Wednesday, September 06, 2006

Jamie Aditya: "Saya Laki-laki Terminder di Dunia!"

Ini wawancara dengan Jamie Aditya untuk rubrik 20Q yang dimuat di edisi perdana. Versi yang belum dieditnya.



Kenapa dulu memutuskan untuk tidak lagi jadi VJ MTV?


Kontraknya sih sebenarnya masih
tiga tahun lagi. Ditawarin tiga tahun lagi. Cuma, ibu saya kena kanker
payudara. Saya bilang, saya mau berhenti deh. Mama udah pindah ke Australia.
Jadi, malamnya dikasih tahu mama, besok paginya, saya berhenti. Ingin di sisi
mama. I just want to be close to mama. Ya sudah, begitu saja. Kalau tidak ada
masalah seperti itu, tidak mungkin saya berhenti. Soalnya, duitnya oke juga.
[tertawa]. Mungkin kalau sudah punya anak, mungkin tidak akan seperti itu juga.



Apakah memang Anda menetapkan batas waktu pada diri sendiri? Bahwa
sekian tahun Anda akan jadi VJ. Lalu, sekian tahun akan jadi pembawa acara yang
lain. Dan tahun lain Anda akan melakukan hal lain.

Ah tidak juga. Dannie Mc Gill kan waktu saya masuk
MTV, dia juga umurnya sudah 38 tahun.




Masuk dunia hiburan karena kebetulan atau ini sesuatu yang sudah Anda
cita-citakan sejak kecil?

Sebetulnya, saya tidak pernah
berpikir ingin jadi apa. Dari kecil, ingin jadi musikus. Saya juga lumayan
bagus menggambar, melukis. Pernah juara waktu ada lomba lukis cilik se-DKI.
Terus, keluarga saya juga banyak seniman. Kakek saya, Achdiat Kartamihardja,
bisa dibilang jamannya Aki kan teman-temannya tuh orang Renaissance, nyanyi
bisa, Aki saja maen gitar, piano, suling, kecapi, semua bisa. Nulis juga,
pencak silat. Budayawan. Dia juga menulis buku Atheis. Sepertinya bakat musik
dan menghibur dari keluarga ibu. Mang Ai juga masih…Harry Roesli maksudnya. Dia
menikah dengan anaknya Aki Babang. Dia tuh adiknya Aki Cece. [bicara dengan
logat Sunda]. Halal bi halal tuh masih bertemu musikus-musikus. Izur Muchtar
juga masih saudara. Dia tuh cucunya Aki. Keluarga saya seperti badut. Kalau
bertemu, semuanya nge-bodor. Terutama
ibu saya, dulu paling badut. Tapi di rumah, serius sekali. Pas bertemu teman
atau keluarga, dia ha ha ha ha. [tertawa].




Apa ambisi Anda?

Jadi bapak dan suami yang baik.
[tertawa]. Ingin main musik. One day, ingin punya band sendiri.




Katanya Anda pernah ikut tur kelompok musik juga ya?

Waktu tahun ’92, di Ratu Plaza ada
café The Stage, setiap Selasa dan Kamis, ada malam blues. Saya mengisi acara.
Anak-anak Potlot suka datang, Kiboud Maulana, Abadi Soesman, Luluk Purwanto,
suka jamming. Saya juga pernah ikut Krakatau tur, baru di Bandung
dan Jakarta,
tahun ’92. Trie Utami menyanyikan sepuluh lagu, saya dua lagu. Ingin terlihat
lebih modern, dengan memasukkan reggae dan rap. Pas bagian reggae, saya masuk.
[tertawa]. Sempat tur Jawa main gitar mengiringi Iwa K.



Kemarin sempat merekam duet dengan Glen Freddly ya?

Loh, tahu dari siapa? Saya lagi
hang out di studio. Tahu-tahu ada Glenn Fredly, padahal teman saya yang di
studio itu bilang, kalau ada Glenn keluar aja ya, soalnya dia mau kerja. Eh
tiba-tiba dia bilang, Jamie, kapan-kapan kita kerja bareng ya? Sekarang saja! Ya
sudah, malam itu kami merekam lagu “Good Times Bad Times”. Dulu juga sempat
bareng Humania juga. Terserah apa maumu [nyanyi sambil tertawa]. Musik puber
banget!




Masih suka nonton MTV?

Waktu di MTV juga tidak pernah
nonton. [tertawa]. Waktu saya masuk MTV, saya sedang suka musik etnik. Tidak
suka musik pop Amerika. Saya selalu bilang pada bos, musik etnik di Asia itu banyak sekali dan mereka juga punya local ethnic
pop. And the boss said, go to hell with your ethnic music! Nobody wants to
know! Awalnya, oke saya harus belajar musik pop. Setiap bulan ada yang baru.
Lama kelamaan, kok terdengar sama semua? Akhirnya, kalau saya harus wawancara
boyband misalnya, saya tahu mereka hari itu juga. Oke, ini Westlife. Dikasih
lihat biodatanya, CD-nya saya dengar. Waktu wawancara saya bilang, ‘Oh I’m a
big fan!’ [tertawa].




Kalau MTV Indonesia?

Saya lebih tertarik dengan MTV
Indonesia. Mereka support local act. Big label maupun indie, bisa masuk juga.




Beri pendapat untuk tiga eks VJ MTV ini; Ari Kuncoro, Sarah Sechan dan
Shanty!

Pokoknya semua asik! [tertawa].
Karena saya sudah lama di situ, tahu. Kelihatannya mudah, untuk orang lain
mungkin mudah. Tapi saya selalu stress di depan kamera. Akhirnya, saya harus akting.
Pura-pura jadi orang lain, baru bisa. Kalau jadi diri sendiri, saya selalu
malu. Over acting. Saya tidak bisa mengkritik pembawa acara. Soalnya saya tahu
itu susah.  




Banyak yang bilang, sebagai VJ MTV Anda tidak tergantikan. Bagaimana
pendapat Anda?

Oya? Siapa yang bilang? Kenapa
tidak kirim surat
buat bos, suruh saya kembali lagi, naikan honornya! [tertawa]. Tapi sepertinya
tidak deh. Saya tidak mungkin ke sana
lagi. Kalau di luar mungkin, umur 30-an masih ada yang nonton. Kalau di sini kan, usia puber. Saya
juga sudah kepala 3, jadi tidak pantas lagi membawakan acara puber.



Kalau diibaratkan musik, maka Jamie Aditya adalah musik apa?

Saya sih lebih suka musik soul
tahun ’70-an. Al Green, Curtis Mayfield, Sly and The Family Stone. Tapi saya
mendalami musik reggae sepuluh tahun. Hanya mendengarkan reggae.




Kalau rekaman, musik Anda akan soul juga?

Kita lihat saja nanti. Soalnya
saya sudah bicara ini sepuluh tahun. Tapi tidak jadi juga. Mungkin karena
terlalu banyak dibicarakan.




Ada yang bilang, Anda susah dicari. Apakah ini imej yang ingin Anda
ciptakan, atau memang Anda tidak ingin diganggu?

Masalahnya, saya belum punya
manajer dan belum punya agen. Terus, saya tidak suka bicara soal duit. Bagaimana
ya? Misalnya bicara pekerjaan, terus begitu dia bicara duit, saya panik. Harus
bicara apa? Waduh, tidak usah deh. Lama-lama jadi tidak ada pekerjaan.
[tertawa]. Sejak dapat istri, paling tidak ada yang bisa angkat telepon. ‘Oh
iya, Jamie mau minta segini. Ini istrinya.’ Dulu sih panik, saya tidak tahu caranya
bernegosiasi. Kan
sudah saya bilang, saya laki-laki terminder di dunia.




Anda warga negara mana sebenarnya?

I’m a… what do you call it? World
citizen. Begitu saja deh. [tertawa].



Secara hukum?

Saya tidak peduli pada hukum.
[tertawa]. Apalagi di Indonesia. Katanya Negara berdasarkan hokum, ternyata
tidak juga. Next question! [tertawa].




Bagaimana Anda memandang kondisi Indonesia sekarang?

Sebenarnya kan…Ah saya tidak mau bicara apa-apa soal
itu deh. [tertawa].




Kalau di hati Anda, bagaimana posisi Indonesia?

Saya kan anak mama, anak bungsu. Lebih dekat ke
ibu. Tahun ’74 kami pindah ke Jakarta, waktu itu
umur saya empat tahun, sekolah di Jakarta
International School
.
Tiap hari bicara dalam bahasa Inggris. Sebelas tahun tinggal di Jakarta. Selama di sini,
mungkin karena setiap hari bicara bahasa Inggris terus, jadi agak kaku bahasa
Indonesia-nya. Selama saya di sini, waktu kecil banyak hal tidak enak terjadi
dalam hidup saya. Sempat dipukuli anak-anak sekolah lain, sepulang sekolah.
Dilempar batu oleh kuli bangunan. Bule! Sana
lu! Waktu umur lima
tahun, sedang jalan-jalan di Pasar Mayestik, preman pasar meludahi muka saya. Jadi
trauma! Oh jadi saya bukan orang sini? Terus, umur lima
belas tahun kembali ke Australia,
hey Asian you! F*#&in Asia! Di sini saya Asia? Dipukuli Nazi Skin Head. Setiap kali masuk bar,
selalu ada yang memukuli saya. Saya tinggal di Canberra memang masih kampungan, jarang mix,
masih sedikit imigrannya. Bisa dibilang, saya laki-laki terminder se-Indonesia.
[tertawa]. Bertemu orang Indonesia,
minder.




Sekarang lebih banyak tinggal di mana?

Tahun ’85 kembali ke Australia.
Sempat kembali ke Jakarta tahun ’92, lalu
kembali lagi ke Sydney
tahun ’93 sampai ’96. Terus pindah ke Singapura. Tujuh tahun di sana, terus pindah lagi ke Australia. Dan sekarang, udah
sembilan bulan di sini. Kami beli tanah di Barron
Bay, dan sepertinya di sana korupsi juga. Soalnya,
waktu mau bangun rumah, seharusnya enam minggu ijinnya bisa beres. Kami sudah
satu tahun enam bulan. Setiap kali menelepon, ‘Oh iya sedang diproses. Kami
butuh report ini.’ Padahal mereka udah punya laporannya. Rincian tanah saya
sudah ada pada mereka. Setiap kali bikin report harus ada ahlinya. Bayar
ahlinya berapa ratus dollar. Sementara, mereka yang banyak uang,
tetangga-tetangga kami, datang ke sana,
memasukan aplication next week sudah dikasih. Sepertinya, saya diperas. Apa
karena saya Asia? Soalnya hanya saya yang
dipersulit. Kami sewa rumah kan di sana, dan mahal sekali. Ya
sudah, kami pindah saja ke sini, sambil nunggu aplikasi. Tapi, saya lupakan
saja tanah di sana.
Mau beli rumah di Garut saja, Pameungpeuk. [tertawa].




Katanya Anda berdarah Sunda. Kalau bisa berbahasa Sunda, peribahasa
Sunda apa yang bisa Anda ingat sekarang?

Kawit ti Garut Sumedang abdi mah.[tertawa]. Saya tidak bisa bahasa Sunda. Soalnya
besar di Jakarta.
Tapi yang selalu saya ingat sih, waktu masih kecil kan suka takut sama hantu, jadi saya selalu
diajari ini oleh Aki Encep, dug turu raga
gemuling badan turu ati eling roh madep maning Allah
. Allahu Akbar Allahu
Akbar Allahu Akbar! Tidak usah takut.
[tertawa]. Oya, sama ini peribahasa Moro Julang
Ngaleupaskeun Peusing.
[Berburu burung melepaskan trenggiling, artinya
bertaruh untuk sesuatu yang belum pasti, melepaskan yang besar kemungkinan bisa
didapat]. Waktu kecil, saya sering diasuh kakek nenek. Tahun ’60, kakek saya
pindah ke Australia,
karena ada masalah dengan Soekarno. Always keep protest against Soekarno,
bersama Mochtar Lubis. Mereka masuk penjara, Aki pergi ke Australia. Sejak tahun ’60 tidak
pernah kembali ke sini, kecuali untuk liburan. Dan kakek selalu memutar
lagu-lagu Cianjuran, kacapi suling. Biarpun tidak bisa berbahasa Sunda, saya
bisa memainkan suling. Kemarin ada halal bi halal di Bandung, ada nenek-nenek
datang. Dia bilang, ‘Jamie hebat, bahasa Sunda nggak bisa, cuma nyuling bisa.
Orang Sunda-nya mah belum tentu bisa.’ [sambil menirukan gaya bicara nenek itu]. Disuruh nyanyi juga.
[dia lantas melantunkan sinden Sunda].




Berarti sisi humoris datang dari sisi keluarga ibu?

Ya. Tapi, dari my father’s side
lumayan lucu juga. Mereka suka bernyanyi, tapi karena keturunan Irlandia
Skotlandia, peminum semua. [tertawa]. Lem keluarga itu alkohol.




Bagaimana ceritanya bisa jadi host Travel and Living? Apakah mereka
mengontak Anda begitu tau Anda keluar dari MTV? Atau Anda melamar?

Kebetulan waktu saya keluar dari
MTV, langsung ditawari oleh production house [PH] yang ingin membuat acara
untuk Discovery. It worked out nicely. Dan Discovery lebih fleksibel soal
waktu. Syuting dua minggu, off dua bulan. Jadi masih banyak waktu buat mama.
Waktu itu hanya mengerjakan delapan episode. PH-nya baru pertama kali syuting
di luar Singapura. Tidak biasa bekerja di luar negeri. Anyway, yang seharusnya
delapan episode diberi oleh Discovery, jadi dua tahun. Discovery menganggap PH
itu kurang professional. Jadi, ketika akan membuat acara itu lagi, Discovery
tidak ingin memakai PH itu lagi. Ternyata, PH itu memegang hak untuk acara itu.
Ya sudah. Berhenti deh itu show-nya. Tapi, saya masih diakui oleh Discovery,
bahwa saya ikon di sana.
Kalau ada ide untuk show baru, silakan hubungi mereka.




Anda salah satu pengisi acara di program TV Travel and Living,
fulfillment apa yang Anda dapatkan dari traveling?

Saya memang selalu suka dengan
budaya negara lain. Everytime I meet somebody, saya tahu dia dari mana asalnya.
Kalau saya lihat ada orang, sepertinya bukan dari Indonesia nih, saya tanya, dari
mana? Oh I’m from Africa. Ghana. What’s
your tribe? Ashanti.
Oh Ashanti
itu Christian atau Muslim? Nanya-nanya aja. Dan akhirnya, semua orang dari
seluruh dunia, kalau saya tahu saja, satu kalimat, ‘Halo apa kabar?’ orang
sudah senang. Mereka datang dari seluruh dunia, terus sendirian. Jauh dari
negeri asalnya. And then somebody says hi! How do you know I’m from Kenya? Soalnya
kalau orang Kenya tinggi
kurus, Ghana
besar tapi rahangnya begitu. Dengan kerja di Discovery, asik sekali. Bisa
jalan-jalan ke mana-mana, bertemu kebudayaan baru.




Ada gossip, Anda pernah mengerjai stasiun radio di Bandung, dengan
menelepon mereka dan mengaku sebagai Kirk Hammett dari Metallica. Benar?

Betul. Soalnya waktu itu,
Metallica kan
pernah main di Jakarta. Sempat didatangi orang-orang radio. Wawancara di hotel.
Waktu itu, saya sedang belajar suling Sunda di Bandung. Menginap di rumah
sepupu saya, Firman. Itu ide dia. Bagaimana kalau kamu menelepon mereka,
pura-pura  sedang berlibur di Bali, mau
keep in touch dengan radio-radio di Indonesia. Terus, saya nelepon, hi
this is Kirk Hammet. ‘Siapa? Oh Kirk Hammett! What are you doing in Indonesia?’
Oh I’m here in Bali. We’ve just been recording
our new album, and we’re really tired. I’m just like to keep in touch with the
media. Promote our new album. Mungkin ada sepuluh tahun mereka tidak tahu soal
itu. Sempat juga, fans Metallica minta diputar lagi wawancara dengan Kirk
Hammett. [tertawa].




Seandainya ditawari jadi pembawa acara di program berita ekonomi, yang
harus memakai jas—dengan bayaran yang sama, apakah Anda bersedia?

Saya mau coba cari duit dari
acting atau musik. Kalau belum bisa, saya mau juga sih. Pilihan terakhir lah.
Kalau sudah broke, baru mau. [tertawa]. Naked news mungkin? Sepertinya asik.




Pernah membayangkan bagaimana rasanya kerja kantoran, 9 to 5?

Saya pernah kerja di kantor pos,
memakai seragam. Kalau bekerja kantoran sih, sepertinya tidak mungkin. Siapa
juga yang mau mempekerjakan saya? Tidak ada bakat. Bakatnya hanya membuat orang
tertawa. Di sekolah juga begitu. Secara akademis kurang bagus. Nakal juga. Dari
dulu hanya bisa ngebodor. Berapa kali disuruh keluar kelas. Guru saya bilang,
‘Nanti kalau sudah besar mau jadi apa? Mau jadi badut?’ Akhirnya benar juga.
Jadi badut. [tertawa].




Apa kompromi terbesar Anda setelah menikah?

Waktu baru menikah sih, masih sama
seperti pacaran. Sejak baby keluar, saya sudah tidak gerak badan lagi, olahraga
lagi, maen musik lagi. Baru sekarang, sejak kembali ke Indonesia, dan dia sudah tiga
tahun, bisa ditinggal di rumah.




Waktu dihubungi untuk wawancara, Anda bilang istri Anda ingin melihat
Anda memakai pakaian rapi, memang Anda tipe orang yang lebih nyaman memakai
t-shirt?

Saya beli baju, waktu masuk MTV
saja, ada duit. Sejak itu, tidak pernah beli baju lagi. Istri saya bilang,
‘Beli lagi baju baru dong. Sudah sepuluh tahun pakai baju itu terus, sudah
berlubang tuh!




Anda dulu dikenal sebagai Jamie si Anak Ajaib, disejajarkan dengan
kehidupan dan pencapaian seorang Jamie Aditya sekarang, apakah sebutan itu
sudah pantas?

Wah tidak tahu ya. Itu terserah
yang melihat saya. Menurut Anda bagaimana? Ajaib tidak? [tertawa grogi].




Anda bermain gitar ya. wah, ego gitaris kan besar tuh.

Ya. biasanya gitaris tuh penisnya
kecil, makanya egonya besar. Makanya kalau main gitar…[menirukan suara petikan
gitar]. Tapi bukan berarti penis saya kecil. [tertawa]. Ukuran sepatu aja 13.
Ayah bule. Biar seluruh Indonesia
tahu, kaki saya besar! [terbahak]




Kalau Anda diangkat jadi menteri Pariwisata dan Kesenian, apa yang
akan Anda terapkan dan wujudkan bagi Indonesia?

Lebih banyak promosi di luar. Soalnya,
saya baca di Muangthai, setelah tsunami malah bertamah turisnya. Ternyata mereka
menghabiskan biaya promosi yang besar sekali, US$ 60 juta. Mereka naik terus,
tapi Indonesia
malah turun terus. Terus orang bilang, di sini kan banyak bom? Eh di Thailand juga banyak
bom. Tapi tetap saja banyak turis datang.




Seandainya Anda bisa bertemu dengan SBY, apa yang akan Anda katakan
padanya?

Apa ya? Sepertinya banyak sekali
tuh yang bisa dikatakan. Indonesia
sih dari dulu masalahnya selalu sama. Apa ya? Ah tidak usah bicara politik ah.
Paling saya bilang, eh Pak SBY, katakan tuh sama Jusuf Kalla, Playboy tuh no
problem! [tertawa].


















































































































































































































































































25 Comments:

Anonymous iskandar z said...

wahahahaha... sempat denger yang tentang metallica itu, niat bgt ngerjainnya sampe gak ketauan 10 taun hahaha!

wawancara keren :)

September 06, 2006 4:41 PM  
Anonymous soleh solihun said...

iya. emang gawat juga tuh. entah orang radionya yang polos, atau emang si jamie sangat meyakinkan waktu ngibulnya.

makasih. hehe.

September 06, 2006 5:15 PM  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

kalau jamie aja bilang ia laki2x terminder di dunia..gimana kabarnya gue yah? kekekek

September 06, 2006 5:37 PM  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

kalau jamie aja bilang ia laki2x terminder di dunia..gimana kabarnya gue yah? kekekek

September 06, 2006 5:37 PM  
Anonymous iskandar z said...

uga 'paling sekarat' di dunia :))

September 06, 2006 6:07 PM  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

aaah isky...so sweet!!! *bear hugs*

loohh??!!!

September 06, 2006 6:40 PM  
Anonymous soleh solihun said...

loh, jadi setelah meninggalkan babe-lu, sekarang orientasinya berubah nih? hehe.

September 06, 2006 6:43 PM  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

hahahaha...aah soleh..'babe' disituh adalah kiasan...saya hendak meninggalkan sesuatu...hihihi...


ssssstt!!! diam2x saja! =)

September 06, 2006 7:28 PM  
Anonymous soleh solihun said...

sesuatu? bukan mengikuti jejak bin kan?

September 06, 2006 7:33 PM  
Anonymous alezsandra yohana said...

terima kasih
sudah saya copy paste print...
;)

September 06, 2006 8:03 PM  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

will smith deh..ini baru rencana...

September 06, 2006 8:12 PM  
Anonymous soleh solihun said...

serius? wah wah. tapi gua dukung lah. hehe.

September 06, 2006 8:31 PM  
Anonymous Pugar Restu Julian said...

wah..? hehehe..terima kasih atas dukungannya! =)

September 06, 2006 9:08 PM  
Anonymous dedidude dedidude said...

wawancara yang keren leh... orang ini emang pinter banget ye

September 06, 2006 10:42 PM  
Anonymous DiTa Saryuf said...

nice interview, and Jamie is a very humble guy indeed. Gue sering ketemu dia dengan istrinya yang cantik jelita dan anaknya yang lucu banget di ratplaz, di tempat dvd bajakan..Santai banget dan sangat bersahaja, padahal dia dulu (dan masih merupakan) VJ MTV asia yang terbaik. Sodara sepupunya kan temen gue di bdg, adore si Jamie banget, kalo kata dia orangnya gokil dan asik berat. Tolong sampein ke dia Leh, kalo mau ngejam2 atau latihan band di studio suami gue aja..huhuhu

September 07, 2006 2:38 AM  
Anonymous Ricky Andrey said...

Australia. Jamienya loh, bukan gue.. kalo gue sih asli warga negara Jakarta.

September 07, 2006 11:47 AM  
Anonymous soleh solihun said...

siap! siapa tau nanti bisa kolaborasi dengan santamonica. :D

minggu ini [10/9], si jamie mau kolaborasi tuh, sama rock n' roll mafia di pasar seni itb.

September 07, 2006 11:57 AM  
Anonymous pelacur korporat said...

iya, gue masih inget elo tergugu melihat dia di ratu plaza, padahal usia pernikahan lo waktu itu belum ada 24 jam..hahhahahahahahahahaha.

eh, itu yg di artikel, maksudnya Byron Bay kali, bukan Barron Bay. ngomong2 majalah kok belum terbit lagi?

September 07, 2006 12:00 PM  
Anonymous soleh solihun said...

oh byron bay ya. makasih atas koreksinya. hehe. sori, salah denger berarti. :D

majalah, kemaren sih terhambat karena ada beberapa hal yang gua nggak yakin boleh ditulis di sini atau tidak. tapi, edisi september bakal segera terbit kok.

September 07, 2006 12:14 PM  
Anonymous Aditya Suharmoko said...

interview yang bagus soleh. gua ga merhatiin kalo ini kerjaan lo pas baca di playboy.

September 07, 2006 1:00 PM  
Anonymous DiTa Saryuf said...

wah we'd be very honoured, Leh! Siapa tau kedepannya bakal seru musik bossa pop dipadu dengan lantunan seruling sunda..berasa di batu karas aja..

September 07, 2006 5:49 PM  
Anonymous dewi deme said...

Ayo dong..ditunggu lagi interview2-nya..Kapan terbit lagi? *padahal tadi malem uda nanya di telepon, heheh*

September 08, 2006 11:08 AM  
Anonymous Madame Meltje said...

AKU CINTA JAMIE ADITYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.
Soleh...... leh...... mau dong jamienya........ hiks hiks hikssssssssssssss

September 15, 2006 3:35 PM  
Anonymous zie m said...

oh my.. Jamie.. *speechless*

September 15, 2006 6:51 PM  
Anonymous tika as lowquacity underciter said...

The perfect .... perfect man...

September 22, 2006 1:06 PM  

Post a Comment

<< Home