Hey Bung!
Sialan!
Lagi asik-asiknya duduk di Metro Mini 604 jurusan Pasar Minggu - Tanah Abang, tiba-tiba saja beberapa petugas dari Departemen Perhubungan--dengan perut besar, peluit, helm dan tampang garang--menghadang bis tadi. Tepat sebelum Halte Tosari. Halte terdekat dari Bundaran HI, kalau kamu dari arah Sudirman. Dan dibelokkanlah bis tadi. Tidak boleh lewat ke Bunderan HI, melalui Jalan Thamrin. Harus memutar balik, untuk kemudian kembali ke Pasar Minggu. Padahal, Tanah Abang tidak jauh dari tempat bis tadi dibelokkan. Dan sedikit lagi, bis itu harusnya sampai di tujuan akhirnya. Sedikit lagi juga, saya sampai di tujuan. Kurang dari lima menit lagi.
"Ini rute baru. Berlaku mulai hari ini," jawab salah seorang petugas, dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, ketika saya tanya kenapa bis tadi tidak boleh lewat Thamrin.
Dan rasanya detik itu, saya ingin memaki-maki petugas tadi. Tapi, toh dia pun hanya bawahan. Apa boleh buat. "Pak, nggak mikir apa? Kan udah mau nyampe Tanah Abang, kasian yang mau turun di depan dong. Tanggung banget," kata saya bersungut-sungut, sambil meninggalkan si petugas tadi.
Dan sekarang, saya tau benar perasaan Bayu, teman saya. Yang juga rute Bis BSD City-nya harus berubah rute. Ada hubungannya dengan rute busway, katanya. Tapi, apakah semua orang disuruh naik busway? Ah, sialan!
Tapi apa daya. Saya hanya rakyat kecil. Tau apa saya soal langkah para pembuat kebijakan itu? Cuma, para pembuat kebijakan itu juga, saya yakin, tidak tau rasanya harus direpotkan oleh kendaraan umum yang diubah rutenya. Mereka kan, tidak setiap hari, naik Metro Mini. Berdesak-desakkan. Panas. Ke mana-mana, tidak harus macet. Karena tinggal duduk di kursi empuk, ber-AC, yang dikawal para petugas. Kalau mau lewat, orang lain disuruh menunggu. Tanpa peduli, kalau orang lain juga sama-sama punya kesibukkan.
Sialan. Belum beres rasa kesal saya karena harga BBM akan dinaikkan lagi. Kejadian tadi, menambah lagi daftar kekesalan saya terhadap pemerintah. Mau jadi apa Republik ini? Kalo begini, jadi ingat penggalan lirik lagu Slank "Hey Bung" dari album Generasi Biru [1994].
Hey Bung yang di atas sana
Coba turun ke jalan
Lihat-lihat situasi apa yang terjadi
Hey Bung yang di balik meja
Coba turun ke jalan
Tunjukkan rasa perhatian
Jangan tunggu kami
Turun di jalan
Jangan sampai kami
Yang tunjukkan rasa
Hey Bung di dalam gedung megah
Coba turun ke jalan
Lihat-lihat kondisi biar pasti
Hey Bung yang berkuasa
Coba turun ke jalan
Berikan rasa kelembutan
Lagi asik-asiknya duduk di Metro Mini 604 jurusan Pasar Minggu - Tanah Abang, tiba-tiba saja beberapa petugas dari Departemen Perhubungan--dengan perut besar, peluit, helm dan tampang garang--menghadang bis tadi. Tepat sebelum Halte Tosari. Halte terdekat dari Bundaran HI, kalau kamu dari arah Sudirman. Dan dibelokkanlah bis tadi. Tidak boleh lewat ke Bunderan HI, melalui Jalan Thamrin. Harus memutar balik, untuk kemudian kembali ke Pasar Minggu. Padahal, Tanah Abang tidak jauh dari tempat bis tadi dibelokkan. Dan sedikit lagi, bis itu harusnya sampai di tujuan akhirnya. Sedikit lagi juga, saya sampai di tujuan. Kurang dari lima menit lagi.
"Ini rute baru. Berlaku mulai hari ini," jawab salah seorang petugas, dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, ketika saya tanya kenapa bis tadi tidak boleh lewat Thamrin.
Dan rasanya detik itu, saya ingin memaki-maki petugas tadi. Tapi, toh dia pun hanya bawahan. Apa boleh buat. "Pak, nggak mikir apa? Kan udah mau nyampe Tanah Abang, kasian yang mau turun di depan dong. Tanggung banget," kata saya bersungut-sungut, sambil meninggalkan si petugas tadi.
Dan sekarang, saya tau benar perasaan Bayu, teman saya. Yang juga rute Bis BSD City-nya harus berubah rute. Ada hubungannya dengan rute busway, katanya. Tapi, apakah semua orang disuruh naik busway? Ah, sialan!
Tapi apa daya. Saya hanya rakyat kecil. Tau apa saya soal langkah para pembuat kebijakan itu? Cuma, para pembuat kebijakan itu juga, saya yakin, tidak tau rasanya harus direpotkan oleh kendaraan umum yang diubah rutenya. Mereka kan, tidak setiap hari, naik Metro Mini. Berdesak-desakkan. Panas. Ke mana-mana, tidak harus macet. Karena tinggal duduk di kursi empuk, ber-AC, yang dikawal para petugas. Kalau mau lewat, orang lain disuruh menunggu. Tanpa peduli, kalau orang lain juga sama-sama punya kesibukkan.
Sialan. Belum beres rasa kesal saya karena harga BBM akan dinaikkan lagi. Kejadian tadi, menambah lagi daftar kekesalan saya terhadap pemerintah. Mau jadi apa Republik ini? Kalo begini, jadi ingat penggalan lirik lagu Slank "Hey Bung" dari album Generasi Biru [1994].
Hey Bung yang di atas sana
Coba turun ke jalan
Lihat-lihat situasi apa yang terjadi
Hey Bung yang di balik meja
Coba turun ke jalan
Tunjukkan rasa perhatian
Jangan tunggu kami
Turun di jalan
Jangan sampai kami
Yang tunjukkan rasa
Hey Bung di dalam gedung megah
Coba turun ke jalan
Lihat-lihat kondisi biar pasti
Hey Bung yang berkuasa
Coba turun ke jalan
Berikan rasa kelembutan