Tuesday, April 20, 2010

Peaches di IndoChine




Rudolf Dethu bilang, Peaches itu "Electroclashed Wendy O Williams." Dia ada benarnya. Penyanyi bernama asli Merrill Nisker itu di panggung memang ugal-ugalan dengan pakaian yang minim. Pakaiannya, ala gymnastic [yang membiarkan pahanya terekspos dan hanya ditutupi oleh fishnet], tipikal yang akan membuat seorang perempuan terlihat seksi--biasanya kan begitu, Beyonce memakai pakaian model begitu terlihat seksi. Lady Gaga juga. Rihanna juga. Tapi, tidak dengan Peaches.

Saya kira, saya akan mendapat sensasi yang mirip seperti sensasi melihat Beyonce, atau Lady Gaga atau Rihanna. Tapi Peaches malah sedikit agak menyeramkan. Seperti mbak2 bule yang galak dan kental dengan nuansa maskulin. Rambutnya mullet, ketika dia bernyanyi selalu menyeringai. Sepertinya Peaches tipikal perempuan yang kalau dicolek mamang-mamang di pinggir jalan, akan menghardik balik mamang-mamang itu.

Jumat, 16 April 2010, atau lebih tepatnya, Sabtu 17 April 2010 pukul satu pagi, saya melihat langsung Peaches dari dekat. Kira-kira lagu kedua saya baru datang ke IndoChine [mendengar IndoChine jadi ingat bahasa gaul Cyiiin, mungkin club itu cocok buat mereka yang update pergaulan dan dibacanya Indo Cyyiiiiiin], FX Entertainment Xenter, Jakarta. Para penonton yang rata-rata perempuan sedang berteriak-teriak mengikuti nyanyian Peaches yang memakai baju bergambar tangan besar dan jari tengahnya menunjuk ke arah vagina."Gawat sekali ini perempuan," pikir saya.

Dan begitu melihat ekspresi wajahnya yang galak serta bulu ketiaknya yang sedikit dibiarkan tak tercukur rapi walau belum selevel Eva Arnaz di '80-an, harapan akan melihat perempuan seksi seperti Beyonce atau Lady Gaga atau Rihanna buyar sudah. Ini mah punk rock galak.

Tapi, penonton konser itu justru terlihat sangat menarik. Banyak perempuan asing berwajah cantik dengan postur tubuh ideal. Wajah-wajah yang belum pernah saya lihat di konser musik seperti biasanya, walaupun memang ada beberapa wajah yang familiar, tapi selebihnya, ini crowd yang berbeda. Mungkin crowd segmen club mainstream, club yang katanya birnya lebih mahal dari bir The Rock Cafe yang 45 ribu itu, karena bir IndoChine seingat saya 70 ribu. Meskipun saya bukan peminum bir, saya berempati terhadap mereka yang ingin beli bir tapi mendapati bahwa harganya mahal.

Peaches bermain selama kira-kira satu jam lebih. Sepanjang itu pula, para perempuan yang ada di depan, bernyanyi gila-gilaan. Malam itu adalah perayaan Girl Power dan Peaches sebagai Ratunya.

Ini ada video ketika dia membawakan lagu yang tempo lambat, karena kalau saya merekam video di tempo cepat, para penonton akan gila-gilaan dan mengkhawatirkan kamera Nokia X6 Comes With Music saya yang baru dan saya gunakan untuk merekam video ini, takut terjatuh tersenggol mereka yang histeris malam itu. :D

Silakan lihat versi lain tulisan saya untuk Rolling Stone Online:

http://www.rollingstone.co.id/read/2010/04/17/682/5/1/Peaches-Tampil-di-Jakarta-dan-Menunjukkan-Bebas-Aktif-Versi-Dirinya

Monday, April 12, 2010

The Misfits di Jakarta direkam oleh X6




Sabtu, 10 April 2010, Dome Pantai Carnaval Ancol, Jakarta. Suasananya seperti pemandangan di konser--kalau boleh mengambil satu tempat--GOR Saparua. Ribuan orang, yang dominan laki-laki, sebagian besar memakai kaos hitam, tak sedikit yang memakai jaket kulit dan rambut mohawk [seorang kawan wajahnya beberapa kali seperti dikuas oleh si pemilik rambut mowahk yang menengok ke kiri dan ke kanan di dekatnya].

Sejak pukul tujuh malam, di panggung kecil dekat pintu masuk Dome, dua band punk rock memainkan musik punk rock [beberapa lagu di antaranya bahkan lagu Misfits, padahal yang asli akan tampil].

Baru pukul delapan lebih beberapa menit, penonton dipersilakan masuk ke Dome dan dibiarkan antrian panjang terlihat selama beberapa menit. Dari wajahnya, rata-rata berusia tiga puluhan. Hanya sedikit yang berusia di bawah dua puluhan. Tapi, lumayan terlihat banyak penampakan wajah-wajah perempuan manis di antara wajah-wajah para lelaki itu.

The Misfits mulai tampil kira-kira pukul sembilan malam. Sehari sebelumnya, bassis/vokalis Jerry Only dan drummer Eric Goat berkunjung ke Release Party Rolling Stone atas ajakan Wenz Rawk yang bangga sekali karena menjadi LO resmi The Misfits selama konser di Jakarta. Tadinya, di Release Party itu, pada Jerry Only, akan ditunjukkan Seringai yang membawakan lagu mereka "Hollywood Babylon." Tapi karena telat datang dan tetangga keburu mengeluh, niatan itu tak terwujud. Walaupun akhirnya Arian 13 sempat melakukan wawancara dadakan dengan Jerry Only [tunggu rekamannya di www.rollingstone.co.id]

Jerry Only sering kali memulai lagu dengan 1 - 2 -3 ! mengingatkan saya pada gaya Dee Dee Ramone setiap kali memainkan lagu The Ramones--yang jadi salah satu influence mereka dan bahkan Marky Ramone sempat menjadi drummer The Misfits [ah, coba Marky Ramone masih menjadi drummernya, tentu saya akan sangat senang. :D].

Dome tak terisi penuh, hanya kira-kira tiga perempat di area festival dan sedikit di area tribun. Tak ada teriakan memanggil nama band sebelum tampil seperti layaknya perilaku penonton ABG. Tak ada pula teriakan 'we want more' ketika sesi [dua kali] pura-pura pamit diperagakan The Misftis.

Tak ada gerakan yang terlalu atraktif di panggung. Gitaris Dez Cadena hanya beberapa kali bergerak ke arah Eric, selebihnya dia hanya diam mematung dan bernyanyi. Jerry juga tak banyak bicara. Tak sedikit, lagu-lagu mereka mainkan tanpa jeda yang cukup lama.

Tata suara malam itu tak terlalu enak didengar. Entah karena akustik ruangan yang tak oke. Entah karena sound engineer. Entah karena memang tata suara yang disediakan Solucites kurang maksimal.

Tapi, buat mereka yang asik moshing dan berdansa di depan panggung, sepertinya itu tak masalah. Setidaknya, mereka bisa pulang dengan keringat di badan karena dihajar oleh musik The Misfits yang harus diakui daya tariknya memang ada pada Glenn Danzig.

Yah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sisa-sisa mungkin masih lebih baik daripada tak bisa menikmati sama sekali.

nb: video ini saya rekam menggunakan kamera Nokia X6 Comes With Music dari jarak lebih dari dua ratus meter, jadi maafkan kalau tak terlalu jelas. Mudah-mudahan ini bisa memberi gambaran tentang suasana konser.