Monday, September 25, 2006

John Paul Ivan: "Walaupun Tanpa Boomerang, Aku Harus Bangkit Kembali!"


Akhir Juli lalu, John Paul Ivan, eks gitaris Boomerang, memberi kabar soal band barunya. Minta dipromosikan di majalah kami. Hasilnya, Selasa [1/8] dia datang ke kantor. Sendirian. Dan ini petikan wawancaranya.

Bagaimana ceritanya bisa gabung ke U9?
Aku keluar Boomerang, 12 Juni 2005. Tapi sebelum keluar, sudah nge-jam dengan banyak musisi. Dulu sih niatnya pengin bikin album solo. Aku waktu itu udah manggung ke mana-mana, dengan John Paul Ivan Trio. Kami maenin lagu yang menurut kami enak. Pokoknya lagunya disesuaikan dengan segmen pendengarnya. Nopember, Log nelepon Aku. ‘Gimana nih, ada band U9 yang juara festival. Dia mau rekaman untuk album kedua.’ Waktu itu aku mikir, boleh tapi cuma featuring aja. Terus, Log nawarin, ‘Wah jangan featuring, kalau mau, gabung saja.’ Soalnya satu gitaris U9, keluar. Dan kenapa Aku yang ditawarin? Agustus 2005 Aku ditawari jadi juri festival rock-nya Log. Bintang tamunya kebanyakan U9. Selain jadi juri, aku nge-jam juga bareng mereka. Waktu itu masih bawain lagu Boomerang. Akhirnya aku putuskan gabung setelah ngobrol panjang dengan Log. Desember Aku putuskan terima. Kami jalani saja. Di sini tidak ada ikatan atau gimana. Kita lihat saja album ini nanti bagaimana.

Percobaan?
Bukan percobaan juga sih. Hanya, kami nggak bisa menjanjikan. Yang penting komitmennya. Aku harus jadi musisi yang professional. Januari langsung rekaman. Karena materi mereka sudah siap. Nopember dikasih demo U9. Mungkin karena dari materi juga, Aku merasa bisa melebur. Bisa memberi enerji. Materi lagunya bagus-bagus. Sesuai dengan umur mereka. Segmennya untuk remaja. Dan Aku lihat dari sisi komersil, mereka punya potensi. Walaupun dibalut dengan rock.

Beda berapa tahun usia Anda dengan mereka?
Satu dekade. [tertawa].

Bertahun-tahun main dengan yang seumuran
Beda sekali. Memang kerasa bedanya. Tapi Aku sudah komit. Aku harus jadi seorang yang professional. Itu harus disisihkan. Melebur saja. Aku harus masuk ke dunianya mereka. Jaman-jaman umur 24 itu bagaimana. Tapi memang beda, kalau jaman Aku dan anak sekarang, cara pandangnya beda.

Chemistry?
Sejauh ini sih nggak apa-apa. Aku sih gampang saja. Yang penting, di band begini, kita harus bersikap professional.

Musikalitas?
Mereka bagus-bagus.

Referensinya kan berbeda
Ya memang, mereka berkembang di jamannya. Cuma buat Aku, itu bagian dari masukan, input. Taman ilmu lah. Soalnya Aku tidak mau mematok Aku begini kamu begitu. Makanya, itu meleburnya. Talent mereka bagus-bagus. Dari semua lini. Gitar, drum, bass.

Bagaimana rasanya keluar dari band yang sudah besar ke band yang masih baru?
Ya ini resiko yang Aku harus jalani. Dulu keluar dari Boomerang sudah dipikirkan matang-matang. Aku keluar dari yang menghidupi Aku. Istilahnya rejekinya ditinggalin begitu saja. Tapi ya itu konsekuensi. Walaupun tanpa Boomerang, Aku harus bangkit kembali. Meskipun dari nol lagi. Bergerilya lagi. Berpromo lagi. Nggak apa-apa. Aku menjalaninya dengan enak. Hidup punya rotasi. Kadang di atas, kadang di bawah. Bagaimana kita menjalaninya. Yang penting dengan senang.

Pernah terpikir tidak, kalau Log memanfaatkan nama besar Anda untuk mendongkrak U9?
Semua ada alasan dan strateginya. Memang tidak dipungkiri, istilahnya semua ada alasan bisnis di balik itu. Nggak usah jadi orang munafik. Yang penting menyelaraskan dari kepentingan-kepentingan itu. Jiwa Aku memang jiwa player. Lebih suka main daripada duduk di belakang meja. Makanya Aku terima ini. Karena dengan berbagai pertimbangan. Memang tidak bisa secepat yang diharapkan. Itu nanti akan berjalan dengan sendirinya. Yang penting kita jalani dengan benar.

Ketika keluar dari Boomerang, pasti mencari sesuatu. Apakah yang dicari sudah didapat di U9?
Beda mungkin ya jaman dulu dengan sekarang. Aku harus jadi sosok yang professional saja sekarang. Ingin main musik dengan suasana yang enak, tenang dengan kondisi yang professional. Kalau jaman saya keluar dari Boomerang, ya karena memang nggak enak. [tertawa].

Apanya yang tidak enak?
Mungkin visinya. Akunya yang stress. Mendingan aku keluar.

Sudah tidak nyaman ketika menggarap Urbanoustic?
Dibilang tidak nyaman juga, tapi ada lagu-lagu yang bagus. Waktu itu, aku ya sudah. Jadi seorang yang professional saja. Aku main all out. Semua yang aku rasakan, ditumpahkan di sana. Meskipun kondisinya secara jujur sudah tidak dapet. Konsep album itu, nggak dapet. Puncaknya Boomearang, ada di Extravaganza dan Terapi Visi. Nah yang Urbanoustic, aku juga mencurahkan, Cuma soal konsep, nggak dapet. Mungkin itu sudah tidak nyambungnya pikiran kami berempat.

Pengaruh ganti label mungkin?
Sebenarnya bukan pengaruh dari label juga. Itu memang kondisi dari kami. Sony membebaskan kami. Memang kaminya yang tidak nyambung.

Apakah akan berbeda kondisinya seandainya sesudah Terapi Visi kalian rehat dulu? Mungkin karena jenuh.
Kejenuhan mungkin ada. Tapi kalau dari kita yang mau hidup dari musik, itu harus diatur. Ini visinya yang tidak sama. Kami mau bikin Boomerang yang enak itu bagaimana? Itu yang nggak nyambung.

Puncaknya apa yang bikin Anda keluar?
Pertimbangannya banyak. Sebenarnya dari album Terapi Visi itu sudah mulai. Cuma semangat aku yang kuat, jadi tidak terlalu menggubris itu. percik-perciknya sudah ada memang. Tidak bisa segila dulu. Tapi aku sudah hilangkan, soalnya aku mau konsentrasi ke Terapi Visi. Nah menjelang Urbanoustic, suasananya tambah tidak bagus. Akhirnya aku udah ancang-ancang.

Soal visi, berarti yang bertiga memang satu visi?
Aku nggak ngerti apa yang ada di kepala mereka. Mungkin mereka udah no big deal dengan kondisi itu. Mereka juga sebenarnya ngerti harus bagaimana, tapi ya udahlah. Atau mungkin mereka punya pandangan ke depan. Cuma ya gitu, nggak bisa direalisasikan. Nggak nyambung.

Waktu di Soundrenaline tahun lalu, Anda main di mana-mana. Seperti orang yang baru putus. Ada yang manis, langsung didekati.
Itu pandangan orang saja. Kenapa saya begitu? Hanya ingin menjaga eksistensi aku sebagai player. Kalau lama diam, nggak baik buat aku. Selain butuh penyaluran, aku butuh proses pembelajaran, makanya manggung. Kalau aku berhenti main, itu namanya kemunduran buat aku. Makanya aku nggak lihat omongan orang. Ada tawaran, aku terima. Atau aku menawarkan, eh kita bikin kolaborasi.

Bagaimana peran Anda di album ini?
Aku lebih banyak sebagai player saja. Lebih gitaris yang memberi sentuhan. Bukan sebagai komposer.

Kasarnya sih, ego gitaris Anda masih tersalurkan.
Masih. Ada part-part tertentu yang bisa aku curahkan. Istilahnya, orang masih bisa dengar, oh ini gaya permainan Ivan. Kalau aku di sini nggak dapat, masa aku bergabung. Pokoknya masih bisa menyalurkan hasrat. [tertawa].

Keinginan membuat album solo masih ada?
Masih. Tapi lihat situasi kondisi dulu. Industri musik Indonesia masih nggak karuan. Bukan soal bakat orang. Cuma pelaku bisnisnya, hukumnya. Aku masih mikir, kalau bikin solo, yang beli siapa? Kalau sudah jadi, terus nggak laku, ya malu. Pasarnya tuh susah untuk nerima sesuatu yang lain. Hukumnya juga masih belum beres. Orang tinggal download-download saja.

Atau karena album solo gitaris susah dijual?
Oh itu pasti. Segmennya kecil sekali. Cuma soal hak cipta juga masih belum beres. Bajakan masih ada. Akhirnya, mana yang prioritas utama lebih enak. Itu nanti lah, album solo sih, side project. Kalau memang sudah ada waktu luang yang enak. Mood-nya dapet.

Memangnya, seberapa penting pertimbangan komersil buat Anda dalam membuat karya?
Kalau aku sih, selaras. Kita bisa mengeluarkan idealisme, juga komersialitasnya. Kalau terlalu komersil, nanti hilang esensi bermusiknya. Atau sebaliknya. Yang penting balance.

Sekarang kan diberi embel-embel U9 di belakang nama Anda. Ivan U9. Bagaimana perasaan Anda?
Memang harus begitu [tertawa]. Ini sebenarnya kan dari orang. Bukan dari akunya. Kalau dari aku, nama ya tetep nama sendiri. Soalnya, mau nggak mau begini. Kondisi di U9 ini memang bukan band yang dibentuk dari awal. Aku masuk dengan adanya pertimbangan-pertimbangan. Ya mau nggak mau seperti ini. Mau diapain? [tertawa] Jalanin saja.

Tapi bukan langkah putus asa kan gabung di U9?
Bukan begitu. Ini masih awal. Aku juga belum tahu, nantinya bagaimana. Yang penting sekarang komit. Kami sama-sama membangun. Kami jalani dari awal. Yang penting niatnya dulu.

Yang menyenangkan bekerja dengan anak-anak U9 ini apa?
Bedanya begini. Band yang sudah besar dengan band yang masih baru, perbedaannya adalah semangat. Mereka semangatnya masih tinggi. Ingin cepat dikenal orang. Band yang sudah di atas, biasanya penyakitnya begitu. Karena keenaknya sudah didapat. Semangat itu sudah menurun. Mau bagaimana? Mau terus more more more! Utak-atik band ini, atau Cuma ya udah sampai sini saja. Tinggal main. Tidak ada semangat yang lebih.

Penilaian Anda soal dua gitaris baru Boomerang?
Si Andri eks gitaris Power Slaves, aku bilang bagus. Bisa kasih sesuatu yang fresh. Cuma Boomerang-nya yang tidak bisa menunjang. Tidak bisa mengimbangi si Andri. Stuck di situ saja. Sayang. Harusnya berubah lagi. Bukan jadi band yang lain. Tapi harus dipupuk lagi. Kalau gitaris yang satu lagi, masih additional.

Berat tidak meninggalkan band yang dirintis sejak awal?
Sangat berat. Aku memikirkannya benar-benar. Ini band yang aku mauin. Jiwa aku di situ. Tapi ternyata, malah aku sendiri yang meninggalkan.

Komentar orang-orang terdekat Anda?
Pasti banyak yang menyayangkan. Kenapa keluar? Harusnya kamunya yang mengubah. Apalagi komentar fans. Marah semua. Tapi biarin saja. Mau ngomong apa saja.

Itu momen terberat Anda selama berkarir?
Istilahnya aku keluar dari tambang emas. Orang pasti mikirnya, kok bodoh sekali. [tertawa].

6 Comments:

Blogger budibadabadu said...

hey Leh, gua suka pertanyaan ini!!!

Waktu di Soundrenaline tahun lalu, Anda main di mana-mana. Seperti orang yang baru putus. Ada yang manis, langsung didekati.

kewl! pengamatan yg jeli, dan analogi yang sangat tepat. cucok nekkk...

September 28, 2006 7:19 PM  
Blogger Soleh Solihun said...

maklum. pengalaman pribadi bud. jadi, ada semacam kedekatan psikologis. hehe. bukan soal cabut dari band-nya ya. :D

October 03, 2006 1:37 PM  
Anonymous Anonymous said...

ngak apa2 koq..gua setuju aja kalo mas ivan gabung ke u9, itung2 tukar pemikiran dengan band yang baru muncul..

bravo musik indonesia!!

January 17, 2008 8:34 AM  
Blogger Rai Van Deepwell said...

sya pribadi sngat mnyayngkan JPI Hengkang dri BOOMERANG pdhal Muzik BOOMERANG sngat identik dng petikan gitar JPI, so...sya tetap BOOMER's sejati and ttap ngFan's sm..JPI tetap semangat.....

NB:"soal JPI manggung dgn group lain tdk jdi prsoalan itu hak anda so...msalah mau buat album solo sya sngat mendukung krna sya trmasuk ngFan's sama gitar solo and sya jga koleksi album :Joe satriani, Steve vai, Eric Johnson, John Petrucci, lan liyo liyane so..tetap semangat dan selalu berkarya merdeka....!!!

February 07, 2010 11:54 AM  
Blogger Rai Van Deepwell said...

This comment has been removed by the author.

February 07, 2010 11:56 AM  
Blogger Don Manalu said...

JPI udah gak sehati lagi ama personel Boomerang yang laennya puncaknya di album Urbanoustic???????

aneh!!!!!jika ingat lagu2 boomerang di awal-awal tahun '94,Boomerang emang beneran musisi sejati,musiknya kena,dan samapi sekarang masih kesimpen semua itu di hard disk,,tapi kenapa pas di ujung2 karir boomerang,om JPI malah seperti putus asa yah?bukan majuin gimana supaya survive terus,ini malah keluar..

om Andry franzzy,baru maen di satu album,dan musiknya langsung beda,,,kamu tahu kenapa?entahlah,tapi boomerang kayakna udah beda,,cuman suara om Roy aja yang buat orang tahu,itu Boomerang...

maju terus om JPi,juga dengan group barunya bareng Krisyanto dan Pay,,,hahahaha

March 29, 2010 3:00 PM  

Post a Comment

<< Home