaviany said...

Aseek untung ada Blitz buka dK.Gading jd dkt rumah hohoho..Go,Iman go,'racunin' si tante dgn ide2mu hehe..wah,Iman jd jg nulis ttg Godbless,ide lama yg akhirny terwujud:-)

September 18, 2008 9:39 PM  
Anonymous Syafiq Baktir said...

makasih infonya... surabaya kapan mainnya??
http://iwanfalsmania.blogspot.com/2008/09/kantata-takwa-movie-sudah-tayang.html

September 19, 2008 12:18 AM  
Anonymous soleh solihun said...

eric: wah, terima kasih mas. belum baca tulisan yang pertama mah, baru baca tulisan kedua [dan setelah menonton filmnya, jadi lebih paham apa yang disampaikan mas soal melawan dominasi dan monopoli ungkapan itu].

falstones: sip. ambil aja.

syafiq: kayaknya, film ini serentak di seluruh blitz deh. kemungkinan tanggalnya sama dengan yang di jakarta.

September 19, 2008 11:09 AM  
Anonymous Budhi Suwarsono said...

Wah jadi penasaran nih. pengen nonton

September 19, 2008 11:42 AM  
Anonymous wage egaw said...

itu posternya,mata-nya mau dimiripin kover kaset album Mata Dewa kitu?hahaha.nonton ah...kudu!

September 19, 2008 12:33 PM  
Anonymous Ariawan Herwiandito said...

thanks infonya, leh. ntar gue kejar abis lebaran

September 19, 2008 1:28 PM  
Anonymous arista budiyono said...

wah makasih mas reviewnya..... jadi pengen buru2 nonton neh

September 19, 2008 9:01 PM  
Anonymous mike shinoda said...

harga tiket kena brp nich kalo ama tmn2 oi...???
Bisa kali kurang,,,,
hehehehe...
Pas brp ...???

September 20, 2008 12:40 AM  
Anonymous Adriansyah Ismail said...

26 september? hmm. trims infonya, ya! salam kenal. *gw pernah salam kenal, belum ya?*

September 21, 2008 8:49 AM  

Post a Comment

<< Home