Tiga Fase Blogger
Analisa dangkal dan asal-asalan soal motivasi menulis di blog.
Sudah lama tak menulis di sini, kangen juga.
Maksudnya menulis, ya menulis yang benar-benar karena keinginan diri sendiri. Tulisan saya sebelum ini adalah laporan perjalanan saya ke London bersama Coca Cola. Itu artinya, tulisan itu adalah tulisan pesanan alias kompensasi karena saya diajak jalan-jalan ke London untuk mengikuti sesi workshop Maroon 5. Hehe.
Beberapa menit lalu, seseorang menelpon saya untuk membuat tulisan di blog. Belum deal memang, entah bakal terjadi kesepakatan soal angka entah tidak, yang jelas telepon tadi memberi saya inspirasi untuk menulis blog. Tadinya saya ingin membuat twit soal ini. Tapi setelah dipikir-pikir, apa yang saya rasakan akan lebih tersampaikan lewat blog. Bukan lewat 140 karakter Twitter [saya bahkan memotongnya hingga menyisakan 18 karakter supaya orang meritwit tak terpotong. Hehe]. Sialan kau Twitter. Membuatku kehilangan minat pada menulis blog.
Oke, langsung saja ah, sebelum kehilangan lagi minat untuk menulis.
Yang namanya blog, tentu saja opini. Jadi Anda boleh berbeda pendapat boleh juga setuju. Mohon maaf kalau ada yang merasa blogger sejati dan merasa titelnya saya pakai dan seenaknya saya generalisasi perilakunya. Kalau tak setuju, yah tak apa-apa lah. Agama saja masih banyak yang suka mendebat kok. Hehe.
Setelah merenungkan dengan seksama, sambil mendengar khotib berkhotbah pada waktu sholat Jumat, menurut pengalaman saya, ada tiga fase yang dialami blogger:
Pertama. Fase menulis karena diri sendiri.
Pada fase ini, biasanya seseorang, atau saya setidaknya [meskipun kadang suka agak geli kalau mendengar predikat blogger disematkan pada diri saya karena biasanya blogger itu serius, rajin update, dan memilih wordpress atau blogspot supaya lebih meningkatkan kredibilitas] menulis di blog karena niat itu timbul dari diri sendiri tanpa ada motivasi apa-apa. Hanya ingin menuliskan apa yang ada di kepala tanpa peduli apakah akan ada yang membaca tulisannya nanti. Biasanya isi tulisannya lebih tulus tanpa pretensi apa-apa dan tanpa memikirkan apakah orang lain akan mengerti topiknya atau tidak yang penting mah pokoknya apa yang ada di kepala tertuang yah semacam buku harian lah. Fase ini biasanya sangat menyenangkan. Setidaknya ini yang saya alami waktu pertama membuat blog di blogspot. Menulisnya terasa santai, tak ada beban, apa yang ada di kepala langsung ditulis. Fase ini biasanya ketika alamat blognya belum dikenal banyak orang.
Kedua. Fase menulis karena ingin mendapat perhatian orang.
Setelah alamat blog dikenal banyak orang, lalu kita sadar bahwa sudah ada orang-orang yang membaca tulisan kita, motivasi bergeser. Mulai ada pertimbangan. Tak sembarang topik kita tulis. Biasanya sebelum menulis sesuatu, ada pertanyaan dalam hati, apakah topik ini akan menarik dibaca orang? Fase ini saya alami ketika saya pindah ke Multiply. Di blogspot, tak banyak yang tahu blog saya, atau minimal kalaupun ada yang baca saya tak tahu kecuali mereka meninggalkan komen. Nah, begitu masuk Multiply dengan fitur yang membuat kita bisa tahu tulisan itu dibaca siapa dan berapa kali, sialannya berpengaruh pada pilihan topik penulisan. Yah mungkin kalau dalam istilah Twitter: pencitraan. Atau dalam istilah agama Islam: riya alias melakukan sesuatu karena ingin dipuji. Mau tak mau di fase ini, pembaca alias orang lain jadi pertimbangan juga ketika menulis.
Ketiga. Fase menulis karena pesanan orang lain.
Saya baru dua kali mengalaminya, seperti yang saya ceritakan di awal tulisan. Blog dimanfaatkan untuk cari uang—yang pertama saya tak dapat uang tapi telepon genggam. Ini jadi semacam advertorial kalau di media massa. Seakan-akan tulisan itu berita padahal sebenarnya iklan. Atau kalau dalam konteks blog, seakan-akan tulisan itu murni datang dari diri sendiri padahal ada pesanan. Tapi di fase ini justru seakan-akan merasa dapat pengakuan. Wah, ternyata ada orang yang percaya blog kita dan menjadikannya untuk ajang promosi mereka. Sell out? Ah saya tak tahu, yang jelas jika kedua pihak sama-sama diuntungkan itu namanya berbagi rejeki dan informasi. Hehe. D
Nah, kalau tulisan ini adalah gabungan dari ketiga fase itu. Ini timbul karena rasa kangen tidak menulis karena diri sendiri alias bukan karena pekerjaan. Juga karena ingin mendapat perhatian orang. Terakhir, untuk mengupdate blog, siapa tahu ada yang ingin memesan tulisan untuk di blog saya setidaknya ketika calon klien melihat blog saya mereka akan melihat bahwa ada update yang lumayan baru di blog ini bukan blog yang lama ditinggalkan.
Terakhir, yang ingin saya katakan soal menulis di blog. Apapun motivasinya, selama tak menyebar fitnah, sah-sah saja lah.