Rock Bergema di Pesta Acit Dedi
Acit Dedi menikah. Mengadakan pesta sebagai hadiah. Supaya teman-temannya sumringah.
Minggu [29/3], rencananya pesta di Prost! Kemang dimulai pukul enam sore. Tapi nyatanya, baru dimulai tiga jam dari rencana. Tony dan Wenz Rawk menjadi DJ sebagai pemanasan, sebelum band-band tampil.
The Jones adalah yang pertama tampil. Ini kali pertama saya menyaksikan dan mendengar nama mereka. Mereka memainkan punk rock, entah sudah rilis album entah belum tapi saya jarang mendengar nama mereka di banyak panggung mungkin saja saya yang kurang gaul. Tapi, berkat Acit Dedi The Jones bisa tampil sepanggung bersama nama-nama yang sudah lebih dikenal.
Komunal tampil berikutnya. Pasukan perang dari rawa Bandung ini baru kali pertama juga saya lihat. Tak salah kalau banyak pujian diberikan pada mereka. Dan bolehlah jika mereka menyanyikan bahwa mereka akan menyelamatkan rock n’ roll. Hanya sedikit menggelikan ketika vokalisnya bicara. Sedikit menggeram dan hampir seperti gaya vokalis grunge bernyanyi hanya saja dia bicara. Mungkin begitu cara mereka berbicara di rawa. Hehe. Padahal, sepertinya yang dari rawa hanya vokalisnya saja, karena gitaris dan bassisnya seperti pasukan perang dari kota dan cocok menghiasi majalah-majalah ABG karena berwajah tampan [gitaris Sadat malah mirip Orlando Bloom]. Sedangkan drummer mereka, seperti pasukan perang dari mushola, karena satu-satunya berambut pendek dan berjenggot. Hehe.
Denial tampil setelah Komunal. Tony jadi gitaris sekaligus vokalis. Menurut Wenz, ketika Denial tampil, petugas sound system di Prost! terlihat khawatir karena mereka menimbulkan banyak sekali kebisingan di panggung. Mungkin khawatir sound system mereka jebol. Padahal yang benar-benar mengkhawatirkan sound system adalah Teenage Death Star.
Setiap kali mereka manggung, monitor pasti bergeser dari posisi semula. Penonton pasti menggila. Achong Alvin juga pasti menggila. Merobohkan diri di panggung. Tapi yang paling terlihat seperti orang gila adalah ulah seorang perempuan yang rasanya tak dikenal oleh orang-orang itu kecuali oleh Tony. Si perempuan pengacau pesta itu kelakuannya benar-benar membuat orang ingin menendang.
Acit Dedi saja tak kenal siapa dia, tapi kelakuannya benar-benar tak tahu diri. Naik ke panggung merebut mik dan hanya berteriak-teriak tak jelas seperti haus perhatian entah mabuk betulan entah pura-pura mabuk supaya tak terlalu disalahkan atas kelakuannya. Ketika Teenage Death Star tampil, si pengacau pesta malah memukul-mukul mikrofon ke lantai panggung hingga menimbulkan sedikit penyok di ujungnya.
Bahkan ketika Seringai tampil pun, si perempuan pengacau pesta masih saja berbuat ulah. “Malam ini kami menjadi seperti Doddy Katamsi, tapi versi lebih ekstrim,” kata Arian. Seringai membawakan heavy metal top 40 yang cukup membuat penonton menggila—tapi bukan menggila seperti halnya si buntelan pengacau pesta.
Rumah Sakit sempat grogi untuk tampil melihat penonton yang panas oleh gempuran heavy metal top 40. Sebagian besar penonton yang ditanya soal masihkah mau menunggu Rumah Sakit malah menjawab tak mau, hanya segelintir yang menjawab iya. Salah juga konteksnya memang. Orang sedang asik menikmati metal, tiba-tiba ditanya apakah mereka mau mendengarkan musik indis. Haha.
Tapi akhirnya Rumah Sakit tampil juga. Reuni hanya untuk Dedi. Rock yang sempat bergema selama beberapa jam di Prost! akhirnya ditutup oleh musik indis.