Superman Is Dead; gitaris/vokalis Bobby Kool, bassist/vokalis Eka Rock dan drummer Jrx baru saja rilis album terbaru Black Market Love. Lewat telepon, saya
mewawancari Jrx, Rabu [21/6] lalu. Untuk dimuat di rubrik musik di majalah kami. Ini versi yang belum diedit. Di
majalah, pasti tulisannya jauh lebih pendek. Selamat menikmati.
Sebelas tahun, enam album. Sesuatu
yang sudah diduga, atau kalian sendiri kaget?
Kaget
juga. Dulu, pas masuk major label, sempat nggak percaya. Wow! Tapi, itu membuat
kami makin percaya diri ke depannya. Ingin nambah diskografi. Waktu bikin band,
niatnya having fun. Sekarang masih fun, cuma nggak nyangka bisa professional.
Bagaimana caranya supaya tetap fun?
Punk
rock, nggak boleh kehilangan fun. Kalau kehilangan fun, bubar aja! Harus
berjiwa muda terus! Melankolis, tetap fun. Marah pun, tetap fun. Supaya tetap
fun, jadi seorang alkoholik! [tertawa] Alkohol bikin rileks. Harusnya, saya udah
masuk Alcoholic Anonymous nih. Waktu album Kuta Rock City mabuknya kelewatan.
Itu pertama kali dapat duit dari band. Orang kaya baru. Jadi akhirnya, duitnya
buat senang-senang. Liver saya hancur. Sekarang, saya jauhin whisky. Cuma bir
aja. Makanya, ada lagu Goodbye Whiskey di album terbaru.
Kalian termasuk generasi menolak tua?
Ya.
Kami termasuk Pestol. Pemuda Stok Lama. Dethu [propagandis SID] yang
mengenalkan istilah itu. Tapi, biarpun tua, masih laku. Yang penting di dada.
Fisik tua, hati membara. [tertawa].
Apa yang membuat kalian bertahan
sejauh ini?
Kecintaan
kami akan musik. Kalau bosen, pasti sudah bubar. Juga rasa bangga jadi seorang
counter culture. Terus, ada orang-orang yang dukung sejak day one. Mereka yang
masih setia, jadi alasan kami bertahan.
Apakah kalian memandang SID band yang
berkualitas?
Banget
sih nggak. Cukup iya. Apalagi sekarang kalau manggung, kami concern sama sound.
Semirip mungkin dengan sound yang di album. Additional player kami ajak
manggung.
Di deathrockstar.info, Dethu menulis
soal menjaga kerukunan, Bhinneka Tunggal Ika. Kalian masih percaya dengan itu?
Dulu
sih, nggak terlalu peduli. Tapi, sekarang Bhinneka Tunggal Ika terancam. Sekarang
jadi peduli. Harus dijaga.
Bagaimana pandangannya terhadap
daerah yang ingin membubarkan diri? Aceh, atau Papua misalnya.
Lebih
baik nggak usah memisahkan diri. Itu bisa memancing yang lain. Ini kan
pelajaran buat pemerintah. Supaya lebih baik lagi menangani negara ini.
Di lagu Tomorrow, kalian menulis soal
dunia tanpa perang. Kalian percaya itu bisa terwujud?
Nggak
yakin sih. Lagu itu kan sekadar harapan. Tapi, walaupun impossible, you have to
have it! Kalau nggak, lo nggak punya motivasi dalam hidup! Punk rock adalah
musik revolusi. Yang mengharapkan perubahan. Walaupun kecil, tapi daripada
nggak berbuat apa-apa.
Apakah kalian percaya, musik
benar-benar bisa mengubah dunia jadi lebih baik?
Skala
kecil sih iya. Misalnya, fan base SID yang lebih mendengarkan lirik kami. Remaja-remaja
yang mungkin nggak mau dengar apa kata guru dan orangtuanya. Kami berusaha
mendidik mereka dengan cara fun. Supaya mereka lebih aware. Jangan sampai ada
lagi diskriminasi, atau terorisme. Kami nggak mau jadi pahlawan sejarah. At
least, we try something!
Itu membuat kalian jadi lebih
bertanggungjawab?
Sangat!
Makanya, sekarang banyak lirik bahasa Indonesia. Saya kira, sudah saatnya SID
nge-push orang-orang supaya jangan salah nge-judge. Cuma bisa mabok, tanpa
punya visi misi. Padahal agenda kami banyak.
Apa?
Kami
ingin membuka pemikiran masyarakat. Jangan sampai jadi polisi moral. Jangan
sampai jadi manusia sok Tuhan. Kembali ke filosofi Superman Is Dead. Tidak ada
manusia yang sempurna.
Bisa cerita soal lirik bukan pahlawan
berparas tampan.
Itu
ungkapan untuk manusia-manusia sempurna. Sedikit berpuisi. [tertawa] Kami bukan
band yang jual tampang. Kami jual attitude. Di Indonesia itu, orang sok
pahlawan banyak. Kamu juga tahu orang-orangnya. Di bali juga banyak. Sedikit-sedikit
mengatasnamakan agama.
Kalau lagu Psycho Fake. Rockstar
palsu yang sok gothic. Apa di Bali ada yang seperti itu?
Di
Bali ada. Di Jakarta lebih banyak lagi. [tertawa] Kami nyerang band yang sok
rebel. Dandanannya rebel, tapi yang dilakukan nggak ada. Dan yang mereka
nyanyikan cuma lagu pop komersil. Kalau orang rebel, do something! Jangan didik
jadi negara yang cengeng.
Bisa sebut nama, siapa yang dimaksud?
Kalau
saya nyebutin, takut dibesar-besarkan infotainment. Kami nggak mau terkenal
dengan cara-cara seperti itu.
Di lagu Menginjak Neraka sepertinya
cukup relijius juga ya.
Relijius
juga. Itu dibikin selama tiga minggu selama saya di Kuta. Saya kan suka Social
Distortion. Nah, vokalisnya ternyata suka Johnny Cash. Lirik Johnny Cash banyak
yang relijius juga. Saya bukan yang seratus persen percaya Tuhan dan agama.
Lirik relijius, bukan berarti orangnya relijius kan. Ini semacam introspeksi
diri aja. Penyebabnya, karena rasa kesepian. Orang di Kuta, kan rame. Tapi,
saya suka merasa sepi, nggak ada teman. Kenapa kita kesepian ya? Saya ngerasa
ada yang salah.
Kalau lagu Lady Rose, kenapa harus
dinyanyikan oleh Anda?
Lagu
itu sangat personal. Ada kan, beberapa lagu yang saat dibuat, oh ini memang
harus kau yang nyanyi!
Di album berikutnya, akan lebih
banyak mendengar Jrx bernyanyi?
Saya
cukup tahu diri kok. Porsi Eka memang akan lebih ditingkatkan, karena vokalnya
cocok. Saya memang ingin tampil, makanya bikin band. Tapi, saya nggak ingin
jadi kayak Ahmad Dhani. [tertawa].