Setahun lalu, ketika saya masih bekerja di majalah sebelum ini, saya mewawancarai vokalis Rizky, kibordis Andika, bassis Indra, drummer Tomtom, gitaris Oni dan programmer Imot dari The Titans dalam rangka promosi album perdana mereka. Tapi, wawancara ini tak pernah dimuat karena majalahnya belum kunjung terbit. Hari ini, saya mewawancarai mereka untuk kedua kalinya--kali ini dalam rangka promo album kedua mereka, Melayang Lagi. Hitung-hitung mengenang pertemuan kami dan membayar hutang karena tak pernah mempublikasikan wawancara kami tahun lalu, saya muat petikannya.
Bagaimana sejauh ini, perkembangan The Titans?
Andika: Alhamdulillah, belum ada hambatan yang berarti. Kebanyakan sih, nerima kami dengan baik. Seru-seru aja. Yang paling kerasa sih, bikin tambah semangat. Ternyata, orang nganggap kami bagus.
Tomtom: alhamdulillah, selain dari respon dari masyarakat remaja maupun dewasa, anak-anak kecil juga, Udah banyak yang suka. Seneng aja. mudah-mudahan kakaknya ada yang suka, ibunya juga bisa suka.
Waktu membuat ini, harapan kalian apa?
Andika: Kami hanya mikirnya, ini tempat buat mencurahkan karya kami. Nggak ada target apa-apa. Apalagi soal penjualan.
Ibaratnya, kalian standarnya sudah tinggi. Tidak terbebani?
Andika: Makanya, kami di sini mencoba membuat lagu yang bagus. Kalau sudah begitu, kami puas. Mudah-mudahan prestasi itu bisa terulang kembali.
Kabar band kalian sebelumnya bagaimana nih?
Tomtom: Awalnya saya pindah ke The Titans, karena masing-masing personel di T-Five, sudah ribet dengan urusannya, ngumpulinnya susah. Ceritanya Andika sama Indra mau bentuk band lagi. Denger curhatnya Andika waktu dikeluarin. Awalnya waktu itu sih, gue sama Andika mikirnya buat ngobrol aja dulu. Tahu-tahu, kami mencari yang lain. Temen-temen T-Five sih mendukung, dan saya sudah resmi mengundurkan diri.
Ricky: Izzy, tahun kemarin masih jalan, sampai pemain gitar keluar, pemain drumnya juga. Bulan Oktober, pemain bass kami masuk Peterpan. Sampai akhirnya gue ditawarin buat ikut audisi.
Waktu di Izzy, Anda kan berpakaian ketat ala rock n’ roll, sekarang berpakaian biasa saja. Apakah kemarin itu karena tuntutan produser?
Rizky: Kompetisi begitu kan, Cuma menyatukan kemampuan bermusik saja. Percuma, kalau di band bersatu, tapi tidak di kehidupan sehari-hari. Kemarin, itu dilihat dari kemampuan orang-orang bermusik, maunya ke mana. Cuma, anak-anaknya sendiri ngerasa nggak nyaman.
Apa rasanya, selalu dibanding-bandingkan dengan Peterpan?
Andika: Karena infotainment, memberitakannya selalu seperti itu sejak awal. Jadi, orang-orang ter-brainwashed. Padahal kan, kami beda. Di Peterpan itu, ada warnanya aku sama Indra. Kalau di The Titans, ada warna yang sama, itu karena ada aku dan Indra. Mungkin karena kami masih jarang manggung, imej kami masih menyangkut ke sana. Mudah-mudahan seiring banyaknya manggung, imej itu akan hilang dengan sendirinya, dan menganggap The Titans band baru. Dan masyarakat bisa tahu, ternyata ada band baru.
Untuk yang berempat, bagaimana rasanya ketika The Titans selalu dikaitkan dengan Peterpan?
Tomtom: Kalau saya sih, tidak masalah. Karena ada dua orang dari Peterpan. Dan kami juga mengakui kalau Peterpan dulu pernah jadi band besar, band yang termasuk fenomenal. Kami berempat menganggap wajar lah, kalau ada orang yang menganggap begitu. Kalau misalnya di sini, ada anak T-Five nya tiga orang, mungkin yang disebut dua band. Karena di sini dua orang, terus kondisinya nggak jauh waktunya, karena mereka berdua nggak lama dengan waktu dikeluarin.
Lagu “Hingga Nanti Sampai Mati” bercerita tentang sakit hati dipecat dari band?
Andika: Lagu itu global. Bisa bercerita tentang apa saja. Tapi, itu lebih ke soal cewek. Lagi saying-sayangan sama cewek, tiba-tiba menghilang tidak ada kabar. Karena di album ini, tema cintanya banyak. Jadi, kami nyari tema cinta yang arahnya agak berbeda sedikit. Itu nggak soal aku saja. Tergantung interpretasi orang mau dibawa ke mana, yang penting albumnya dibeli. [tertawa].
Sepertinya tema kesepian cukup dominan di album ini. Apa yang melatarbelakanginya?
Indra: Karena kami melihat band lain, tema cintanya begini, kami mencoba bikin yang berbeda. Mungkin buat album kedua, lirik cintanya nggak akan yang sedih.
Rizky: Orang Indonesia itu senang dengan tema yang sedih.
Memang lebih mudah menulis tema cinta ya?
Indra: Kalau didengerin semua, album ini nggak melulu cinta sih. Lagu “Batas Waktu” kan bukan cinta. Mungkin kami belum kepikiran ke tema yang lain.
Andika: Yang pasti sih, kami mencoba untuk jujur. Apa yang kami rasain, ya itu yang keluar. Aku dari kemaren nggak kepikiran soal politik. Jadi, kalau aku bikin lirik politik, bullshit banget. Kalau kami jujur, mungkin ke orang juga bakal lebih kena.
Kalau kita lihat sejarah band-band pop, setelah lima album popularitas mereka menurun. Apa yang bisa kalian lihat dari itu?
Indra: Yang aku tahu sih, itu biasanya karena pengin idealis. Dan biasanya musiman. Di Indonesia itu bukan penikmat, tapi pengidola.
Andika: Mungkin bisa dibilang, orang Indonesia itu nggak ada yang setia. Ada band baru yang lebih fresh, kalau nggak denger itu, kampungan. Akhirnya yang sebelumnya ditinggalin. Cara the Titans buat bertahan, antara lain bikin lagu yang bagus. Ditahan idealismenya jangan sampai keluar semua. Karena kalau dibilang semua band seperti itu, nggak setuju juga, lihat aja Slank.
Menahan idealisme itu, bagaimana?
Oni: Mungkin harus lebih dikendalikan. Kayak yang di The Titans, aku masukin unsur-unsur elektronik, aku tahan supaya nggak jadi band elektronik. Kalau kita bikin karya cuma bisa dinikmati sendiri, itu namanya onani.
Tomtom: Idealis perlu, tapi kalau mau jualan, harus ada batasannya.
Definisi idealis itu seperti apa sih?
Indra: Maen sendiri kalau menurut aku sih. Ada yang ngasih masukan, nggak mau didenger.
Oni: Idealis itu, satu hal yang ideal menurut si orang. Dan masing-masing harus tersalurkan idealismenya. Itu yang ideal.
Bagaimana ceritanya bisa dikontrak EMI?
Andika: Memang, dari awal kami terbentuk, ada beberapa major label yang tertarik, bahkan Musica sendiri. Cuma, dari EMI kami diberikan kebebasan penuh untuk berkarya. Nggak disetir. Dari awal mereka percaya. Kami cuma ngasih dua atau tiga lagu demo. Treatment yang kami dapatkan dari EMI juga bagus. Dan untuk saat ini, kami tidak gabung dengan Musica, karena kami tidak mau dibayang-bayangi Peterpan terus.
Kalian mendengarkan album Peterpan yang terbaru?
Andika: Masih bagus sih, cuma suasananya udah berbeda aja yang sekarang. Nuansanya ganti deh.
Untuk Rizky, bagaimana rasanya membaca komentar orang di situs The Titans, yang menganggap Anda meniru-niru Ariel?
Rizky: Karena memang jalannya musti seperti itu, kalau gue yang keluar duluan dan Ariel yang menggantikan gue, mungkin Ariel yang akan dimirip-miripkan dengan gue. Jadi, gue sih nyantai aja. Dan ada temen gue, yang juga kenal Ariel, dia bilang gue nggak mirip. Tinggi, lebih tinggi gue. Lebih putih gue. Kalau ganteng, gantengan Ariel. Sedikit! Gue yang banyaknya [tertawa].
Andika: Aku pribadi sama Indra, tujuh tahun sama Peterpan, bisa menjamin, kalau Rizky nggak ada mirip-miripnya sama Ariel.
Kenapa Rizky yang dipilih?
Andika: Kami udah ngerekam tiga lagu, range vocal Rizky yang paling cocok. Terus, dia bisa menghayati lagu-lagu yang kami bikin, dengan waktu yang mepet. Ada sekitar lima puluh orang yang ikut audisi.
Tomtom: Dan sebelum kami memilih Rizky, kami mencari info soal Rizky ke orang-orang, buat tahu gimana sih Rizky? Paling nggak, attitude-nya Rizky yang paling utama. Alhamdulillah sejauh ini sih, attitude-nya masih bagus. Masih nurut [tertawa].
Pendapat kalian soal Kangen Band?
Oni: Secara materi lumayan, karena mereka Melayu sekali lagunya, jadi mudah laku. Mungkin kualitas kurang.
Andika: Aku baru tahu kemarin soal mereka. Pengetahuan mereka kurang soal aransemen lagu yang bagus. Mungkin mereka sendiri juga, nggak tahu bakal seperti ini. Dan di beberapa track, ada yang fals kok direkam? Masih ngasal. Mudah-mudahan mereka bisa lebih bagus lagi dari sekarang.
Oni: Aku sih bebas-bebas aja, mungkin karena ini yang pertama.
Indra: Aku sih simple aja. Mereka cuma butuh waktu dan jam terbang.
Kalau ada yang ngaku fans the Titans minta foto bareng, tapi tidak pernah mendengar musik kalian. Apa perasaan kalian?
Indra: Tadi pas kami berangkat ke sini, ada yang minta foto bareng, terus nanya, Arielnya ke mana?
Tomtom: Di Jogja, lagi wawancara radio, penyiarnya ngomong begini, “Gimana Indra?” “Gimana Tomtom?” Pas nanya Indra, “Lukman gimana? Eh, Lukman atau Uki?” Untung nggak bilang, “Selamat ya Peterpan buat album barunya.”
Atau, mungkin salah media? Lebih sering mengultuskan sosok, ketimbang karya.
Andika: Mungkin sedikit banyak ada pengaruh media juga. Ngomongin selingkuh lah, kawin. Orang lebih seneng ngeliat sosok orangnya jadinya. Makanya kami sepakat, kalau ada pertanyaan yang tidak berhubungan dengan musik, tidak akan dijawab. Di band kami dulu, lebih banyak diekspos soal pribadinya. Sekarang, kalau mengekspos karya, hayuk kami ladeni.