Teori Eksistensi
In the future, everyone will be famous for fifteen minutes.
Itu kata Andy Warhol. Dan sepertinya dia benar. Sekarang, bukan cuma selebritis saja agaknya yang bisa nongol di layar kaca. Lihat saja tayangan-tayangan yang katanya reality shows itu.
Bicara soal famous atau terkenal. Saya jadi teringat teman-teman saya. Setidaknya, empat dari teman saya akan masuk tampangnya di film Cinta Silver--yang baru akan diproduksi. Ah, rupanya mereka akan mendapatkan fifteen minutes mereka.
Sepertinya, hampir semua orang ingin jadi terkenal. Setidaknya, pernah punya keinginan untuk jadi orang terkenal. Termasuk saya. Termasuk kamu. Bukan begitu?
Personel kelompok musik yang saya wawancarai beberapa hari yang lalu, malah mengatakan kalau mereka sangat ingin terkenal. Minimal orang-orang tau lah siapa mereka. Itu salah satu bukti pengakuan publik. Begitu kata mereka.
Mungkin itu maksud Warhol. Bahwa semua orang pada dasarnya punya keinginan jadi orang terkenal. Dan ketika teknologi semakin maju, sarana untuk mewujudkan itu semakin mudah.
Padahal, jadi orang terkenal itu belum tentu enak. Tapi masih banyak orang ingin terkenal. Buktinya, masih banyak para peminat kontes-kontes bernyanyi atau pencarian bakat baru itu.
Kalau menurut saya sih. Keinginan jadi orang terkenal sama saja dengan keinginan mendapat pengakuan dari orang lain. Bukti eksistensi diri. Semakin besar keinginan orang untuk terkenal, semakin tinggi pula keinginan pembuktian eksistensi dirinya. Pencarian jati diri yang tak pernah usai! Hahaha.
Teman saya ada yang sudah mendapat fifteen minutes mereka. Bagaimana dengan kamu? Ingin dapat fifteen minutes-mu? Atau masih bermimpi? Kalau begitu, mari kita sama-sama bermimpi.
Salam,
Itu kata Andy Warhol. Dan sepertinya dia benar. Sekarang, bukan cuma selebritis saja agaknya yang bisa nongol di layar kaca. Lihat saja tayangan-tayangan yang katanya reality shows itu.
Bicara soal famous atau terkenal. Saya jadi teringat teman-teman saya. Setidaknya, empat dari teman saya akan masuk tampangnya di film Cinta Silver--yang baru akan diproduksi. Ah, rupanya mereka akan mendapatkan fifteen minutes mereka.
Sepertinya, hampir semua orang ingin jadi terkenal. Setidaknya, pernah punya keinginan untuk jadi orang terkenal. Termasuk saya. Termasuk kamu. Bukan begitu?
Personel kelompok musik yang saya wawancarai beberapa hari yang lalu, malah mengatakan kalau mereka sangat ingin terkenal. Minimal orang-orang tau lah siapa mereka. Itu salah satu bukti pengakuan publik. Begitu kata mereka.
Mungkin itu maksud Warhol. Bahwa semua orang pada dasarnya punya keinginan jadi orang terkenal. Dan ketika teknologi semakin maju, sarana untuk mewujudkan itu semakin mudah.
Padahal, jadi orang terkenal itu belum tentu enak. Tapi masih banyak orang ingin terkenal. Buktinya, masih banyak para peminat kontes-kontes bernyanyi atau pencarian bakat baru itu.
Kalau menurut saya sih. Keinginan jadi orang terkenal sama saja dengan keinginan mendapat pengakuan dari orang lain. Bukti eksistensi diri. Semakin besar keinginan orang untuk terkenal, semakin tinggi pula keinginan pembuktian eksistensi dirinya. Pencarian jati diri yang tak pernah usai! Hahaha.
Teman saya ada yang sudah mendapat fifteen minutes mereka. Bagaimana dengan kamu? Ingin dapat fifteen minutes-mu? Atau masih bermimpi? Kalau begitu, mari kita sama-sama bermimpi.
Salam,
4 Comments:
Saya melihatnya dari sisi orang terkenal. Memang tidak enak.. hahaha... just kidding. Well, everybody wants to be seen, everybody wants to be known, because if that happens, they will be anybody who is somebody.
Memang begitu adanya. Kamu pikir, kenapa sekarang ada sebutan "BANCI TAMPIL"?
mungkin benar if you put it that way. cuma untuk gue...tidak mencari 15 minutes of fame kok...gue hanya ingin mengoleksi cerita di hidup gue, jadi nanti gue tidak akan diam ketika cucu gue nanya "kakek...dulu kakek ngapain aja?"
enough say...dengan memberikan comment ini pun, gue sudah berasa 15 minutes of fame kok.
haha..saksikan cinta silver.
Thank's for sharing this. Saya sedang ada ide nulis ttg topik ini juga namun dengan konteks yang beda. Mungkin karena kita punya lingkungan yang beda juga ya.
Thank's for sharing this. Saya sedang ada ide nulis ttg topik ini juga namun dengan konteks yang beda. Mungkin karena kita punya lingkungan yang beda juga ya.
Post a Comment
<< Home