Masih Banyak Wartawan Pemalu
Coba kamu sekali-kali datang ke konferensi pers launching album, atau semua yang berhubungan dengan musik deh. Karena tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman saya di beberapa konferensi pers yang berhubungan dengan musik.
Setelah ada presentasi soal album, atau konser, atau apapun itu acara hari itu, biasanya ada forum tanya jawab. Tidak jarang, moderator kesulitan mencari wartawan yang ingin bertanya di forum. Walaupun di beberapa konferensi pers, ada juga yang ramai bertanya.
Tapi, biasanya, setelah sesi tanya jawab ditutup, mereka—dugaan saya kebanyakan kru infotainment, dengan kamera-kameranya—berkerumun kembali di tempat lain, yang tak jauh dari meja tempat konferensi pers digelar. Lah, perasaan waktu tadi dibuka sesi tanya jawab, tak banyak yang menunjukkan ketertarikan untuk bertanya, waktu diberi kesempatan?
Kenapa mereka lebih suka menunggu setelah beres sesi tanya jawab formal yang sengaja disediakan penyelenggara? Kalau alasannya eksklusivitas, saya bisa mengerti. Kalau memang, wawancara tersendiri setelah konferensi pers itu, dilakukan hanya oleh si media dan narasumbernya, saya bisa mengerti.
Yang selama ini terjadi, mereka mengadakan wawancara itu bersama-sama juga. Dengan banyak kamera menyorot. Dengan banyak recorder di meja. Dan kutipan dari si narasumber, untuk banyak orang juga [buat yang belum tau, kenapa tayangan infotainment sama saja, dari pagi hingga sore, ini alasannya. Karena mereka selalu senang bergerombol.] Hanya bedanya, jarak antara si pewawancara dengan narasumber sangat dekat. Tanpa moderator. Tanpa suara si wartawan terdengar jelas di forum.
Makanya, saya mengambil kesimpulan sembarangan. Masih banyak wartawan yang malu bertanya, atau berbicara di depan forum.
33 Comments:
mungkin 90% wartawan yang ada disana emang wartawan infotainment, leh..yang doesn't give a flying shit about the music, tapi lebih perduli dengan 'apa mas (silahkan isi) udah putus dengan mbak (silahkan isi)...'
sering banget gue pengen bertanya..
sayangnya gue bukan wartawan :(
dulu waktu gue masih di lapangan sih sering juga nemu wartawan yang nyodorin alat perekam mereka. besoknya berita yang muncul di banyak media sama semua.
baru abis dari preskon sebuah band dengan inisial U.N*.U, yaa? hhehehe - faniyem + acil-
Waktu dulu di Hai, ketika di sesi diklat, gue dikasih tahu untuk (sebaiknya) tidak bertanya pertama kali dan cenderung mencari kesempatan untuk mencari eksklusivitas pembicaraan dengan sang narasumber. Alasannya ya biar nggak dicolong orang pertanyaannya. Kadang2 gue mikir, naif juga ya? Hanya di satu sisi bener juga.
Kenapa beraninya rame2, mungkin karena landasan orang2 tersebut emang kurang canggih. Makanya cuma ngepos di infotainment. Bagi mereka, press conference adalah sesi makan2 yang sayang untuk dilewatkan.
Atau bisa jadi, orang2 itu nggak punya kemampuan public speaking yang bagus, standar anak muda Indonesia yang sekolah di era 80an-90an akhir. Karena tidak begitu dibiasakan di sekolah dulu untuk bisa berbicara di depan orang banyak.
Atau?
hmpf...repot bener leh bawain preskon kalo pada kaga mau nanya...
curhat...
brotherhood of infotainment meureun, leh?
emang pertanyaannya pertanyaan malu-maluin kali!?
bisa memalukan nara sumber, seringnya memalukan si wartawannya sendiri....
;p
gini ya. ketika jumlah pemain membengkak dan persaingan kian ketat, maka kualitas seringkali terpinggirkan. para pekerja infotainment itu dikenai kuota berita. satu hari mesti nyetor minimal tiga-lima berita. dan belum tentu masuk [muat or tayang]. udah gitu, kalo di toko sebelah ada dan di kita nggak ada, bos bisa nyemprotin ludah. jadi, apa peduli mereka pada isi berita? yang jelas, ada gosip, ada narsum, ada statement, ada stock shot, kelar urusan.
brengsek memang!
wah, mas hagi.. pengalaman pribadi, mas?
yah, emang susah kalo udah ngomongin infotainment mah. tapi, sepertinya banyak wartawan baru, yang selain harus mendapat training dulu soal liputan dari tempat kerjanya, juga harus mendapat training public speaking. supaya lebih banyak wartawan berani bertanya di depan forum.
bukan pengalaman pribadi, fan.
tapi denger curhatan mereka.
dan melihat pola kerja mereka di lapangan..
iya, serem banget kalo bisa dapet hadiah semprotan ludah si bos.
Iyah, tadi aneh gitu. Gw kirain merekanya mencar, terus wartawan pilih dah mau wawancara sapa. Loh kok ini, mereka duduk di meja yang sama lagi. Rame-rame lagi. Kayak ngulang preskon aje.
wah, kalo ada sahala pasti dia geleng-geleng dan tertawa miris..
jadi kangen sama si bapak..
bener juga ya? aneh..ck.ck..ck..
coba kl setiap penanya dikasih hadiah, pasti berebut nanya
malu kelihatan bodoh di depan wartawan yang lain kali leh? hihihihihi
lebih seru kalo acara launching produk gitu leh, kalo nanya (atau malah jawab) suka dikasih hadiah..hehehehe
jadi sebenernya mereka wartawan atau pemalu leh?
kalo pemalu....mungkin emang kerja mereka bukan untuk cari berita...tapi buat malu...tok...tok...tok...!
keriuk....keriuk....keriuk....hehehe
Iya emang!!! Padahal gue selalu berharap ada yang bertanya di luar FAQ. Dan kritikan juga diharapkan. Kenapa selalu manis dan mendukung di depan tapi bagi orang2 di belakang layar ada aja complain. Padahal kalo ditanya langsung ke yang bersangkutan malah bisa jadi membangun. Tapi gue suka launching Brandals album kedua di Colors. Ada beberapa pertanyaan yang bagus dan membangun. Tapi sayang...pertanyaan itu keluar dari mulut teman-teman sendiri bukan dari wartawan.
dulu sih, gue cukup berhati2 kl nanya di konfrensi pers. bukan karena malu. tp gue takut ide dari pertanyaan gw dan informasinya "dicuri" olh wartawan lain. rada picik sih... tp mao gimana dong? harus bersaing dan sedikit main rahasia2an biar artikel nya keluar dengan informasi yg lebih unik dan beda dr media lain. tp sering juga gw obral pertanyaan di konfrensi, buntut2nya info yg keluar di konfrensi tsb jadi info umum yg ada di byk media krn didenger semua wartawan, pdhl idenya dr kepala gue... hehehe. gw jg plg males kl uda interview rame2, nanti pertanyaan2 "aneh" gue direkam banyak tape recorder. mending cegat nara sumbernya pas lg mojok atau ke WC. kl nara sumbernya cowok... well, pengennya sih ikut ke WC... :-p
mending mana, pemalu atau kurang ajar?
Jujur aja sih, gue kalo datang ke press conference lebih dalam rangka menghargai undangan label, ngambil materi untuk review...dan makan gratis, hahahaha. Gue hampir nggak pernah nanya di press conference, lebih karena gue bekerja di media yang emang khusus musik, jadi mendingan ngatur janji lagi dengan sang artis biar lebih leluasa ngobrolnya, di samping faktor eksklusivitas juga sih.
Selain itu, apa yang kepikiran buat gue tanyain entah kenapa selalu berbau memojokkan sang artis, tapi gue enggan buat mempermalukan mereka di depan umum. Seringkali di press conference, sekali-sekalinya ada yang nanya, selalu pertanyaan yang kesannya emang sengaja mau bikin si artis kelihatan bego. Mungkin aja sih emang bego, tapi gue sendiri lebih suka melontarkan pertanyaan-pertanyaan aneh dan bikin canggung di forum tertutup aja, lalu kalau perlu mempermalukan mereka lewat tulisan di majalah. ;p
Tapi kalau dalam kasus-kasus tertentu, misalnya artis luar negeri di mana gue belum tentu dapat kesempatan interview, gue kadang-kadang nanya juga, walau belum tentu tertarik atau tahu apa-apa tentang artis tersebut. Setahu gue biasanya label atau promotor yang kekeh agar ada press conference, dan gue sering baca kalo press conference termasuk kegiatan yang paling males dilakuin artis, soalnya tidur jadi kepotong dan mereka harus meladeni pertanyaan-pertanyaan bodoh yang itu-itu juga. Itupun kalo artisnya cukup terkenal; kalo nggak terkenal, malah hampir nggak ada yang nanya.
Makanya gue usahakan nanya sesuatu yang gak lazim, biar mereka nggak merasa buang waktu 100%. Yah gue usahain jadi buang waktu 95% deh, hehe.Mungkin gue diuntungkan faktor bahasa Inggris juga sih, jadi kalopun apa yang gue tanya kerekam, wartawan-wartawan lain kagak ngerti apa yang dibicarain, dan moderator yang nerjemahin pun belum tentu ngerti atau akurat.
Soal wartawan lain yang biasanya menghadiri, kayaknya yang peduli, ngerti dan berani buat nanya bisa dihitung jari. Yang berani nanya belum tentu ngasih pertanyaan bermutu. Sisa orang yang hadir mah cuma numpang nyetor berita, walau jawaban yang mereka cari dari narasumber sama sekali nggak ada hubungannya dengan karyanya si narasumber.
Sebaliknya, giliran press conference artis-artis yang non-mainstream, hanya sedikit media yang hadir, dan yang hadir pun teman-temannya si artis, yang nanya sekedar buat meramaikan acara aja karena apa yang dia ingin tahu bisa didapat di luar press conference. Atau dengan kata lain, yang nanya Soleh Solihun mulu hehe.
Dari apa yang gue perhatiin sih, giliran sebuah press conference ramai walaupun nggak ada nilai infotainment yang besar, itu karena penyelenggara menawarkan iming-iming seperti door prize. Kalo ada anggaran buat ngasih hadiah semacam itu, saran gue sih daripada door prize, mendingan dilombain aja: tiga pertanyaan paling menarik yang dipilih artis akan mendapat hadiah. Kalo cuma door prize sih, wartawan datang aja dan nunggu diundi, tanpa terdorong buat nanya apa-apa.
Kalo iming-iming semacam itu nggak memungkinkan tapi tetap ingin press conference ramai, saran gue sih dibuka aja buat umum, nggak cuma media (walaupun sebenarnya penjagaan kagak pernah ketat-ketat amat, sehingga orang-orang umum bisa keluar masuk). Lebih baik lagi kalo artis itu sudah punya fanbase yang peduli dengan mereka dan mau bela-belain datang. Press conference favorit gue sejauh ini sih pas launching album kedua Goodnight Electric di Embassy, penggemar mereka pada datang dan ikutan sesi tanya jawab, dan kegeblekan Oomleo saat menjawab bikin acara semakin meriah.
Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih.
Ya, gue pribadi juga jarang banget nanya di depan forum. Paling hanya sesekali, itu juga biasanya gara-gara ditodong. Hehehe... Tapi emang lebih enak kalo private sih. Lagi pula biar nggak culun juga kalo pertanyaannya nggak oke. Hihihi.... Yah, sebenarnya sih standar, lebih ke alasan eksklusifitas aja. Nggak lebih. Huhuhu...
Oh iya, masalah infotaiment itu, gue pernah ngobrol-ngobrol lumayan panjang sama wartawan Cek&Ricek. Di mereka itu ada kode etik tersendiri, bahwa nggak boleh ada kamera lain yang tersorot di gambar mereka. Biar kesannya eksklusif. Itu makanya mereka selalu melakukan interview maraton bergantian setelah acara press conf selesai. Oh iya, setiap tim yang keluar juga dapat paling banyak 2 berita dalam 1 hari. Jadi bukan 3 apalagi 5. Itu aja udah keras, kata mereka. Hahaha...
aah.. teman-teman wartawan yang pemalu atau pemalas ?
hehehe... kalah dong sama ibu-ibu di seminar tentang tumbuh kembang anak yang berlomba-lomba dan bersemangat nanya.... sampe kalo dikasih kesempatan pegang mike bisa ngasih daftar pertanyaan yang banyaaak banget..hehehe
hidup ibu2!
mungkin ya itu, mereka takut untuk dikira bodoh klo menanyakan pertanyaan standar. gw juga dulu agak2 keki kalo yang dateng wartawan senior semua. cuma kadang2 emang ada tuh wartawan yang ga mempelajari materi liputannya dulu, jadinya pas prescon ga berani nanya dan cuma ikut numpang2 dengerin pertanyaan orang.
kasih paku aja leh...biar jadi pemaku...
label/eo ga ngundang wartawan si...
Yo'i banget tuh Leh,... di preskon nya NOFX, banyak yg diem adem ayem,..padahal setelan udah rompi2 wartawan gtu,,..haihaihaia,,,, jadi weh urg jeung si pelor di carekan ku Fat Mike pedah nanyaan wae.... jadi lalieur laleuleus paregel....hohoho
duh,,,malu dong
masa udah jadi wartawan masih malu juga...padahal tugas wartawan itu kan emang nanya(tamu x)
Paling nggak dgn bertanya, wartawan bakal dapet berita or info yg lebih mendalam.
jadi beritanya nggak kosong melompong.
Walah buat apa jadi wartawan kalo malu, ntar malah malu-maluin loh...
huihihi :)
jadi gregetan....
pada malu nanya meureun teu siap, jadina sieun salah, padahal mah mending nanya tibatan salah pas nulis....
urang mah sok hoream wawancara deui di luar preskon-kecuali buat janji-dan gabung ama para pekerja infotainment...sok teu pararuguh....
kumaha cara na jadi wartawan teh ???
saya dari dulu tertarik , , , tapi teuing kudu kumaha mun hayang gawe kitu . . .
hmmmmm
Post a Comment
<< Home