Wednesday, February 23, 2005

Paksipapa Preman-preman

Saya ingin bicara tentang preman dan polisi.

Ya, kita bisa dengan mudah menemukan mereka. Di jalan, di terminal, di pusat keramaian, di keriaan, di gedung-gedung dan entah di mana lagi. Dua profesi itu agaknya yang paling sering bersentuhan dengan masyarakat.

Dua-duanya sama-sama berhubungan dengan rasa aman. Polisi, katanya ingin melayani dan melindungi masyarakat. Memberikan rasa aman. Preman, sering menggunakan dalih seperti itu juga untuk membuat mereka merasa berhak punya kuasa. Liat saja di terminal, atau di tempat mangkal angkutan kota.

Padahal, buat saya dua-duanya memberikan rasa takut, ancaman. Bukan apa-apa, setiap saya datang ke kantor polisi--membuat SIM misalnya---pasti dada berdebar. Takut, karena banyak polisi. Begitu juga kalau ada di terminal, atau di gang-gang misalnya. Melihat begitu banyak preman, efek psikologisnya kurang lebih sama dengan efek psikologis yang diberikan polisi kepada saya.

Kalau polisi memanggil atau menghampiri kita, itu juga sama menegangkannya dengan dihampiri preman. Karena yang terlintas di kepala, pasti dua-duanya mau meminta uang. Haha. Mungkin kamu juga punya pikiran seperti itu. Cara mereka mencari uang kan kurang lebih sama.

Polisi dan preman, sama-sama menggunakan kekuasaannya untuk mendapat uang. Dua-duanya sama-sama mengancam. Yang satu dengan seragam dan segala tetek bengek soal Undang-undang. Yang satu dengan tampang seramnya.

Cuma, kalau preman lebih jujur. Mereka memang terang-terangan ingin merampok, atau meminta uang. Sementara polisi, sedikit malu-malu. Dengan dalih melanggar peraturan atau Undang-undang, mereka lantas bicara sangsi. Padahal kan, intinya ingin uang saja. Yang paling jelas terlihat mungkin polisi lalu lintas.

Oya, perilaku polisi dan preman pun kalau di bis kota kurang lebih sama. Mereka sama-sama tidak mau bayar. Entah apa yang membuat mereka merasa berhak naik gratis. Polisi biasanya, cukup diam. Biarlah seragamnya yang berbicara. Sementara preman, kadang-kadang harus bilang dulu dengan sedikit menunjukkan tampang seramnya.

Intinya, mereka sama. Polisi maupun preman. Yang lebih gawat lagi, adalah polisi. Karena mereka preman berseragam, dengan backing Undang-undang, Hukum dan sejenisnya. Dan yang ini, sepertinya lebih mengerikan dibanding preman manapun. Karena mereka bisa menangkap preman-preman.

Kita sering dengar kan, istilah polisi berpakaian preman. Tapi, kenapa tidak ada istilah preman berpakaian polisi? Padahal, sepertinya kan yang lebih banyak adalah yang seperti itu.

Kacaunya, dua profesi itu sepertinya disukai masyarakat kita. Tidak percaya? Lihat saja betapa banyaknya tayangan berita kriminal. Yang menampilkan aksi polisi dan preman dalam sebuah penggerebekan, atau kejar-kejaran. Gila!

Ah, sudahlah. Nanti tulisan ini terlalu panjang. Sebelum kamu keburu bosan, saya harus akhiri tulisan ini. Maaf kalau ada yang tersinggung.

Salam,

1 Comments:

Blogger Andira Pramanta said...

bener juga kalo lo memposisikan preman dan polisi di level yang sama namun dengan seragam yang berbeda. mungkin polisi itu ibarat destiny child...lebih ngepop...dibandingkan si preman dengan persamaan pengamen organ tunggal. sama2 dapat duit...dengan nyanyi.

tapi lucu juga leh, gue baru nyadar...kalo ditayangan kiriminal...polisi mengejar preman
itu berarti...
jeruk minum jeruk dong?

February 23, 2005 12:28 PM  

Post a Comment

<< Home