Thursday, September 07, 2006

Jamie Aditya: "Saya Laki-laki Terminder di Dunia!"

Ini wawancara dengan Jamie Aditya untuk rubrik 20Q yang dimuat di edisi perdana. Versi yang belum dieditnya.

Kenapa dulu memutuskan untuk tidak lagi jadi VJ MTV?

Kontraknya sih sebenarnya masih tiga tahun lagi. Ditawarin tiga tahun lagi. Cuma, ibu saya kena kanker payudara. Saya bilang, saya mau berhenti deh. Mama udah pindah ke Australia. Jadi, malamnya dikasih tahu mama, besok paginya, saya berhenti. Ingin di sisi mama. I just want to be close to mama. Ya sudah, begitu saja. Kalau tidak ada masalah seperti itu, tidak mungkin saya berhenti. Soalnya, duitnya oke juga. [tertawa]. Mungkin kalau sudah punya anak, mungkin tidak akan seperti itu juga.

Apakah memang Anda menetapkan batas waktu pada diri sendiri? Bahwa sekian tahun Anda akan jadi VJ. Lalu, sekian tahun akan jadi pembawa acara yang lain. Dan tahun lain Anda akan melakukan hal lain.
Ah tidak juga. Dannie Mc Gill kan waktu saya masuk MTV, dia juga umurnya sudah 38 tahun.

Masuk dunia hiburan karena kebetulan atau ini sesuatu yang sudah Anda cita-citakan sejak kecil?
Sebetulnya, saya tidak pernah berpikir ingin jadi apa. Dari kecil, ingin jadi musikus. Saya juga lumayan bagus menggambar, melukis. Pernah juara waktu ada lomba lukis cilik se-DKI. Terus, keluarga saya juga banyak seniman. Kakek saya, Achdiat Kartamihardja, bisa dibilang jamannya Aki kan teman-temannya tuh orang Renaissance, nyanyi bisa, Aki saja maen gitar, piano, suling, kecapi, semua bisa. Nulis juga, pencak silat. Budayawan. Dia juga menulis buku Atheis. Sepertinya bakat musik dan menghibur dari keluarga ibu. Mang Ai juga masih…Harry Roesli maksudnya. Dia menikah dengan anaknya Aki Babang. Dia tuh adiknya Aki Cece. [bicara dengan logat Sunda]. Halal bi halal tuh masih bertemu musikus-musikus. Izur Muchtar juga masih saudara. Dia tuh cucunya Aki. Keluarga saya seperti badut. Kalau bertemu, semuanya nge-bodor. Terutama ibu saya, dulu paling badut. Tapi di rumah, serius sekali. Pas bertemu teman atau keluarga, dia ha ha ha ha. [tertawa].

Apa ambisi Anda?
Jadi bapak dan suami yang baik. [tertawa]. Ingin main musik. One day, ingin punya band sendiri.

Katanya Anda pernah ikut tur kelompok musik juga ya?
Waktu tahun ’92, di Ratu Plaza ada café The Stage, setiap Selasa dan Kamis, ada malam blues. Saya mengisi acara. Anak-anak Potlot suka datang, Kiboud Maulana, Abadi Soesman, Luluk Purwanto, suka jamming. Saya juga pernah ikut Krakatau tur, baru di Bandung dan Jakarta, tahun ’92. Trie Utami menyanyikan sepuluh lagu, saya dua lagu. Ingin terlihat lebih modern, dengan memasukkan reggae dan rap. Pas bagian reggae, saya masuk. [tertawa]. Sempat tur Jawa main gitar mengiringi Iwa K.

Kemarin sempat merekam duet dengan Glen Freddly ya?
Loh, tahu dari siapa? Saya lagi hang out di studio. Tahu-tahu ada Glenn Fredly, padahal teman saya yang di studio itu bilang, kalau ada Glenn keluar aja ya, soalnya dia mau kerja. Eh tiba-tiba dia bilang, Jamie, kapan-kapan kita kerja bareng ya? Sekarang saja! Ya sudah, malam itu kami merekam lagu “Good Times Bad Times”. Dulu juga sempat bareng Humania juga. Terserah apa maumu [nyanyi sambil tertawa]. Musik puber banget!

Masih suka nonton MTV?
Waktu di MTV juga tidak pernah nonton. [tertawa]. Waktu saya masuk MTV, saya sedang suka musik etnik. Tidak suka musik pop Amerika. Saya selalu bilang pada bos, musik etnik di Asia itu banyak sekali dan mereka juga punya local ethnic pop. And the boss said, go to hell with your ethnic music! Nobody wants to know! Awalnya, oke saya harus belajar musik pop. Setiap bulan ada yang baru. Lama kelamaan, kok terdengar sama semua? Akhirnya, kalau saya harus wawancara boyband misalnya, saya tahu mereka hari itu juga. Oke, ini Westlife. Dikasih lihat biodatanya, CD-nya saya dengar. Waktu wawancara saya bilang, ‘Oh I’m a big fan!’ [tertawa].

Kalau MTV Indonesia?
Saya lebih tertarik dengan MTV Indonesia. Mereka support local act. Big label maupun indie, bisa masuk juga.

Beri pendapat untuk tiga eks VJ MTV ini; Ari Kuncoro, Sarah Sechan dan Shanty!
Pokoknya semua asik! [tertawa]. Karena saya sudah lama di situ, tahu. Kelihatannya mudah, untuk orang lain mungkin mudah. Tapi saya selalu stress di depan kamera. Akhirnya, saya harus akting. Pura-pura jadi orang lain, baru bisa. Kalau jadi diri sendiri, saya selalu malu. Over acting. Saya tidak bisa mengkritik pembawa acara. Soalnya saya tahu itu susah.

Banyak yang bilang, sebagai VJ MTV Anda tidak tergantikan. Bagaimana pendapat Anda?
Oya? Siapa yang bilang? Kenapa tidak kirim surat buat bos, suruh saya kembali lagi, naikan honornya! [tertawa]. Tapi sepertinya tidak deh. Saya tidak mungkin ke sana lagi. Kalau di luar mungkin, umur 30-an masih ada yang nonton. Kalau di sini kan, usia puber. Saya juga sudah kepala 3, jadi tidak pantas lagi membawakan acara puber.

Kalau diibaratkan musik, maka Jamie Aditya adalah musik apa?
Saya sih lebih suka musik soul tahun ’70-an. Al Green, Curtis Mayfield, Sly and The Family Stone. Tapi saya mendalami musik reggae sepuluh tahun. Hanya mendengarkan reggae.

Kalau rekaman, musik Anda akan soul juga?
Kita lihat saja nanti. Soalnya saya sudah bicara ini sepuluh tahun. Tapi tidak jadi juga. Mungkin karena terlalu banyak dibicarakan.

Ada yang bilang, Anda susah dicari. Apakah ini imej yang ingin Anda ciptakan, atau memang Anda tidak ingin diganggu?
Masalahnya, saya belum punya manajer dan belum punya agen. Terus, saya tidak suka bicara soal duit. Bagaimana ya? Misalnya bicara pekerjaan, terus begitu dia bicara duit, saya panik. Harus bicara apa? Waduh, tidak usah deh. Lama-lama jadi tidak ada pekerjaan. [tertawa]. Sejak dapat istri, paling tidak ada yang bisa angkat telepon. ‘Oh iya, Jamie mau minta segini. Ini istrinya.’ Dulu sih panik, saya tidak tahu caranya bernegosiasi. Kan sudah saya bilang, saya laki-laki terminder di dunia.

Anda warga negara mana sebenarnya?
I’m a… what do you call it? World citizen. Begitu saja deh. [tertawa].

Secara hukum?
Saya tidak peduli pada hukum. [tertawa]. Apalagi di Indonesia. Katanya Negara berdasarkan hokum, ternyata tidak juga. Next question! [tertawa].

Bagaimana Anda memandang kondisi Indonesia sekarang?
Sebenarnya kan…Ah saya tidak mau bicara apa-apa soal itu deh. [tertawa].

Kalau di hati Anda, bagaimana posisi Indonesia?
Saya kan anak mama, anak bungsu. Lebih dekat ke ibu. Tahun ’74 kami pindah ke Jakarta, waktu itu umur saya empat tahun, sekolah di Jakarta International School. Tiap hari bicara dalam bahasa Inggris. Sebelas tahun tinggal di Jakarta. Selama di sini, mungkin karena setiap hari bicara bahasa Inggris terus, jadi agak kaku bahasa Indonesia-nya. Selama saya di sini, waktu kecil banyak hal tidak enak terjadi dalam hidup saya. Sempat dipukuli anak-anak sekolah lain, sepulang sekolah. Dilempar batu oleh kuli bangunan. Bule! Sana lu! Waktu umur lima tahun, sedang jalan-jalan di Pasar Mayestik, preman pasar meludahi muka saya. Jadi trauma! Oh jadi saya bukan orang sini? Terus, umur lima belas tahun kembali ke Australia, hey Asian you! F*#&in Asia! Di sini saya Asia? Dipukuli Nazi Skin Head. Setiap kali masuk bar, selalu ada yang memukuli saya. Saya tinggal di Canberra memang masih kampungan, jarang mix, masih sedikit imigrannya. Bisa dibilang, saya laki-laki terminder se-Indonesia. [tertawa]. Bertemu orang Indonesia, minder.

Sekarang lebih banyak tinggal di mana?
Tahun ’85 kembali ke Australia. Sempat kembali ke Jakarta tahun ’92, lalu kembali lagi ke Sydney tahun ’93 sampai ’96. Terus pindah ke Singapura. Tujuh tahun di sana, terus pindah lagi ke Australia. Dan sekarang, udah sembilan bulan di sini. Kami beli tanah di Barron Bay, dan sepertinya di sana korupsi juga. Soalnya, waktu mau bangun rumah, seharusnya enam minggu ijinnya bisa beres. Kami sudah satu tahun enam bulan. Setiap kali menelepon, ‘Oh iya sedang diproses. Kami butuh report ini.’ Padahal mereka udah punya laporannya. Rincian tanah saya sudah ada pada mereka. Setiap kali bikin report harus ada ahlinya. Bayar ahlinya berapa ratus dollar. Sementara, mereka yang banyak uang, tetangga-tetangga kami, datang ke sana, memasukan aplication next week sudah dikasih. Sepertinya, saya diperas. Apa karena saya Asia? Soalnya hanya saya yang dipersulit. Kami sewa rumah kan di sana, dan mahal sekali. Ya sudah, kami pindah saja ke sini, sambil nunggu aplikasi. Tapi, saya lupakan saja tanah di sana. Mau beli rumah di Garut saja, Pameungpeuk. [tertawa].

Katanya Anda berdarah Sunda. Kalau bisa berbahasa Sunda, peribahasa Sunda apa yang bisa Anda ingat sekarang?
Kawit ti Garut Sumedang abdi mah.
[tertawa]. Saya tidak bisa bahasa Sunda. Soalnya besar di Jakarta. Tapi yang selalu saya ingat sih, waktu masih kecil kan suka takut sama hantu, jadi saya selalu diajari ini oleh Aki Encep, dug turu raga gemuling badan turu ati eling roh madep maning Allah. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar! Tidak usah takut. [tertawa]. Oya, sama ini peribahasa Moro Julang Ngaleupaskeun Peusing. [Berburu burung melepaskan trenggiling, artinya bertaruh untuk sesuatu yang belum pasti, melepaskan yang besar kemungkinan bisa didapat]. Waktu kecil, saya sering diasuh kakek nenek. Tahun ’60, kakek saya pindah ke Australia, karena ada masalah dengan Soekarno. Always keep protest against Soekarno, bersama Mochtar Lubis. Mereka masuk penjara, Aki pergi ke Australia. Sejak tahun ’60 tidak pernah kembali ke sini, kecuali untuk liburan. Dan kakek selalu memutar lagu-lagu Cianjuran, kacapi suling. Biarpun tidak bisa berbahasa Sunda, saya bisa memainkan suling. Kemarin ada halal bi halal di Bandung, ada nenek-nenek datang. Dia bilang, ‘Jamie hebat, bahasa Sunda nggak bisa, cuma nyuling bisa. Orang Sunda-nya mah belum tentu bisa.’ [sambil menirukan gaya bicara nenek itu]. Disuruh nyanyi juga. [dia lantas melantunkan sinden Sunda].

Berarti sisi humoris datang dari sisi keluarga ibu?
Ya. Tapi, dari my father’s side lumayan lucu juga. Mereka suka bernyanyi, tapi karena keturunan Irlandia Skotlandia, peminum semua. [tertawa]. Lem keluarga itu alkohol.

Bagaimana ceritanya bisa jadi host Travel and Living? Apakah mereka mengontak Anda begitu tau Anda keluar dari MTV? Atau Anda melamar?
Kebetulan waktu saya keluar dari MTV, langsung ditawari oleh production house [PH] yang ingin membuat acara untuk Discovery. It worked out nicely. Dan Discovery lebih fleksibel soal waktu. Syuting dua minggu, off dua bulan. Jadi masih banyak waktu buat mama. Waktu itu hanya mengerjakan delapan episode. PH-nya baru pertama kali syuting di luar Singapura. Tidak biasa bekerja di luar negeri. Anyway, yang seharusnya delapan episode diberi oleh Discovery, jadi dua tahun. Discovery menganggap PH itu kurang professional. Jadi, ketika akan membuat acara itu lagi, Discovery tidak ingin memakai PH itu lagi. Ternyata, PH itu memegang hak untuk acara itu. Ya sudah. Berhenti deh itu show-nya. Tapi, saya masih diakui oleh Discovery, bahwa saya ikon di sana. Kalau ada ide untuk show baru, silakan hubungi mereka.

Anda salah satu pengisi acara di program TV Travel and Living, fulfillment apa yang Anda dapatkan dari traveling?
Saya memang selalu suka dengan budaya negara lain. Everytime I meet somebody, saya tahu dia dari mana asalnya. Kalau saya lihat ada orang, sepertinya bukan dari Indonesia nih, saya tanya, dari mana? Oh I’m from Africa. Ghana. What’s your tribe? Ashanti. Oh Ashanti itu Christian atau Muslim? Nanya-nanya aja. Dan akhirnya, semua orang dari seluruh dunia, kalau saya tahu saja, satu kalimat, ‘Halo apa kabar?’ orang sudah senang. Mereka datang dari seluruh dunia, terus sendirian. Jauh dari negeri asalnya. And then somebody says hi! How do you know I’m from Kenya? Soalnya kalau orang Kenya tinggi kurus, Ghana besar tapi rahangnya begitu. Dengan kerja di Discovery, asik sekali. Bisa jalan-jalan ke mana-mana, bertemu kebudayaan baru.

Ada gossip, Anda pernah mengerjai stasiun radio di Bandung, dengan menelepon mereka dan mengaku sebagai Kirk Hammett dari Metallica. Benar?
Betul. Soalnya waktu itu, Metallica kan pernah main di Jakarta. Sempat didatangi orang-orang radio. Wawancara di hotel. Waktu itu, saya sedang belajar suling Sunda di Bandung. Menginap di rumah sepupu saya, Firman. Itu ide dia. Bagaimana kalau kamu menelepon mereka, pura-pura sedang berlibur di Bali, mau keep in touch dengan radio-radio di Indonesia. Terus, saya nelepon, hi this is Kirk Hammet. ‘Siapa? Oh Kirk Hammett! What are you doing in Indonesia?’ Oh I’m here in Bali. We’ve just been recording our new album, and we’re really tired. I’m just like to keep in touch with the media. Promote our new album. Mungkin ada sepuluh tahun mereka tidak tahu soal itu. Sempat juga, fans Metallica minta diputar lagi wawancara dengan Kirk Hammett. [tertawa].

Seandainya ditawari jadi pembawa acara di program berita ekonomi, yang harus memakai jas—dengan bayaran yang sama, apakah Anda bersedia?
Saya mau coba cari duit dari acting atau musik. Kalau belum bisa, saya mau juga sih. Pilihan terakhir lah. Kalau sudah broke, baru mau. [tertawa]. Naked news mungkin? Sepertinya asik.

Pernah membayangkan bagaimana rasanya kerja kantoran, 9 to 5?
Saya pernah kerja di kantor pos, memakai seragam. Kalau bekerja kantoran sih, sepertinya tidak mungkin. Siapa juga yang mau mempekerjakan saya? Tidak ada bakat. Bakatnya hanya membuat orang tertawa. Di sekolah juga begitu. Secara akademis kurang bagus. Nakal juga. Dari dulu hanya bisa ngebodor. Berapa kali disuruh keluar kelas. Guru saya bilang, ‘Nanti kalau sudah besar mau jadi apa? Mau jadi badut?’ Akhirnya benar juga. Jadi badut. [tertawa].

Apa kompromi terbesar Anda setelah menikah?
Waktu baru menikah sih, masih sama seperti pacaran. Sejak baby keluar, saya sudah tidak gerak badan lagi, olahraga lagi, maen musik lagi. Baru sekarang, sejak kembali ke Indonesia, dan dia sudah tiga tahun, bisa ditinggal di rumah.

Waktu dihubungi untuk wawancara, Anda bilang istri Anda ingin melihat Anda memakai pakaian rapi, memang Anda tipe orang yang lebih nyaman memakai t-shirt?
Saya beli baju, waktu masuk MTV saja, ada duit. Sejak itu, tidak pernah beli baju lagi. Istri saya bilang, ‘Beli lagi baju baru dong. Sudah sepuluh tahun pakai baju itu terus, sudah berlubang tuh!

Anda dulu dikenal sebagai Jamie si Anak Ajaib, disejajarkan dengan kehidupan dan pencapaian seorang Jamie Aditya sekarang, apakah sebutan itu sudah pantas?
Wah tidak tahu ya. Itu terserah yang melihat saya. Menurut Anda bagaimana? Ajaib tidak? [tertawa grogi].

Anda bermain gitar ya. wah, ego gitaris kan besar tuh.
Ya. biasanya gitaris tuh penisnya kecil, makanya egonya besar. Makanya kalau main gitar…[menirukan suara petikan gitar]. Tapi bukan berarti penis saya kecil. [tertawa]. Ukuran sepatu aja 13. Ayah bule. Biar seluruh Indonesia tahu, kaki saya besar! [terbahak]

Kalau Anda diangkat jadi menteri Pariwisata dan Kesenian, apa yang akan Anda terapkan dan wujudkan bagi Indonesia?
Lebih banyak promosi di luar. Soalnya, saya baca di Muangthai, setelah tsunami malah bertamah turisnya. Ternyata mereka menghabiskan biaya promosi yang besar sekali, US$ 60 juta. Mereka naik terus, tapi Indonesia malah turun terus. Terus orang bilang, di sini kan banyak bom? Eh di Thailand juga banyak bom. Tapi tetap saja banyak turis datang.

Seandainya Anda bisa bertemu dengan SBY, apa yang akan Anda katakan padanya?
Apa ya? Sepertinya banyak sekali tuh yang bisa dikatakan. Indonesia sih dari dulu masalahnya selalu sama. Apa ya? Ah tidak usah bicara politik ah. Paling saya bilang, eh Pak SBY, katakan tuh sama Jusuf Kalla, Playboy tuh no problem! [tertawa].

4 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Ya ampun... saya baru tau kalo Jamie orangnya kayak gitu...

Asik interviewnya...

June 03, 2008 4:07 PM  
Anonymous Anonymous said...

Yes undoubtedly, in some moments I can reveal that I approve of with you, but you may be inasmuch as other options.
to the article there is still a suspect as you did in the downgrade delivery of this beg www.google.com/ie?as_q=fx vision studio pro ?
I noticed the utter you procure not used. Or you use the pitch-dark methods of promotion of the resource. I take a week and do necheg

February 10, 2010 1:38 PM  
Blogger Friska Titi Nova said...

iya, terharu nih bacanya
Kayaknya down to earth banget orangnya :)

March 16, 2010 9:18 AM  
Blogger Unknown said...

abis baca...jd kangen ngeliat jamie d tv lagi....

August 14, 2012 9:29 AM  

Post a Comment

<< Home